Aku hanya takut tidak melihatnya tersenyum lagi. Senyumannya yang secerah matahari itu, akan ku usahakan masih merekah pada bibirnya yang indah.
—Togame Jou—Choji merasa hidupnya tidak lagi bebas, dia seperti sedang di kekang oleh sesuatu. Setelah menjadi seorang pemimpin, dia kehilangan segala-galanya yang menjadi kebahagiaannya. Kenapa hal seperti itu bisa terjadi? Kenapa Choji tidak menemukan jawabannya. Kehilangan kebahagiaan yang selalu dirasakannya itu, membuat Choji beranggapan jika dia belum sepenuhnya memiliki segala-galanya.
Dia berpikir, bahwasanya setelah menjadi seorang pemimpin. Maka dia akan mendapatkan banyak kebebasan. Namun, nyatanya itu kesalahan. Choji tidak mengerti, dia ingin merebut kebahagiaannya kembali.
Sayangnya dia pun tidak tahu, kemana harus mencari kebahagiaannya itu sendiri. Dia merasa telah gagal, gagal mempertahankan sebuah kebahagiaan yang didapatkannya kala itu. Lantas, apakah dia perlu melakukan banyak hal dengan cara tidak wajar? Atau hal-hal licik lainnya. Choji ingin bahagia, dia berkeinginan menjalani kehidupannya seperti dulu. Di mana dia tidak perlu berusaha payah memikirkan kebahagiaannya sendiri, bahkan ketenangan pun selalu dirasakannya.
"Kenapa aku merasa menjadi pemimpin itu memuakan, aku hanya membuang-buang waktu saja. Dan aku tidak bebas," kata Choji pada Togame.
"Kau hanya perlu melakukan apa yang kau sukai, dan nikmati saja. Asalkan tidak merugikan orang lain, bukankah seperti itu yang perlu kau lakukan? Ada banyak hal mudah yang bisa dilakukan. Kenapa kau harus memikirkannya seperti tidak memiliki jawaban," kata Togame sambil meneguk air mineral di tangannya itu.
"Kame-chan. Sepertinya semua orang harus kuat sepertiku. Jika mereka lemah, maka aku tidak mendapatkan kebahagiaan. Mereka terlalu bergantung padaku kan? Dan aku tidak mendapatkan apapun."
Awalnya Togame tidak mengerti apa yang di maksud oleh Choji, dia berpikir jika Choji mengatakan hal yang aneh seperti biasanya. Namun, Togame terkejut. Kala Choji melayangkan pukulannya pada salah satu antek-anteknya yang di anggapnya lemah itu.
Tidak, dia bukan seperti Choji. Dia bukan Choji, kenapa anak menggemaskan itu melakukan hal yang tidak seharusnya di lakukan. Choji pernah bilang, jika semua orang di dekatnya. Adalah orang-orang yang perlu di lindunginya. Lantas, apa yang baru saja Togame lihat?
"Choji apa yang kau lakukan?!" sentak Togame yang tidak terima melihat hal tersebut.
"Dia lemah, karena dia aku tidak bebas. Aku tahu sekarang, alasan kenapa aku sulit merasakan kebahagiaan. Karena aku terlalu sibuk melindungi kalian, seharusnya kalian lebih kuat lagi. Dengan begitu, aku bisa menemukan kebahagiaanku sendiri. Waktumu terbuang sia-sia karena kalian!" bentaknya sambil melepaskan jaket yang dikenakan oleh temannya itu.
Jaket yang memiliki sebuah lambang sekolah mereka, Shishitoren. Choji tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Tapi, apa yang telah dilihatnya merupakan kenyataan yang ada.
"Choji."
"Kalau ada yang tidak terima, maju sini!" serunya yang membuat antek-anteknya yang lain mendadak ketakutan.
Bagaimana tidak, mana ada yang berani melawan Choji. Dia merupakan ketua termuda Shishitoren yang paling terkejut. Bahkan Togame tidak bisa melawannya dengan baik, dia satu-satunya terkuat di sekolah tersebut.
Meskipun Togame tahu Choji melakukan kesalahan, melihat anak itu tersenyum secerah dulu. Togame merasa senang, setidaknya dia bisa melihatnya tersenyum seperti dulu. Sekalipun yang dilakukannya kesalahan, Togame hanya ingin melihat senyuman manis itu.
Dia mendekat, memegang jaket yang awalnya di pegang oleh Choji. "Biarkan aku yang menyalurkan pemikiranmu pada yang lainnya."
Dengan begitu, Togame telah berjanji. Dia akan mengusahakan yang terbaik. Tidak masalah jika dia telah melakukan kesalahan. Ini merupakan kesalahan terbesar dalam hidupnya, hanya karena ingin melihat senyuman milik Choji. Seseorang yang telah membuatnya menemukan secercah cahaya.
Tidak apa-apa, Togame sudah bersedia. Dia telah membiarkan dirinya sendiri untuk menanggung semuanya sendirian. Yang dilakukannya demi Choji, demi sebuah senyuman yang masih terus merekah.
Hanya saja, Togame juga sudah melakukan kesalahan fatal. Jika seandainya dia berani menentangnya, mungkin Choji masih bisa dikendalikan. Dia tidak akan menjadi orang lain, menjadi seseorang yang bahkan tidak seperti dirinya yang dulu lagi.
TBC
Mungkin enggak sepenuhnya kok terinspirasi dari manganya Wind breaker. Aku suka karakter Togame sama Choji, pertemanan mereka itu rill banget buat kehidupan ku. Jadi, kepengen aja mengabadikan kisah mereka lewat tulisan yang akan ku kenang selamanya. Aku bebas melakukan apa saja di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Tanggung Sendirian [✓]
FanfictionHanya karena ingin terus melihat Choji terus tersenyum. Togame rela melakukan apa saja, dia tidak kenapa-kenapa jika harus menanggung semuanya sendirian. Start-24-Mei-2024 Jum'at Finis-30-Juni-2024 Minggu