Uranus

5 1 0
                                    

Bab 8: flashback selesai

    "Sesuai kata lo, pukulan dibalas pukulan!" Lita menatap Aril, bibirnya mengukir senyum manis.

Brak!

Semua orang kalang kabut saat Lita melempar kursi ke arah mereka. Umpatan terdengar bersahutan di telinga Lita. Lita tersenyum melihat orang-orang berlari kalang kabut. Menghibur sekali, padahal mereka tadi yang begitu kelihatan berani karena dirinya tidak melawan.

"Cewek sinting!"

"Bener-bener gila!"

"Iya gue gila! Kenapa?" tanya Lita kesal. Ia mulai mencengkeram kerah seragam Aril.

Aril meneguk salivanya kasar. "Cewek sin–"

Satu pukulan.

Dua.

Tiga.

Lita melepaskan Aril kemudian mengedarkan pandangannya, "kalian mau kayak gini juga?"

"LO YANG SALAH, LO EMANG UDAH PANTES DIGINIIN!" teriak Aril.

"DIGINIIN? Kalo kalian gak mulai, gue juga gak bakal kayak gini! Gue capek, bangsat!" Lita melempar tas yang berada di laci meja. Melempar tas itu ke segala arah. Siswa-siswi semakin ramai berkumpul, tentu saja menjaga jarak. Takut jika terkena imbasnya.

"GUE SALAH APA, HA? TEMEN LO YANG MULAI DULUAN. KENAPA? LO GAK TERIMA GUE PUKUL DIA, IYA?"

"Aduh mirisnya—" Lita mengalihkan pandangannya ke arah Oca. Tiap kali gadis berpita merah itu datang, selalu membawa petaka bagi Lita. Pendapatnya itu selalu diterima hingga mudah bagi Oca untuk menyudutkan Lita.

Praaannng!!

Satu vas bunga berhasil Lita lempar ke arah Oca. Lita kesal dengan kedatangan wajah itu.

Dewi keberuntungan masih memihak kepada Oca, buktinya gadis itu selamat dari lemparan vas bunga. Entah Lita sengaja tidak mengenai kepala Oca atau memang karena keajaiban. Itu berhasil membuat dagu yang terangkat angkuh, turun ke bawah. Oca takut. "Kenapa nggak dipanggilin guru, sih?"

Lita kembali mengangkat vas bunga yang berada di meja guru, gadis bersurai hitam itu tersenyum samar. Sedangkan yang berada di sana sudah was-was, bahkan Oca yang yang tadi bersuara dengan nada yang begitu berani telah beringsut kalang kabut.

"LITA! TURUNKAN TANGAN KAMU!"

Lita menegang karena suara yang begitu ia kenali menyapa indra pendengarannya. Tangan Lita terhenti ketika melihat beberapa guru memasuki kelasnya.

Di sana, cewek brengsek itu. Bangsat, kenapa gadis itu tersenyum seperti itu? Apakah dia senang melihat dirinya seperti ini?

Sialan!

PRAANGGG!!

"ANA!"

Lita bahkan terkejut apa yang baru saja ia lakukan, kenapa dirinya dengan refleks melempar vas bunga yang berada di tangannya? Saat senyum Ana terbit, emosinya seakan kembali diaduk. Tangannya sekarang bergetar hebat.

Kenapa ia melempar vas bunga itu? Untuk apa ia melakukan hal itu. Lita takut, jantungnya berdegup kencang, kaki juga tangannya bergetar hebat.

"LITA! APA YANG KAMU LAKUKAN, SIALAN!?' Baik Lita maupun semua orang di sana terkejut karena guru yang terkenal lemah lembut berkata seperti tadi.

"Bawa Ana cepat!"

Dunia benar-benar terasa berhenti kala itu, saat ia melihat Ana tergeletak di bawah, darah yang merambat ke seragam, suara memekik beberapa siswi, telinga Lita terasa berdengung.

Astrophile Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang