Jupiter

2 1 0
                                    

Bab 7: kejadian

Flashback kejadian ketika kelas X.

   Lita memandang keempat gadis yang sedang mengobrol membentuk lingkaran di meja, salah satu dari mereka berbisik. Kemudian, keempat gadis itu memandang Lita dengan tatapan yang... Lita bahkan tidak mengerti dengan tatapan itu.

Lita tau bahwa salah satu dari mereka itu ada teman SMP-nya. Bukan teman, Lita hanya sebatas mengenal nama. Sekelas tidak selalu digelar dengan sebutan teman.

"Kenapa sih mereka?" Lita bergumam pelan sambil mengusap tengkuknya. Tidak nyaman dengan tatapan aneh mereka.

"Kamu Lita, temen SMP-nya Ana, 'kan?" Lita terdorong pelan karena gadis dengan switer berwarna maroon di tubuhnya itu mendorong bahunya sedikit kasar.

"Maksud lo apaan?" Lita menggeram kesal. Datang-datang sudah mendorong dirinya. Apalagi Lita tidak tau sebabnya.

"Gue tanya dan tugas lo jawab. Bukan malah balik nanya." Lita memandang gadis yang berada di belakang gadis berbalut switer.

Beberapa pasang mata mulai memusatkan perhatian ke arah mereka berlima. Mencoba mencari tahu apa alasan mereka berkumpul hingga terlihat percikan api perselisihan.

Lita mengepalkan tangannya, geram. "Iya!" jawab Lita. "Dan maksud lo apa dorong-dorong gue?"

"Santai dong, gue cuma mau balas perbuatan lo sama Ana."

"Perbuatan ap–"

Plak!

Ucapan Lita terhenti, wajahnya menoleh ke samping. Lita memejamkan matanya, pipinya terasa panas. Lita menggeram tertahan, ia adalah satu di antara orang yang kesabarannya hanya setipis tisu. Apa maksud semua ini?

"Walaupun tamparan gue gak keras-keras amat. Yang penting rasanya sama saat lo sengaja nendang bola ke wajahnya Ana."

Ingatan ketika Lita menendang bola dan mengenai seseorang terlintas bagai kaset. Kejadian itu sudah dua tahun yang lalu, Lita benar-benar tidak percaya dengan tindakan bodoh gadis ini.

"Ca, udah lah. Udah lama juga kok!" Siapa lagi yang bersuara jika bukan Ana. Orang yang tidak sengaja terkena tendangan bola. Astaga, ia masih ingat sekali bagaimana ia tersenyum tadi. Menampilkan senyum puas setelah melihat adegan Oca menampar dirinya.

Padahal hari itu ia benar-benar tidak sengaja, Lita bersumpah. Ia benar-benar tidak sengaja.

"Tapi...." Oca memandang Ana dengan tatapan tidak setuju.

"Harusnya kalo mau bales gue itu pakai tangan lo sendiri, dan bukan pake tangan bawahan lo!" kata Lita pelan, seketika bola mata Ana membesar. Oca naik pitam mendengar pernyataan barusan.

"Lo gak usah merasa paling tersakiti di sini." Lita mengalihkan pandangannya ke arah Oca. Gadis yang baru saja menampar dirinya.

Plak!

Semua mata terkejut. Ana, gadis itu terduduk di lantai akibat tamparan Lita yang cukup keras. Lita tidak berniat menampar Ana, ia hanya ingin membalas perbuatan Oca. Dan Ana malah bertindak layaknya superhero untuk melindungi Oca.

"Ana!"

"Bubar kalian! Lita, Oca, Ana. Ikut saya ke ruangan." Suara itu terdengar nyaring menggema. Suara milik dari guru laki-laki yang tidak sengaja melihat perdebatan mereka.

Setelah kejadian itu, Lita kini dijauhi. Dia aneh, kasar, toxic, juga tidak jelas.  Tidak ada yang mau berteman dengan dirinya, berita bahwa dia dengan sengaja menendang bola ke Ana dan menampar Ana benar-benar cepat beredar. Sebenarnya bukan itu masalahnya, anak-anak yang terang-terangan merundungnya membuat orang-orang yang mendekati Lita malah tidak jadi. Takut jika ikut dirundung. Jadi, sampai saat ini tidak ada yang mempedulikan Lita. Perundungan pun semakin menjadi-jadi.

Astrophile Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang