Kejadiannya bermula dari perjumpaan aku dengan seorang teman SMP aku di sebuah toko elektronik, ketika aku sedang membeli stereo set. Pertemuan di toko itu kemudian dilanjutkan dengan makan malam bersama. Joko, teman aku itu, bekerja sebagai *** (edited) di salah satu perusahaan minyak. Karena ia bekerja di bagian produksi, maka waktunya lebih banyak dihabiskan di anjungan minyak lepas pantai. Dua minggu di anjungan, dan satu minggu kemudian ia bekerja di darat. Begitulah pola jadwal kerjanya. Ia telah 5 tahun menikah tetapi belum juga dikaruniai anak. Nama isterinya adalah Nina, bekerja sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi swasta. Pembicaraan di rumah makan tersebut sedemikian mengasyikkan. Kami banyak mengenang berbagai kejadian lucu semasa kami di SMP dahulu. Bagaimana kami berusaha mengintip paha guru-guru wanita, cerita tentang Bibi Kantin, dan sebagainya. Tidak kami sadari, rupanya rumah makan itu akan segera tutup. Kemudian Joko mengajak aku ke rumahnya.
Rumah Joko sudah sepi ketika kami sampai di sana. Menjawab pertanyaan Joko, pembantu wanita yang membukakan pintu mengatakan bahwa isteri Joko telah masuk kamar dari jam sembilan, mungkin sudah tidur katanya. Sambil duduk di ruang tamu menunggu Joko yang masuk ke kamarnya, aku mengamati rumah Joko yang cukup asri ini. Dari foto mereka yang terpajang, aku dapat melihat dan menilai bahwa isterinya cukup menarik dan seksi. Ternyata penilaian aku tersebut tidak salah. Dengan hanya mengenakan daster tanpa lengan dan sedikit terkantuk-kantuk ia menjulurkan tangannya, "Nina" katanya. "Bambang", jawabku singkat. Kemudian Nina mengatakan ia mohon maaf karena mengantuk sekali dan harus tidur cepat karena ia mendapat jadwal mengajar pagi keesokan harinya.
Tinggallah aku berdua dengan Joko melanjutkan perbincangan kami. Sambil berbincang-bincang, kemudian Joko mencoba stereo set yang baru dibelinya dengan menyetel film lama yang cukup terkenal (judulnya kalau tidak salah "Indecent Proposal". Kurang lebih film itu berkisah tentang tawaran dari seorang pria untuk memberikan sejumlah besar uang apabila ia diperbolehkan mengencani isteri pria yang satunya tersebut). Sambil menonton Joko bertanya, "Kalau kamu bagaimana Bang?", tanyanya. Aku menjawab, "Enggak tahu deh.., bingung". Kemudian aku balik bertanya, "Kalau kamu bagaimana Jok?" Joko mengemukakan bahwa kalau ia menghadapi situasi yang demikian, maka ia akan menerima tawaran itu. Bahkan ia kemudian secara terbuka mengungkapkan kepadaku bahwa terkadang ia suka membayangkan isterinya bersetubuh dengan orang lain. Ia merasa janggal dengan keadaannya yang satu ini. Kemudian kami memperbincangkan berbagai hal lainnya. Menjelang tengah malam, akhirnya aku pamit, walaupun sebenarnya masih banyak yang ingin kami perbincangkan.
Dengan kesibukan masing-masing, selama hampir tiga minggu kami tidak berkomunikasi. Sampai akhirnya di satu hari Kamis, ia menelepon aku di kantor menjelang jam pulang kantor. Joko mengajak aku untuk bertemu di salah satu Cafe di bilangan Kemang. Karena tidak acara, akhirnya aku menyanggupi ajakan tersebut. Rupanya Joko ingin membicarakan suatu hal yang agak pribadi, sehingga ia mengajak aku bertemu di cafe tersebut. Setelah pembicaraan basa-basi, akhirnya ia mengutarakan maksud utama mengapa ia mengajak aku bertemu.
"Begini Mbang", kata Joko sebagai pembukaan.
"Sebetulnya aku agak sungkan mengemukakan hal yang akan aku utarakan ini, karena sifatnya begitu pribadi", lanjutnya, "Mudah-mudahan kamu tidak terkejut dan tidak berpikir yang bukan-bukan terhadap aku, setelah semuanya ini aku ungkapkan padamu" sambung Joko lagi.
"Ada apa sih Jok", tanyaku penasaran.
"Pernah tidak kamu membayangkan isterimu bermesraan dengan orang lain", tanyanya.
"Pernah", jawabku singkat dan sejujurnya memang demikian.
"Aku juga", katanya, "Bahkan, aku sangat terangsang kalau membayangkan isteriku bersetubuh dengan laki-laki lain" lanjutnya.
"Sebenarnya, secara tidak langsung aku pernah mengemukakan hal tersebut ketika kita nonton film di rumahku dulu" lanjutnya lagi, "Bayangan itu, hampir tiap malam singgah di kepalaku. Dan sepertinya aku tidak tahan lagi untuk mewujudkannya", kata Joko sambil meneguk minumannya. "Karena itulah, aku mengajakmu bertemu. Terus terang Mbang, aku mau minta tolong padamu. Maukah kamu menyetubuhi isteriku? Aku ingin melihat kamu menyetubuhi isteriku", katanya malu-malu.
Walaupun sebenarnya aku juga sudah menduga-duga kemungkinan akan hal itu, tetapi aku tetap tertegun mendengar ungkapan Joko tersebut.
"Maaf ya Mbang, kalau permintaanku itu kurang nikmat buat kamu", kata Joko melihat aku diam saja.