SPC - 5. Amarah sang OB

289 6 0
                                    

*Kalian bisa cek pada link untuk cerita Author yang lain pada https://karyakarsa.com/grakarsa

*****

Sang Pri-Cin
5. Amarah sang OB
- MasPri PoV -

Sekembalinya gue ke kosan, gue menemukan secarik kertas bertuliskan nomor HP Cindra yang diselipkan masuk ke dalam kamar. Hati gue berbunga-bunga, rasanya senang sekali mendapatkan nomor Cindra. Apakah mungkin ia sengaja melakukannya karena memang ingin dekat dengan gue?
Ah sialan! Kenapa pula hati ini berdebar layaknya anak SMA yang kasmaran? Apa ini memang yang dinamakan kasmaran? Apakah gue menaruh hati padanya?

Bisa dibilang gue tak pernah pacaran sama sekali. Mulai dari remaja hingga sekarang ini, sepanjang gue hidup dan bernafas, gue tak pernah mengalami pacaran secara nyata. Paling jauh, hubungan gue dengan seseorang ini sebatas texting intense dan pergi keluar berdua selama kurun waktu dua bulan. Tak ada tembak-menembak, pengakuan suka atau sayang, kami berdua melakukannya karena memang kami menyukai keberadaan satu sama lain kala itu.
Jika memang itu masih dapat dikategorikan sebagai pacaran, berarti gue pernah pacaran selama dua bulan saja. Hanya dua bulan sampai 'pacar' gue ini memutus hubungan karena ia mengaku sudah mendapatkan 'pacar' yang lain. Entahlah, gue juga tak peduli.

"Chat lah anjing! Ajakin jalan terus tidurin tuh Cina. Cakep lagi, tipe lo kan?" Ujar Ardi sambil makan dengan lahapnya saat kami sedang berada di kantin kantor.

"Goblok. Ya kali tiba-tiba gue tidurin dia. Kalo dianya ilfeel gimana?"

"Hari gini masih mikirin ilfeel? Orang-orang liat lo bugil sama kontol ngaceng lo juga langsung bertekuk lutut kali sama lo, ga bakalan nolak." Suara Ardi yang cukup kencang terdengar hingga ke meja-meja sebelah. Bahkan ada seorang cewek yang tiba-tiba tersedak.
"Tuhh, cewek di sebelah aja pasti ngebayangin ucapan gue barusan." Tawa Ardi puas.

"Ga gitu juga konsepnya Ardi. Ah otak lo ngewe mulu sih."

"Ehh eh. Bukannya lo yang punya otak ngewe mulu? Mana sering ngerekam cowok yang lo entot juga lagi kan. Lo lebih parah dari gue Pri." Gue mengernyitkan dahi, tak percaya dengan ucapan sesama buaya ini.
"Seenggaknya gue pernah pacaran while elo nggak kan? Lo ga mau terikat sama orang karena lo masih pengen main sana-sini." Jabarnya kembali.
"Atau jangan-jangan... Lo suka banget sama tuh Cina?"

Gue melotot. Perasaan yang gue tidak tahu sama sekali. Memang harus gue akui gue suka melihat keberadaan Cindra walau hanya sebatas fisik semata untuk sekarang.
"Mungkin." Jawab gue pendek.

"Ya kalau gitu kejer aja. Chat sekarang ga ada salahnya kan. Toh dia juga udah ngasih nomornya ke lo. Cuek aja, apa sih emang yang bikin lo bimbang?"

—————

Kini gue sudah berada kembali di kamar kosan. Sedari tadi gue hanya tidur-tiduran di kasur, menatap layar HP dengan pandangan kosong. Gue memikirkan apakah pesan yang harus gue kirim untuk Cindra.

"Udahlah, lo kirim aja pesan apa kek, ajak ketemuan gitu atau ajak ngewe sekalian juga. Say, dia nolak atau marah atau apapunlah, lo masih bisa cari cowok lain yang jauh lebih oke dari dia kan?"
"It's easy for you to get a replacement, liat aja si Ehan sama Xana. Gue dan lo sama-sama kenal mereka udah lama dan ternyata apa? Mereka yang juga sama-sama buaya kaya kita, rela ngerendahin diri buat nikmati kontol lo. Nah ini, apalagi cari Bot lain, gue rasa lo tinggal ngedipin mata juga pada langsung klepek-klepek tuh cowok-cowok lain."

Kalimat Ardi tadi siang masih terngiang jelas di benak gue. Tak terlalu susah lah bagi gue sebenarnya untuk mencari sosok orang yang dapat memuaskan diri ini, hanya saja sekarang permasalahannya adalah, gue yang bersikap aneh terhadap satu cowok Cina bernama Cindra ini.
Aneh. Gue merasa sangat bodoh aja sekarang, tidak bisa berpikir normal seperti biasanya.

Sang Pri-CinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang