Kenangan Masa Lalu

131 19 1
                                    

Shi Ying, atau yang saat ini lebih dikenal dengan nama Shi Hanren, menatap dengan raut tak percaya pada pria di hadapannya. Bagaimana tidak? Postur tubuh sempurna diimbangi dengan wajah rupawan, rahang tegas, hidung mancung dan mata dibingkai oleh sepasang alis tebal yang seakan mampu mempertegas ketajamannya. Jubah putih yang membalut tubuhnya seakan berkibar meski tidak ada embusan angin di tempat itu.

Shi Hanren sama sekali belum pernah bertemu dengan sosok pria tersebut sebelumnya, tapi di saat yang sama, secara naluri dia mengenali siapa yang saat ini berada tepat di hadapannya. Wajah pemuda itu pun memerah dan tangan mengepal erat.

"Xie Yun ...," bisiknya tanpa sadar.

Pria berjubah putih itu pun tersenyum separuh, menampakkan gigi putih yang menyembul dari celah bibir yang terbuka. Terkesan kejam, tapi tidak mengurangi pesonanya sama sekali.

"Aku senang kau mengenaliku, Hanren. Ooh, atau aku harus memanggilmu Shi Ying, mantan pengikut setiaku yang membelot?"

"Pengikut?" Memasang wajah muak, berpaling ke samping. "Cuih! Lepaskan aku!"

Tidak ada perubahan berarti dari wajah Xie Yun, hanya saja sorot matanya yang semakin tajam melihat kelakuan manusia yang sudah berada dalam genggamannya itu. Dengan satu jentikan jari, semua belenggu yang mengikatnya menghilang, bersamaan dengan tenaga kultivasinya yang ditekan hingga dasar membuat seorang Shi Hanren tak ubahnya seorang manusia biasa.

"Aku bukan pengikutmu, dan tidak akan pernah menjadi pengikutmu." Masih berusaha mempertahankan sikap angkuh. Mengelus bekas belenggu di tangan, dengan posisi duduk. "Kalau saja bukan gara-gara kau, ibuku tidak akan mati. Ke mana kau saat aku membutuhkanmu untuk menyelamatkan ibuku? Dewa macam apa kau yang tidak mau menolong pengikutnya? Ke mana kau saat aku membutuhkan bantuanmu? Dan sekarang kau menyebutku membelot? Cuih!"

"Kau pikir, atas dasar apa aku harus menolong ibumu? Apa untungnya buatku jika menolongnya?"

Shi Hanren membelalak tak percaya mendengar pertanyaan dari pria di hadapannya. "Dia pengikutmu yang paling setia, bagaimana bisa kau menanyakan alasan untuk menolongnya?"

"Ooh, hanya itu?"

Lagi, Shi Hanren dibuat tidak percaya dengan pertanyaan sarkas yang terlontar dari dewa yang pernah dipuja dan dikaguminya saat kecil. Apakah semua dewa memang seperti Xie Yun?

"Ka-kau!"

"Shi Ying ... Shi Ying ... kau pikir aku punya berapa pengikut yang memujaku? Belasan? Puluhan? Aku punya ribuan pengikut yang memujaku dengan sepenuh hati mereka. Lalu, apa aku harus menolong mereka semua jika mereka dalam kesulitan?"

Shi Hanren tidak membalas, hanya sorot matanya masih memancarkan amarah. Sudah 20 tahun lebih dia memendam amarah pada dewa yang satu ini, dan itu tidak akan berubah dengan mudah.

"Lagi pula, seperti yang selalu kau bilang, aku hanyalah dewa cinta dan ketampanan, apa yang bisa kulakukan selain bercinta dan memamerkan wajah tampanku?" Senyum miring kembali terulas di bibir penuh Xie Yun. "Apa kau berminat mencicipi kelebihanku?"

Kali ini Shi Hanren bisa merasakan aura intimidasi yang kuat dari pria di hadapannya. Bagaimanapun, Xie Yun bukanlah pria biasa, dia adalah seorang dewa yang terpilih dan memiliki kekuatan dari langit.

Dengan sedikit akal sehat yang tersisa, mata Shi Hanren menatap sekeliling ruangan, mencari celah untuk melarikan diri.

Ada sebuah jendela di sisi kiri, cukup besar untuknya meloncat keluar. Namun dia bisa merasakan adanya aura sihir yang melapisi jendela tersebut. Satu-satunya pintu keluar berada di belakang Xie Yun yang masih setia menatapnya dengan seringai keji. Dengan kata lain, dia harus berhasil melewati dewa itu untuk mencapai pintu. Itu pun dia masih harus melewati penjagaan yang---dia yakin---cukup ketat.

ADONISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang