Sexy devoted wife

5.9K 11 0
                                    

Pamannya sudah 1 bulan ini sakit-sakitan. Bram merasa bersalah. Dia sudah 2 tahun menumpang di rumah pamannya ini, untuk kuliah di sebuah kursus pendidikan komputer. Istri Paman, Bibi Ena, menanggung seluruh beban keluarga, dengan Bram dan 3 orang anak mereka yang masih kecil. Sebelum sakit-sakitan, Paman bekerja sebagai supir di keluarga Wijaya. Cukup lama, sekitar 5 tahunan.

"Paman, boleh ga aku tanya sesuatu?" Bram berkata suatu hari kepada pamannya yang tergolek lesu di ranjang sempit.

"Apa Bram?"

"Boleh ga, aku gantiin paman jadi sopir di rumah Wijaya?" tanya Bram.

"Bram, .... . Aku tidak bisa mengijinkan hal itu," kata Paman dengan berat hati. Pamannya mengingat perjanjiannya dengan ayah Bram, ketika mereka masih kuliah. DIa berjanji bahwa ketika ada sesuatu terjadi pada ayah Bram, dia akan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap hidup Bram, dan tidak akan mungkin memaksa Bram untuk bekerja, membantu rumah tangganya.

"Paman, aku harus bekerja! Aku tidak tega melihat Bi Ena menanggung semuanya sendiri."

Sekilas mereka berdua melihat ke arah Bi Ena yang sedang sibuk menyuapi anak terkecil mereka.

"OK, Bram, aku akan menelepon pak Wijaya untuk mengabarkan penggantiku."

————-

Rumah keluarga Wijaya di daerah Pondok Indah, Jakarta Selatan, sungguh mewah dan sangat luas. Bram duduk tepekur, sementara Pak Philip duduk di depannya sambil menerima telepon dari seorang rekan bisnisnya. Sebelum itu, Pak Philip berkata bahwa dia sudah tahu mengenai akan datangnya pengganti Pak Akhsan (paman Bram).

"OK, Bram, kamu mulai bekerja besok pagi. Tugasmu adalah mengantar ketiga anakku dan istriku kemanapun mereka pergi. Kamu boleh menginap di sini, atau kamu boleh pulang pergi. Tapi, kamu harus siap kapanpun anak-anakku atau istriku memanggilmu."

"Baik, pak. Paman saya menyarankan saya untuk menginap di sini saja pak," jawab Bram.

"Minah akan mengantarmu ke kamar sopir. Minah!" panggil pak Philip kepada satu-satunya pembantu di rumah besar itu. Seorang wanita muda dengan dandanan sederhana kemudian muncul sembari tersenyum manis kepada Bram. "Mari mas Bram, saya bantuin angkat barangnya," kata Minah tulus.

————-

Hari-hari berlangsung cepat minggu itu. Bram kemudian berkenalan dengan ketiga anak keluarga Wijaya, yang secara mengejutkan mempunyai kepribadian yang sangat menyenangkan. Yang tertua, Sisca, benar-benar pribadi yang mengagumkan. Cantik, pintar, rendah hati, dan humoris. Steven, nomer dua, benar-benar konyol dan seorang penggila sepakbola. Tifanny, si bungsu, benar-benar anak yang manis, penurut, dan lebih suka bermain di dalam dunianya sendiri. Bram belum pernah bertemu dengan istri pak Philip, karena Ibu Patty, panggilan istri pak Philip, sedang berada di Singapura untuk urusan bisnis.

Bram menjalankan aktivitasnya setiap hari, mengantar ketiga anak itu kemanapun mereka mau pergi. Sisca, seorang siswi SMA Internasional terkenal di Jakarta Selatan, paling sering pergi membawa mobil, tentu saja dengan Bram sebagai sopirnya. Bram pun mulai menikmati aktivitasnya sebagai supir. Untuk sementara, kursus komputernya dia tinggalkan, demi menopang hidup keluarga Paman.

————-

"Mas Bram, tolong antering Sisca ke sini dong, ada pesta Prom Night soalnya," rayu Sisca suatu sore ketika Bram sedang duduk santai di teras belakang, ngobrol dengan Minah.

Sore itu matahari sungguh indah, memancar menjelang tenggelam. Sinarnya berwarna keemasan menyinari sosok Sisca yang sempurna. Kuning langsat, dengan tubuh yang menawan. Dia mengenakan tanktop warna biru muda dengan tali kecil, dengan celana putih super pendek, seperti kebiasaannya. Tali BHnya terlihat di bahunya. Warnanya biru.

Cerita SeruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang