Setan-Setan Kampus

13 5 0
                                    

Senin, 21 Agustus 2023

Udara cukup mencekam, seakan pendingin ruangan bertambah dua kali lipat atau mungkin suhunya diturunkan sampai ambang batas terendah oleh seseorang tanpa disadari. Aku tidak yakin. Namun, aku yakin dengan pasti Idhia bukan sekadar menakut-nakuti kami dengan cerita seram saat menghabiskan waktu untuk menunggu kelas selanjutnya di ruang 2.3.

Mulanya aku sangsi akan pengakuan Idhia yang terang-terangan kalau dia memiliki kemampuan spesial dan teman tak kasat mata. Akan tetapi, aku bukan bagian dari mereka, jadi aku tidak bisa memastikan kebenaran itu, meskipun bisa, aku tidak tertarik, mendengar ceritanya saja sudah cukup membuat kuduk meremang, terlebih melihatnya langsung? Bisa-bisa aku terkapar karena ketakutan.

Kami duduk melingkar di depan kelas, aku duduk di lantai membelakangi Fid yang tertidur di bangku, sementara Idhia duduk dekat samping pintu tepat di sudut, tempat terbaik untuk memandang seantero kelas.

"Ada 'mereka' di lantai empat, tepatnya di kamar mandi perempuan yang sering kita datangi seusai mata kuliah Karawitan I," kata Idhia bercerita dengan tampang serius.

Nit memandang ngeri lalu membenamkan kepala di antara kedua lutut, sepertinya dia tak berminat mendengarkan cerita semacam ini sejak awal.

"Jangan cerita yang aneh-aneh ih, nanti si Nit malah takut kalau kita ke sana," Zah M berkata sambil menatap prihatin sahabatnya.

Aku dan yang lain setuju dalam diam, karena Nit memang penakut, tapi cerita horor memiliki magnet tersendiri di dalam benak masing-masing dan kebanyakan dari kami jelas penasaran tentang makhluk yang menjadi penghuni lain di kampus.

Tidak terkecuali Naj yang duduk dekatku, meski disertai berpikir berlebihan, matanya sesekali melihat ke belakang mengawasi sekitar, siapa tahu mungkin yang dibicarakan ikut serta dan menjadi pendengar bisu dalam rombongan kecil ini.

"Selain itu, ada lagi tidak?" aku bertanya, pembahasan ini seru juga.

"Di fakultas ini?"

"Iya, di sekitar sini ada? Bagaimana dengan lantai ini?" sahut temanku yang lain.

"Ada, hanya anak kecil sekitar umur tujuh sampai sepuluh, perempuan, suka bersembunyi di balik pintu," ucap idhia seraya melirik ke pintu, kemudian berkata, "ada juga di antara lantai tiga dan empat, hantu pocica penunggu tangga di situ."

Setelah mendengar perkataan itu, kami saling berpandangan sejenak, cukup mencengangkan bahwa tangga yang biasa kami lewati berpenghuni. Aku menengok ke belakang, tampaknya Fid tidak mengindahkan percakapan seru kami dan malah asyik bermain gawai, diam-diam aku mengejutkannya sedikit sampai perempuan itu tersentak kaget sambil menjerit.

Respon yang tidak kuduga sama sekali, teman-teman yang lain tertawa melihat tingkah laku Fid.

Kejadian lucu yang membawa gelak ini harus dihentikan ketika dosen bersangkutan akhirnya masuk ke kelas.

Catatan Tiap Semester Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang