Satu minggu berjalan dengan sangat lambat bagi Shi Ying kecil. Upacara perayaan ulang tahun berjalan cukup lancar dengan permaisuri yang memaksakan diri hadir meski dengan kondisi yang sangat lemah. Tabib dari istana dan beberapa pengawal tambahan tiba di hari berikutnya dengan membawa pasokan obat setelah mendapat laporan jika sang ibu negara terluka cukup parah akibat para bandit gunung.
Sepanjang sisa hari berada di Kuil Xie Yun, Shi Ying berusaha bertahan menghadapi rentetan mimpi buruk yang menghantui setiap malam. Jika saja bukan karena keadaan sang ibu yang masih terlalu lemah untuk kembali ke ibukota, Shi Ying pasti akan secepatnya kembali ke istana dan menentukan langkah selanjutnya yang akan dia ambil untuk menghindari hal buruk di kehidupannya kelak.
Di hari kedelapan, rombongan Shi Ying kembali ke ibukota setelah permaisuri dinyatakan cukup kuat untuk perjalanan panjang dengan kereta khusus yang dilengkapi dengan mantra pelindung.
Dan sekarang, setelah dia kembali berada di kamar istana, Shi Ying mulai memikirkan langkah yang harus dia ambil setelah ini.
Sebagai seorang pangeran mahkota, sang ayah telah memberinya guru terbaik untuk membimbingnya dalam hal ilmu pengetahuan dan juga kultivasi. Hal inilah yang membuat Shi Ying bisa meraih tingkatan tertinggi ilmu kultivasi di kehidupan sebelumnya.
Namun, sekarang semua sudah berbeda. Dia tidak kehilangan sang ibu. Tidak juga mengubur diri dalam keputusasaan dan mengubah nama menjadi Shi Hanren. Di hidupnya sekarang ini, tidak akan ada lagi sosok Pangeran Mahkota Shi Hanren yang tidak bermoral. Dia sudah bertekad untuk memperbaiki semuanya sejak pertama kali membuka mata kembali di istana.
Tanpa terasa waktu 10 tahun berlalu bagai kedipan mata, kini Pangeran Shi Ying sudah menginjak usia 15 tahun, dia tumbuh menjadi sosok pangeran yang baik dan santun. Sang permaisuri---ibu Pangeran Shi Ying---berhasil hidup hingga 7 tahun setelah penyerangan di hutan meski dalam keadaan lumpuh. Meski pada akhirnya tetap meninggal setelah menderita penyakit parah.
Setidaknya seperti itulah yang diketahui oleh rakyat Kerajaan Kong.
Hanya orang-orang yang tinggal di balik tembok istanalah yang tahu bagaimana kehidupan di dalam sangkar emas kerajaan. Kematian seorang anggota istana mungkin terlihat sangat natural di mata orang awam. Namun, itu semua berdasarkan tingkat kesempurnaan plot yang dijalankan oleh suatu oknum lain.
Pangeran Shi Ying bukan tidak tahu siapa yang berada di balik kematian sang ibu. Dia yakin jika itu adalah orang yang sama yang merencanakan penyerangan di hutan 10 tahun lalu. Dia mengetahui dalang penyerangan itu dari kehidupan sebelumnya. Namun kematian permaisuri saat ini tidak ada di masa lalunya, dan itu membuatnya lengah.
Pun demikian, kali ini Shi Ying berhasil menahan diri dan bersikap layaknya pangeran. Dia mengumpulkan berbagai bukti melalui prajurit bayangan yang dipekerjakannya secara khusus sejak berusia 10 tahun. Meski demikian, hingga saat ini dia masih belum memiliki cukup kekuatan untuk membongkar semuanya.
Berbekal ingatan masa lalu, kemampuan kultivasinya saat ini sudah berhasil mencapai tingkat menengah tahap akhir, hanya tinggal menunggu waktu hingga dirinya bisa menembus tingkat dewa seperti di kehidupan lalu. Ritual pemujaan ke Kuil Xie Yun pun tidak lagi dilakukan semenjak sang ibu meninggal.
"Yang Mulia, sosok yang Anda cari terlihat beberapa waktu lalu di Hutan Chaoyang." Seorang pria berpakaian serba hitam membungkuk.
"Hutan Chaoyang?"
"Benar, Yang Mulia. Ada sebuah padepokan sederhana di salah satu lembah di Hutan Chaoyang."
"Jadi orang itu mendirikan padepokan?"
"Benar, Yang Mulia." Jawaban mantab dari pria itu menandakan jika dia yakin dengan hasil penemuannya.
Kening Shi Ying berkedut. Padepokan? Dia sama sekali tidak ingat jika 'orang itu' memiliki padepokan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADONIS
FanfictionSemua orang pasti memiliki sebuah penyesalan dalam hidupnya. Lalu, bagaimana jika diberi kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahan terbesar dalam hidup?