Pearl Of Peace

BAB 7

Ombak laut menghantam tubuhnya berulang kali, ekor ikannya melawan tekanan arus air laut. Hujan lebat menambah sulitnya naik ke permukaan. Kilatan lidah halilintar membelah langit, nuansa menakutkan menaungi langit biru.  Badai laut adalah hal berat sejarah klan duyung. Tidak mudah melawan arus laut biru. Sering kali manusia mengartikan terseret badai laut sama saja membuang nyawanya. Namun, anggapan manusia tidak sepenuhnya akurat. Hanya segelintir mereka berani mengalahkan badai laut. Melawan arus laut bukan tugas mudah dilakukan siapa saja, pasti ada hal istimewa pada orang itu. Mengenai sejarah badai laut, sebuah pesan tertoreh: 'Kristal air memiliki kekuatan mematahkan pantangan laut biru'.

Avena terjaring ombak, ekor ikannya tidak kuat berenang melawan gelombang laut. Tubuhnya perlahan melemas, matanya terpejam, sinar kristal air menguar ditubuhnya. Malam itu wujud aslinya terombang-ambing gelombang laut

Di tepi pantai sunyi, diantara riak ombak perlahan memayungi pasir putih, seorang putri duyung, terbaring tak berdaya di tepian, sirip indah biasanya membelah air sekarang terlentang tanpa kekuatan.

Sinar matahari pagi memancar, rambut panjangnya basah tergerai seakan alga laut beranjak menyelimutinya. Matanya terlelap tidak sadarkan diri. Air laut beriak halus mengelilingi tubuhnya, kadang-kadang menampar lembut seolah berusaha membangunkan tidur panjangnya. Walaupun begitu Ia berhasil melewati badai laut, kristal air milik ibunya melindunginya keluar jurang laut. Alunan angin menerpa telinganya, suara ketukan sepatu berjalan semakin mengarah ke dirinya. Bayangan sesosok laki-laki menghalau cahaya pagi di mata Avena.

"Klan duyung" Gumam remaja laki-laki bermata keabu-abuan

Malam tadi pelayan barunya tanpa sengaja memecahkan giok merah milik ibunya, Ia merasa bersalah tidak bisa menjaga barang pemberian ibunya, Pangeran Andrew marah ia takut amarahnya sampai melukai pelayan baru, akhirnya Pangeran Andrew menyelinap keluar tanpa pengawasan siapapun. Perhatian mata abu-abu itu beralih pada dahi Avena. Teratai putih terbentuk sepintas, Pangeran Andrew berjongkok, tangannya memeriksa denyut nadinya

"Dia masih hidup" batin Pangeran Andrew

Tanpa sengaja, lengan Avena menyentuh simbol rantai bayangan dilehernya. Pangeran Andrew terpaku, ia tak merasakan sakit disentuh gadis asing didepannya  Padahal, setiap orang yang menyentuh simbol itu, lehernya terasa perih, Pangeran Andrew memandang Avena penuh tanya, mengapa rasa sakit itu tak muncul? Di pikirannya, Pangeran Andrew berharap bahwa Avena bisa memberi petunjuk mengenai penyembuhan penyakitnya.

Kakinya menjauhi laut biru membawa Avena ke kastilnya. Di tempat lembab dan licin pangeran Andrew menaruh Avena ke ruang bawah tanah. Dimana hanya dirinya pemegang kunci pintunya. Tuan Arnold menyerahkan kunci ini padanya berjaga-jaga bila terjadi sesuatu mengancam dirinya. Ruang bawah tanah dibuat kokoh menggunakan pondasi batu safen. Batu ini dipercaya menangkis sihir jahat dan menambah energi spiritual sehingga aman serangan sihir jahat. Pangeran Andrew mengurung gadis seumurannya di kolam penjara berukuran sedang. Tangan pangeran memasukkan Avena ke dalam kolam itu. Air kolam menciprati kerah lengannya saat Avena masuk disana.

"Dia masih belum sadar" Batin pangeran Andrew

"Kapan kau bangun" pandangannya terfokus wajah pucat Avena

•••

Komandan klan duyung berdiri mengamati peta provinsi Itya. Kakinya melangkah mengambil kotak kayu di meja samping. Begitu kotak kayu dibuka, terlihat rotan terpampang jelas seukuran tangannya. Tangannya memegang rotan menunjukkan wilayah kota Kulipa di peta.

"Kota Kulipa merupakan tempat tinggal ternyaman bagi klan kita, terletak di dekat laut membuat kita mudah mengambil air tanpa kekurangan sedikitpun. Semenjak Pasukan Zerka menyerang rakyat klan duyung posisi kita di kota ini terancam. Mereka berusaha menangkap kita untuk mendapatkan kristal air milik Evelina, ibu Avena. Kristal air hanya bisa muncul seratus tahun sekali. Kali ini kristal air terlahir di tubuh Evelina-" terang Tetua Jian terpotong prajurit kaki tangannya, Derol