HALO

10.5K 68 0
                                        

Meskipun aku sudah menikah dan memiliki pekerjaan yang mapan kata orang banyak, tapi nasib ku berkata lain, semua orang memandang ku dengan kecakapan dan kecukupan dalam hidup. Iya memang, di jaman yang sudah maju ini memang sudah tidak banyak orang yang memikirkan kenapa kami belum memiliki keturunan satupun. Mereka mengira ini adalah pilihan ku, padahal sebenarnya memang kesalahan terletak padaku. Aku bukan orang yang bermasalah secara genetik ataupun disfungsi seksual, tapi memang keputusan ku di awal yang siap menikahi istri ku sekarang, meskipun pada saat itu  aku tahu dia masih memiliki seorang kekasih. Iya, sesuai penuturan ku ini, memang pada awal nya kami memutuskan menikah karena permintaan keluarga. Hanya karena menuruti keinginan orang tua kami yang mau mengikat pertemanan mereka menjadi sebuah ikatan lebih erat , yaitu keluarga.
Sudah sering kali aku mendiskusikan pada Nara, istriku tentang keinginan ku memiliki anak. Tapi meskipun dengan sifat nya yang ramah dan lembut, dia tetap tidak bisa memberikan jawaban setuju dengan rencana ku. Alhasil setiap keinginan biologis kami memuncak, tetap akan dilakukan menggunakan pengaman. Bahkan pada akhirnya aku mengetahui Nara menggunakan pil konstrasepsi untuk mempertahankan ego nya untuk tidak memiliki anak dariku. Dia tidak mengatakan tidak ingin, tapi diam nya memberikan jawaban.
Tahun lalu aku sempat bertanya setelah 7 tahun pernikahan kami, alasan sebenarnya dia tidak menginginkan nya. Ternyata tidak lain adalah karena janji dia dengan mantan pacar nya dahulu yang terpaksa kandas karena perjodohan kami. Nara selalu bilang tetap mencintai ku, tapi memang secara mental nya belum, bahkan tidak siap memiliki anak dari darah daging ku. Hal itu tentu saa membuatku benar benar terkejut. Kenyataan bahwa aku sebenarnya dahulu juga mengetahui Nara sedang ada hubungan dengan seorang pria, tetapi tidak sama sekali mencoba bertanya padanya mengenai komitmen yang akan kami jalani hanya karena aku juga mengharuskan hubungan ku dengan pacar ku dahulu kandas. Memang ketika saat itu terjadi, dari sisi aku benar benar mencoba menerima kenyataan. Ternyata beda orang akan beda juga yang dirasakan dan dihadapi.
3 tahun pertama pernikahan kami bagiku biasa saja untuk menunda memiliki anak. Hingga tahun selanjutnya rasa keinginan itu semakin kuat, bahkan benar benar mengganggu benak ku.
Namaku Dio anggara. Biasa di panggil Dio. Sekarang umur ku sudah menginjak 36 tahun sedangkan istriku 32 tahun. Pekerjaan ku adalah seorang wakil direktur di perusahaan milik keluarga Nara. Iya, keuntungan ku sebagai suami nara salah satunya Adalah mendapat posisi ini, sedangkan Nara hanya sepenuhnya menjadi seorang istri. Secara sekilas sosok Nara memang wanita sempurna dimata semua orang, termasuk di mata ku.
Hingga sekarang, sesekali masih ketahuan olehku Nara melihat sosok mantan nya, Deni  melalui sosial media. Aku tidak pernah mempermasalahkan karena hak dia bersosial media dengan siapa saja. Tapi terkadang aku melihat dia benar benar melihat album foto di profil Deni dengan serius. Aku pura pura tidak mengetahui nya hingga sekarang. Ku tahu Deni jauh terlihat lebih gagah daripada ku. Tapi aku juga mengetahui Deni sudah berkeluarga sesaat setelah aku mempersunting Nara. Deni adalah seorang bodyguard salah satu petinggi di negeri ini. Bahkan pernah kulihat melalui sosial media nya, tidak sedikit wanita yang memuji nya hanya karena postur badan nya yang terlihat "sempurna" sesuai standar kaum hawa. Dia sudah memiliki 2 anak, satu laki laki dan satu perempuan yang juga sesekali di upload nya ke platform itu bersama dengan istri nya yang terlihat sangat cantik. Ku anggap Nara hanya seperti wanita wanita lain di kolom komentar nya yang mengagumi sosok Deni, tidak lebih. Sampai suatu ketika aku sebuah kenyataan menghantam kepala ku.

Buku 20 - PEJANTAN ISTRIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang