"Awass"
dor dor dor
"AWASS, BODOH!"
Teriak seorang lelaki berbadan tinggi tegak dengan pakaian hitam dari ujung kepala hingga kakinya, tak terkecuali wajahnya yang hanya terlihat kedua mata tajam, karena sebagian wajahnya tertutup masker hitam pula.
"BAGAIMANA KAU BISA CEROBOH, HAH!" ucap lelaki itu kesal.
dor dor dor
dor dor
dor
Rentetan suara peluru yang melesat dari selaras siap bersarang dimana saja yang menjadi targetnya. Ditengah malam gelap gulita dengan hawa dingin bercampur dentuman yang menakutkan jiwa. Sungguh, antara hidup dan mati.
"Bagaimana situasi di pintu keluar samping?" kata lelaki tersebut di earphone yang bertengger gagah di telinganya.
"Gawat Boss. Pintu samping dipasang puluhan ranjau beruntut, jika kita salah menginjak satu ranjau dan meledak maka yang lain akan ikut meledak. Kita tidak akan sempat menjinakkan" jawab orang di seberang sana.
"A shit! Sialan!" umpat lelaki bermasker hitam tadi.
"Kita keluar lewat pintu depan!" katanya kemudian.
"Tapi Boss, pintu depan banyak penjaga nya. Mereka gak hanya bawa pistol, tapi pisau, celurit, katana" bukan kata lawan bicara yang pertama tadi, namun kata orang yang sudah memantau di bagian depan.
Mendengar hal itu menambah frustasi lelaki bermasker hitam tadi, namun dia harus berpikir jernih dan mengambil keputusan yang tepat agar mereka semua bisa keluar dari gedung tua itu dengan selamat, terutama gadis disamping nya yang tengah ketakutan.
"Lo semua dengarkan gua! kita tetap lewat pintu depan!"
"An, lo pantau terus situasi pintu depan dan kabari terus pergerakan mereka. Blue pastikan helikopter sudah dekat dengan tempat ini. Gua, Am dan Ce akan melawan mereka dari depan. dan Rub apapun yang terjadi lo harus disamping gadis ini, jangan tinggalin dia. Bagaimanapun dia harus selamat dari sini. Paham?!" intruksi dari pria bermasker pada team nya untuk bertarung melawan komplotan penjahat di gedung tuang tersebut.
Para anggota team yang diberi perintah melalui earphone tersebut mengangguk paham disana dan yakin dengan ketuanya bahwa rencana ini berhasil. Karena tak mungkin pria bermasker yang menjadi ketua nya salah dalam mengambil keputusan. Ketuanya adalah pemimpin yang bisa di andalkan.
"Bawa ini!" kata lelaki bermasker menyerahkan pisau kecil tapi tajam dan runcing.
"Gunakan itu jika kau terdesak. Ingat, tetap waspada dan jangan ceroboh. Jangan jauh-jauh dari kita semua, ngerti?!" kata kemudian dengan tegas.
Gadis disebelahnya hanya mengangguk pelan dengan wajah yang ketakutan, tubuh gemetar dan terlihat bulir bening di kelopak matanya. Sungguh, gadis malang itu sangat ketakutan.
"Hei, jangan nangis. Kita akan menyelamatkan mu" kata lelaki bermasker menenangkan.
Tak ada suara dari gadis itu, ia masih dicengkeram kuat oleh rasa takut hingga bersuara pun tak mampu.
"Te-terimaa-"
Kata yang hendak keluar dari bibir gadis malang itu setelah sekian lama hanya membisu akibat rasa takut, namun harus terpotong akibat sesuatu yang tak terduga terjadi.
......
"Aghh"
Pekikan kesakitan terdengar dari lelaki yang berada di depannya.
Oh tidak!, lelaki itu kesakitan, apa lelaki itu terluka? Apa ada yang melukainya? Tapi tak ada seorang pun selain mereka berdua di tempat bersembunyinya ini.
"Aghh.. Sialan" kata lelaki yang terluka itu menahan rasa sakit di bagian dada nya.
"Ka-kau kenapa?" tanya gadis malang itu menghampiri lelaki yang sedang terluka.
Ketika di balikan tubuh lelaki bermasker itu, di dadanya sudah mengeluarkan banyak darah, membuat jaket hitamnya basah dengan darah yang terus keluar.
"Ba-bagaimana bisa? Kau-kau tertembak" ucap sang gadis khawatir, kedua maniknya sudah berlinang air mata. Tangannya yang bergetar mencoba meraih tangan kekar pria yang tengah memegangi dadanya kesakitan.
"Ma-maaf.. sepertinya.. aku... tidak bisa.. melindungimu" ucap pria bermasker terengah-engah.
Darah yang terus mengalir keluar dengan deras dari luka tembak yang tepat di dadanya menembus paru-parunya, membuat seluruh tubuhnya lemas bahkan seorang-olah mati rasa. Sakit, sangat sakit, terlihat dari wajahnya yang langsung pucat.
"TIDAKK!" teriak gadis di sampingnya.
"Ku mohon, tetaplah hidup. Bertahanlah" ucapnya kemudian terisak-isak. Tangannya masih menggenggam erat tangan sang pria.
Namun, tiba-tiba terdengar suara ketukan sepatu dari langkah kaki seseorang mendekatinya. Siapa itu?
"Hentikan tangismu, dasar gadis sialan!"
Teriakan itu yang sepertinya suara perempuan menggema di ruangan.
"MATI SAJA KAU!"
Srak.. srakk
"Agh.."
Spontan gadis korban penculikan itu memegangi pundaknya dengan tangannya dan merasakan kain bajunya basah. Seketika dilihat telapak tangannya berwarna merah darah.
Srak.. srakk.. srakk..
Suara itu terdengar kembali akibat dari tusukan kasar dan bruntal dari benda tajam runcing mengenai pundak menembus tulang, mungkin hingga patah.
Gadis malang itu sudah tak berdaya, pundak dan seluruh tubuhnya terasa sangat sakit. Tubuhnya sangat lemah, lalu ambruk ke samping pria yang tertembak tadi yang mungkin sudah tak bernyawa lagi. Nafasnya yang terengah-engah, mata nya yang mulai buram hingga tak bisa melihat siapa pelakunya. Kedua matanya terasa amat berat dan gadis malang itu memutuskan untuk menyusul pria bermasker hitam di sampingnya.
"Mama.. Papa.. maafkan Ar..." katanya dalam hati sebelum akhirnya gelap sempurna dan hilang.
🔒🔒🔒🔒🔒
Duhhh, ngeri ya genss 😌
Ikuti story ke-2 yuuu, mintak dukungannya yaaa
Asli dari halu ku dan mohon maaf jika nantinya masih banyak kekurangan.. Maklum yaa authornya masih belajar :) Tapi sebisa mungkin akan terus memberikan yang terbaik 😊
Tengkyuu banyak genss,
Salam manis dari Upi
to readers tercayangg 🥰
📲: upialeef_story
02 September 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Where is the real key?
General Fiction🔐🔐🔐 Arunika Zara, seorang gadis yang sampai 21 tahun usianya belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Bukan gadis itu belok alias tidak menyukai lawan jenis. Tapi gadis itu terlalu awam dan tak peka dengan orang di sekitarnya bahkan perasaann...