Sang Pri-Cin

Sang Pri-Cin - 1. Kisah Awal Mas Pri

*Kalian bisa cek pada link untuk cerita Author yang lain pada https://karyakarsa.com/grakarsa

*****

Sang Pri-Cin
1. Kisah Awal Mas Pri
- MasPri PoV -

Hidup 29 tahun di dunia ini dan masih belum gue temukan kepuasan di hati. Bagi pria seusia gue, sudah saatnya gue merencanakan masa depan dengan menikah, memulai kehidupan rumah tangga bersama keluarga kecil yang akan selalu menunggu gue pulang di rumah. Sayangnya, semua itu masih jauh dari pandangan. Gue masih terlampau nyaman atas kehidupan yang sedang gue jalani sekarang.

"Pagi mas Pri." Sapa dua wanita teman kantor gue secara bersamaan. Sambil menoleh ke arah mereka gue balas oleh senyuman yang langsung membuat mereka tersipu malu sendiri.
Harus gue akui bahwa gue memiliki fisik yang sangat menarik. Catat, fisik ya, bentuk tubuh, perawakan badan. Kenapa gue bisa berkata demikian? Karena tak jarang orang-orang akan memanggil gue dengan sebutan 'kuli kantor'. Julukan ini gue dapatkan sebab gue menyadari jika wajah gue tidaklah setampan aktor-aktor atau para selebriti lain di sosial media. Baik teman gue di kantor, teman sekolah terdahulu, bahkan juga teman kencan gue pun mengakui hal tersebut.

"Lo ya Pri, coba deh perawatan wajah gitu siapa tahu bisa berubah wajah lo. Hahaha!" Tawa seorang sahabat dekat gue yang tak bosan-bosannya mengolok wajah gue ini.
Tunggu dulu, gue gak bilang gue jelek, hanya saja mungkin gue memiliki paras yang bukan menjadi standard tampan warga-warga di Indonesia ini.

Julukan 'kuli kantor' ini gue dapatkan karena mereka kerap kali mengatakan jika gue ini mirip seperti kuli-kuli bangunan meski gue bekerja kantoran di perusahaan yang benefit dan gue rasa pasti kalian mengetahuinya. Gue memiliki tubuh berotot layaknya kuli-kuli, belum lagi warna kulit sawo matang yang cenderung gelap karena sering berjemur selepas berolahraga. Maka jadilah julukan ini tercipta semenjak gue kuliah hingga sekarang ini selalu saja gue dengar ada orang yang memberika gue julukan tersebut.

Tersinggung? Tentu tidak. Biasa saja gue dengarkan orang-orang berkata demikian, toh gue sendiri memiliki pasarnya sendiri yang mengagumi sosok gue. Ditambah lagi, mereka yang mengolok gue pun pasti akan berlutut luluh saat mereka melihat badan telanjang gue. Ukuran kontol gue yang gue banggakan, 6 cm ketika lemas dan 18 cm saat tegang maksimal. Gue jamin mereka akan bertekuk lutut, meracau nama gue sambil menyerahkan dirinya untuk gue puaskan.

Ya inilah gue, Priambudi Laksana, pria pribumi asli Indonesia berumur 29 tahun yang sibuk dengan kegiatan bekerja dan mencari kepuasan hati melalui pergumulan panas yang selalu dengan mudah bisa gue lakukan. Berbekal aplikasi dating kitab kuning, orange, atau biru, banyak sekali cowok-cowok yang mengirimkan pesan meminta gue untuk datang ke tempat mereka demi rela gue entot.

Gue adalah seorang Gay Top penikmat lobang pantat. Sejak kecil memang sudah gue sadari tentang perilaku gue yang berbeda dan bukannya mengutuk hal tersebut, gue malah semakin memantapkan diri sebab pengalaman pertama yang gue dapatkan dari om gue sendiri. Cerita itu tak terlalu penting, hanya pengalaman pertama gue menyodomi lobang pria dan menjadikan gue ketagihan sampai sekarang.
Tak pandang bulu, siapapun yang menyerahkan pantatnya akan gue entot asalkan gue bisa bernafsu melihat tubuh mereka. Namun dari itu semua, gue memiliki seorang tipe pria yang sungguh membuat gue terangsang. Pria-pria keturunan Chinese, itulah sosok idaman gue. Beberapa kali gue menikmati tubuh putih nan mulus mereka dan bagi gue pribadi pengalaman tersebut sangatlah nikmat. Lobangnya seolah tak pernah longgar meski sudah gue entot berkali-kali atau bahkan dientot pula oleh orang lain. Paras rupawan mereka, serta tubuh mereka yang sering kali mulus berwarna kulit kontras dengan gue, jujur itulah kenikmatan gue sendiri. Mungkin jika gue bisa disebut fetish, fetish gue adalah menjajah tubuh cowok Chinese.

—————

Gue baru selesai memakai celana dan hendak mengancingkan kemeja. Tepat di belakang gue tengah terkapar seorang cowok Chinese dengan seragamnya yang masih ia pakai. Kami bertemu di sebuah aplikasi dimana ia langsung mengajak gue Fun di sebuah hotel yang telah ia pesan. Sudah berpengalaman rupanya, anak-anak SMA jaman sekarang memang beda.