Mars

3 1 0
                                    

Bab 6: kue gosong Riana

         "AMU!"

"IYA APA?" tanya Amu berteriak. Ia menajamkan pendengarannya. Senyap. Amu tidak mendengar balasan dari Riana di bawah. Ataukah tidak mendengar balasan dari dirinya. Rasanya tadi Amu telah mengeluarkan seluruh volume suaranya hingga ke akar-akar, yaa ... walaupun tidak terlalu jelas suara Amu karena aktivitas menggosok gigi.

"Kok diam?" gumam Amu bingung. Ia yakin tadi Riana memanggilnya. Seperkian detik Amu menunggu jawaban dari Riana namun tak kunjung terbalas. Ia kembali memasuki kamar mandi sembari tidak menghentikan aktivitas menggosok gigi.

"KUE TANTE GOSONG INI!"

Amu menggertakkan giginya, geram. Tadi dipanggil, setelah dijawab tidak ada balasan, giliran mau masuk lagi ke kamar mandi malah kembali bersuara. Tante maunya apa, sih?

"EMANG TANTE KE MANA SAMPE GOSONG, TAN?" Serius, kali ini Amu berteriak sekencang-kencangnya. Hitung-hitung balas dendam karena tante telah membuat dirinya kesal.

"TANTE TINGGAL BENTAR TADI KE RUMAHNYA BU LARAS."

Amu memutar bola mata, ia kembali masuk ke dalam kamar mandi. Riana itu jika sudah bertemu dengan Bu Laras tidak ingat waktu. Bilangnya sebentar padahal berjam-jam.

Pernah ia menemani Riana mengantarkan barang pesanan Bu Laras. Riana dan Bu Laras mengobrol hingga berjam-jam, Amu terkadang bingung. Apakah mereka tidak pernah kehabisan bahan obrolan ketika bertemu?

Amu juga tidak ingin ikut dalam obrolan mereka. Biasanya, obrolan ibu-ibu itu tidak jauh dari kata ghibah. Amu tidak ingin menabung dosa jadi ia menyibukkan dirinya. Seperti bermain handphone misalnya.

"Mana?" tanya Amu, ia menggosok rambutnya menggunakan handuk berwarna cokelat. Setelah selesai mandi pagi, ia bergegas turun ke bawah.

"Pfffttt... jelek banget, Tan!" kata Amu tertawa geli, seperkian detik ia segera meredakan tawanya. Takut kualat sama orang tua.

"Kamu itu ya," ujar Riana galak. Ia berkacak pinggang melihat kue yang ia buat sedari subuh tadi menghitam.

"Tapi, masih bisa dimakan kayaknya!" ucap Riana pelan. "Coba deh." Riana menyodorkan kue yang berwarna cokelat gelap itu ke arah Amu.

Amu menatap takut-takut ketika Riana mendorong kue itu mendekat ke arahnya. Baru kali ini ia melihat kue se– buruk itu.

"Yakin, nih?" tanya Amu memastikan.

"Yakan dicoba, Amu!"

"Iya-iya!" balas Amu seraya berjalan mengambil pisau, kemudian segera ia berikan ke Riana.

Riana mulai memotong kue itu menjadi beberapa bagian. Tidak terlalu buruk karena di dalam kue itu masih terlihat warnanya. Walaupun begitu, tidak mengubah pandangan Amu yang ngeri melihat kue tersebut.

"Gimana, Mu?" tanya Riana penasaran, ketika kue itu mulai masuk ke dalam mulut Amu.

Amu memejamkan matanya sejenak seolah benar-benar menikmati kue itu. "Emmm! Rasa kue gosong, Tan!"

"Pahit!" lanjut Amu.

"Namanya juga gosong, ya pasti pahit, lah!" kata Riana sembari melepas sarung tangan.

"Udah tau gosong, masih aja disuruh cobain!" gerutu Amu pelan.

*

"Udah, ya. Tante tinggal dulu, baik-baik di sekolah, jangan nakal!" Amu mengangguk, membiarkan mobil silver milik Riana melaju berbaur dengan mobil lain di keramaian jalan raya.

Astrophile Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang