02. Di Balik Senyuman

28 4 12
                                    


Arman sedang scroll tiktok sembari menunggu di depan pintu sementara Anjani berurusan dengan pembalut di dalam toilet. Berbagai video cewek seksi joget jedag-jedug, semuanya dikasih 'love' oleh Arman.

"Bening banget nih cewek," kagumnya.

Ketika pintu toilet terbuka, Arman segera mematikan ponselnya dan memasukkan benda pipih itu ke dalam saku. Arman tidak mau Anjani membunuhnya jika ketahuan nonton video cewek.

"Kamu kenapa?" tanya Anjani curiga memergoki gerak-gerik Arman seolah tertangkap basah.

"Nggak apa-apa," jawab Arman tersenyum lebar.

"Mau ke kantin," kata Anjani manja.

"Ayuk, mau makan apa? Aku beliin semua," balas Arman bersemangat. "Mau soto ubur-ubur? Oseng biji mata kelinci? Atau semur dengkul?" lanjutnya.

Anjani terkekeh mendengar pilihan menu tak masuk akal dari Arman. "Mau air putih, tapi pakai perasan jeruk," jawab Anjani.

"Itu es jeruk namanya," ralat Arman.

Mereka tertawa bersama atas lelucon garing mereka. Arman mengacak puncak kepala Anjani gemas, membuat gadis itu salah tingkah.

"Kenapa merah pipinya? Salah tingkah?" goda Arman.

"Lagi marah," jawab Anjani berusaha menghindari kontak mata dengan Arman.

"Sama aku?"

"Bukan."

"Lalu?"

Anjani menghela napas berat, lalu menjawab, "Sama Rhea, dia yang buat aku nunggu dua jam di toilet."

**

Kaki Rhea hampir terpelintir ketika lari melewati koridor lantai satu menuju toilet tempat Anjani menunggu. Pintu toilet terbuka ketika Rhea sampai, namun yang muncul bukan Anjani, melainkan Amanda.

"Manda! Anjani ada?" tanya Rhea tergesa-gesa.

"Nggak ada, biasanya kan sama lo terus," jawab Amanda.

"Tadi pagi gue tinggal," kata Rhea panik. Dia langsung menyingkirkan Amanda dari pintu toilet dan segera mengecek ke dalam. Tak peduli Amanda menggerutu di luar sana.

"Anjani! Anjani!" Rhea membuka semua pintu bilik kamar mandi. Kosong, tak ada siapapun di sana.

Rhea mengacak rambutnya frustasi, membayangkan betapa marahnya Anjani. Dia mengambil ponselnya dari saku seragam. Mencari nama Anjani dengan mudah, lalu memencet tombol telepon.

Satu kali, dua kali, tiga kali, masih tak ada panggilan yang terjawab. Rhea cuma punya satu pilihan. Telepon Regan.

(Padahal bisa saja dia telepon Arman, pacar Anjani. Dasar Rhea!)

**

Regan dan Bery mati-matian menahan tawa ketika Arman datang bersama Anjani yang wajahnya ditekuk. Arman memberi kode agar kedua sahabatnya tidak buat masalah jika tidak mau kena masalah.

"Regan! Mana Rhea?" Anjani nyolot bertanya pada Regan yang kebingungan.

"Nggak tahu, gue nggak lagi sama Rhea," jawab Regan.

"Tuh anak sengaja kabur dari gue?" Anjani duduk di kursi depan Bery, dia menggerutu.

"Mungkin, kan tadi juga dia udah bikin Regan dikeluarin dari kelas," balas Bery sembari makan baso bakar tusukan dengan santai.

"Serius, Re?" Anjani memekik, membuat Regan hampir tersedak bulir jeruk.

"Iya," jawabnya santai.

"Ayo, Re! Kita bantai dia bareng-bareng! Emosi gue!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NOW OR NEVER?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang