.......................
Terdengar bunyi mobil ambulance melintasi jalan raya dengan kecepatan tinggi pada malam itu, banyak orang berbondong-bondong mengerumuni mobil yang baru saja terbakar habis ditabrak oleh si Raka yang kini tenga kabur, terlihat beberapa anggota polisi pun sedang berada di lokasi kejadian, lalu ada beberapa warga yang sedang dimintai keterangan terkait kejadian kecelakaan itu
"iyah pak waktu saya mendengar bunyi sangat keras sekali, saya keluar dan ternyata banyak orang sementara berkerumun, dan kami hanya mendapati seorang wanita yang sudah tidak sadarkan diri Pak",
"Pak sebelum mobil terbakar saya sempat melihat ada seorang lelaki sudah Bapak-bapak duduk ditempat sopir dengan wajah merunduk pada stir mobil",
"iyah Pak kami sempat mencoba untuk mau mengeluarkan pria itu tapi tiba-tiba mobil itu terbakar, alhasil hanya seorang perempuan yg kami berhasil tolong",
"iyah baik pak terima kasih untuk keterangannya jadi perempuan yang Bapak maksud tadi sudah kami amankan dan sementara ini sedang dilarikan kerumah sakit terdekat untuk mendapat perawatan karna kondisinya kritis" jawab salah seorang dari Anggota Polisi di tempat kejadian perkara.
.Trilililitlit..........
Terdengar bunyi dering Telepon rumahnya Alaska
"Hallo selamat malam,"
sahut Ny. Frida Ibu nya Alaska, beberapa saat kemudian Ia terdiam dengan raut wajah tampak pucat dan tegang, karna ternyata itu adalah panggilan telepon dari pihak kepolisian untuk memeberitahukan kepada Ibu Frida, sebagai keluraga dari Bapak Arya Ratajaya bahwa beliau sudah meninggal setelah mengalami kecelakaan dua jam lalu dan mobilnya terbakar, Ibu Frida terjatuh dengan posisi duduk dilantai sembari menangis tersedu-sedu kemudian Alaska datang menghampiri Ibunya lalu memeluk Ibunya dan menuntun nya duduk disofa,
"Ada apa Ma",
"Bapa kamu Nak, Bapak kamu",
"Bapak kenapa Ma?",
"Bapak kamu sudah meninggal mobilnya terbakar Aska",
mendengar hal itu Aska terdiam sejenak kemudian ia menenangkan sang Ibu dengan berkata
"yaudah Mama tenang dulu, Bi tolong antar mama kekamar yah, Ma Aku kerumah sakit dulu, biar aku yang urus semuanya Mama istirahat aja dikamar yah"
katanya sembari memegang kedua tangan dan jemari Ibunya, kemudian ia segera pergi kerumah sakit tempat jenazah ayahnya dikremasi, sesampainya disana ia melihat mayat ayahnya, Alaska begitu bersedih melihat tubuh ayahnya terbaring dengan kondisi yang hangus, Ia menangis dan mengingat masa kecilnya dimana keluarganya masih sangat baik-baik saja, ayahnya begitu menyayangi Ibu dan dirinya, ia terus menangis membayangkan masa kecilnya bersama ayahnya yang selalu mendidiknya untuk menjadi anak laki-laki yang kuat dan cerdas, memorinya mengarah pada suatu saat dimasa lalu ketika Ia baru berumur delapan tahun, waktu itu ia sedang bermain bola bersama ayah dihalaman rumah mereka, kemudian Alaska terjatuh kakinya sedikit tergores dan terluka kemudian ia duduk dan menangis lalu sang ayah datang menghampirinya memegang wajahnya dan berakata
"anak lelaki pantang untuk menangis, ayo berdiri kamu jagoan ayo ayo",
ia lalu terbangun dan kembali menendang bola ke arah gawang ayahnya kemudian ia bersorak ayah nya pun ikut senang melihatnya, sementara kenangan manis itu memenuhi benaknya tiba-tiba saja kenangan buruk melintas lagi dibenaknya dimana ia mengingat saat-saat ketika ayahnya mulai berubah, menjadi kasar dan tidak peduli dengan Ibunya lagi, kenangan itu terlintas dibenaknya membuatnya menangis dengan geram, seperti ia memang membenci ayahnya karna sering memukul Ibunya, dan selalu menghabiskan waktunya dengan pekerjaan dan beberapa wanita murahan sejak tiga tahun terakhir ini, namun disisi lain ia juga terpukul telah kehilangan ayahnya.
Alaska menahan tangisannya menyimpan amarahnya dan ia pergi, keluar dari ruangan mayat itu, tampak wajah kesal dan sedih hilang seketika wajahnya seperti tidak terjadi apapun, ia menghampiri pihak rumah sakit dan kepolisian untuk mengurus kepulangan mayat ayahnya untuk segera dimakamkan, setelah urusannya selesai ia kembali pulang kerumah mendapati Ibunya yang tengah duduk bersama keluarganya menanti kepulangan mayat ayahnya, Ia memeluk Ibunya mencium Ibunya dan tersenyum, Ibunya menatapnya dengan merasa heran namun ia membisu, sorot matanya seperti bertanya-tanya mengapa anaknya bertingakah demikian terlebih lagi Alaska tersenyum disaat mereka sedang berduka kehilangan ayahnya.
Alaska tidak duduk bersama keluarga untuk melakukan persiapan pemkaman Ayahnya Ia masuk kekamarnya ia terlentang dikasurnya kemudian ia memejamkan matanya seperti sedang melepas rasa lelahnya tak perduli suara yang memanggilanya dari depan pintu kamarnya
"den, Aden permisi den, den dipanggil sama Ibu sebentar lagi ayah akan dimakamkan, den,," tidak mendapat jawaban apapun bahkan pintu saja pun terkunci akhirnya Ibu Frida melakukan acara pemakaman suaminya.
Setelah acara pemakaman itu selesai Ibu Frida kembali kerumah dan melihat anaknya baru saja keluar dengan mobilnya, ia menaruh tangan kanan didada nya dan menampakan raut wajah yang bersedih, melihat hal itu Bi Iyem yang sudah lama bekerja pada keluarga mereka ia pun memahami situasi yang terjadi, ia lalu membawa Ibu Frida masuk kekamarnya
"Bu, Ibu harus istirahat yah, den mungkin keluar ada urusan, urusan kuliah nya, Ibu isirahat dikamar nanti ta bawain makanan kesukaan Ibu yah",
"iyah Bi trimakasih",
"iyah Bu, ayo ayo" ujarnya sembari menuntun Ibunya Alaska ketempat tidurnya.
Alaska mengendarai mobilnya menuju suatu tempat, tempat itu terbilang agak jauh dari kediamannya, ia pergi seorang diri ke sebuah gedung tua yang terletak jauh dari pemukiman, perjalanannya melintasi jalanan sepi dan pemandangan yang indah yaitu jalan lintas satu arah dengan pepohonan dan rerumputan disepanjang jalan lintas itu.
Alaska selalu pergi ketempat itu untuk menenagkan dirinya, tempat itu terlihat kumu dan menyeramkan dari luar gedung namun ketika masuk ke sebuah ruangan yang sudah ia tata sebaik mungkin terlihat bagus dengan lampu yang remang-remang, tempat tidur berkasur putih bersih, dan beberapa lukisan indah, dengan sebuah lemari pakaian yang cerminya sudah pecah juga terdapat beberapa komputer serta sebuah meja yang diletakannya foto dirinya bersama keluarga nya meja itu memiliki banyak laci.
Alaska adalah seorang cowok tampan yang gemar melukis, lukisan-lukisannya pun sangat bagus sekelas seniman namun ia tak pernah sedikitpun memamerkan lukisannya bahkan kepada siapapun, ayah dan Ibunya pun terakhir melihat lukisannya sejak ia masih berusia remaja, dan hanya mereka yang mengetahui kemampun melukisnya. Hari itu Ia kesana dengan tujuan Ia kembali melukis namun kali ini lukisan nya berbeda ia seperti sedang melukis sebuah kejadian yang ia dengar, ternyata Alaska sedang mencari tahu penyebab kecelakaan ayahnya itu, dengan bermodalkan sebatang pensil dan sehelai kertas, Ia memejamkan kedua matanya dan mengingat-ingat keterangan yang disampaikan oleh salah seorang Polisi terkait kejadian kecelakaan mobil ayahnya, ia menggerakan tangannya sesuai cerita yang ada dalam benanknya, tiba-tiba ponselnya bergetar, ia kaget dan membuka matanya ia meletakan pensil dan mengambil ponselnya,
ia menemukan satu pesan dari diki teman kampusnya yang mengatakan bahwa, " lantai dua ruangan paling ujung",
setelah membaca isi pesan whtsapp temannya itu ia bergegas pergi meninggalkan lukisannya itu dengan terburu-buru ia menuju kampusnya disaat hari sudah sore, dan ia baru tiba dikampus saat sudah malam hari, ia menuju ruangan yang dimaksud dalam isi pesan itu dengan mengendap-endap, ia menghindari kamera pengintai alias cctv, sesampainya diruangan itu ia tak menemukan apapun dan siapapun, beberapa saat kemudian ponselnya bergetar
"halo",
"elo kelamaan Gua udah kelar", ujar seoang pria kemudian langsung memtikan telefonnya. Alaska tampak merenung beberapa saat setelah itu Ia kembali pulang kerumahnya.
Keesokan harinya dikampus, Alena sedang berdiri didepan lokernya berharap Alaska segera datang dan ia ingin meminta maaf padanya atas kejadian dua hari lalu, karna sejak kemarin ia telah mencari Alaska untuk meminta maaf,
"misterius banget sih itu orang, dari kemarin gak keliatan, apa jangan-jangan dia hantu, aghhh apaaan sih Alenaaaa",
"ngapain kamu,"
"ha...... ichhhh kegett Gue" sambil memegang dada nya dengan wajah tegang melihat alaska tepat didepannya, ia terdiam beberapa saat kemudian Alaska menegornya
"Hei..... kenapa kamu",
"a....ee... aku mau minta maaf Kak, Kaka Alaska Vabiant, sumpah saya benar-benar nggak tau kalau kaka itu...",
"senior angkatan yang paling ganas, iyah? Itu yang kamu tau", Alana hanya mengangguk dengan wajah yang dekdekan
"jadi hanya itu yang kamu dengar",
"iyah Kak",
"yaudah Saya maafkan kamu, tapi saya tidak tau apa jadinya kalau hal yang sama terjadi pada teman teman seangkatan saya yang lain, jadi kamu harus lebih berhati-hati",
"iyah Kak, makasih yah Kak, ehh Kak .." ,
"iyah, apa ??"
Alena kelihatan gugup untuk mencoba mengatakan sesuatu, kemudian Alaska tersenyum dan megatakan "udah kamu pulang saja, udah sore nggak baik jam segini masih dikampus kalau nggak ada urusan lagi"
setelah mengatakan itu ia lalu pergi meninggalkan Alena, dan Alena hanya hanya menatapnya seolah penuh kagum.Bersambung ,,,,,
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM SORRY
Mystery / Thrillerkisah cinta seorang psikopat dibalik kasus tragedi pembunuhan beruntutan dikampus universitas Indonesia ..