Chapter 22

1.7K 180 19
                                    

Sementara itu di tempat lain, seorang gadis berambut pirang tengah berjalan tertatih-tatih menyeret tubuhnya yang terasa remuk.

Dia rela berjalan melewati gang-gang kecil demi menghindari resiko akan adanya orang yang bisa saja mengenalinya sebagai putri bungsu Lucas Bailey.

Dia Canny. Gadis berponi dengan penampilannya yang nampak acak-acakan dan kusut.

Saat kakak-kakaknya sedang kelimpungan mencarinya, disisi lain gadis itu juga sedang berusaha keras untuk pulang di tengah keadaannya yang mengenaskan.

Sebenarnya apa yang terjadi?

Flashback..

Bel masuk kelas sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu, tapi Canny malah ketiduran di perpustakaan.

Dada kirinya sempat mendadak terasa sakit tadi, dan untuk mengalihkan rasa sakit tersebut Canny memutuskan untuk tidur sejenak.

Tapi yang terjadi ia malah kebablasan, bahkan ia baru terbangun beberapa saat sebelum bel pulang sekolah berbunyi.

"Sial, gue ketiduran."

Canny merutuki dirinya, apalagi menyadari ia telah melewatkan jam pelajaran, bisa-bisanya ia kelepasan tidur hingga lupa waktu.

Canny sedikit merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku akibat tidur dalam posisi duduk untuk waktu yang lama.

Setelah merasa kesadarannya sudah terkumpul sepenuhnya, Canny nampak terdiam sambil memikirkan sesuatu di otaknya.

Seperti, apa yang harus ia lakukan sekarang? Terlalu malas baginya untuk kembali ke kelas, lagipula sebentar lagi juga bel pulang akan segera berbunyi.

Gue tunggu aja kali ya sampe bel pulang, ntar pulangnya terakhir aja.

Di saat Canny sedang berpikir itulah ada dua orang yang datang memasuki perpustakaan.

Canny refleks menengok saat mendengar suara pintu yang dibuka, dan beberapa detik setelahnya kedua mata Canny melebar sempurna saat melihat siapa yang berdiri di ambang pintu.

Keadaan perpustakaan sudah sepi, dan sekarang malah datang dua gadis yang menurut Canny berpotensi membuatnya terancam.

"Wah wah wah, liat ada siapa disini." salah satu dari kedua orang itu mengeluarkan suara remeh ditambah senyuman menyeramkan membuat Canny mendadak gemetar karenanya.

Ingatan Canny kembali terlempar ke saat dimana kedua orang itu pernah mem-bully-nya secara verbal, bahkan mereka berdua juga mengatakan hal-hal buruk soal ayah dan kakak-kakaknya.

"Kebetulan banget nih Han, gue lagi gabut. Asik kali ya kalau kita main-main dikit sama dia." ujarnya lagi, sementara gadis yang diajak bicara hanya diam sambil menatap tak percaya kepada temannya.

Keterdiaman Hani membuat Michelle menatap heran si gadis mungil. "Lo kenapa deh? Kenapa diem aja?"

"Michelle, please jangan aneh-aneh. Gue gak mau kena masalah lagi gara-gara berurusan sama dia."

"Ck ayolah Han, cupu banget lo. Emang lo gak mau bales dendam sama ni anak, gue aja masih kesel gara-gara dia gue jadi dilabrak sama si Rora."

Hani dengan cepat menggeleng. "Udah lupain aja soal balas dendam Chelle, kita bisa kena masalah yang lebih besar kalau sampai kita apa-apain dia."

Michelle mengeluarkan senyum smirk-nya. "Nggak akan jadi masalah kalau dia gak ngadu, kita liat aja apa dia berani ngadu setelah ini." ujarnya terdengar serius.

Canny yang sejak tadi mendengar percakapan kedua kakak kelasnya itu semakin merinding, entah apa yang akan kedua orang itu lakukan padanya.

Canny sangat khawatir sekarang. Walaupun terkenal dengan tingkah rebel dan nakalnya, sebenarnya Canny ini adalah anak dengan fisik yang lemah. Jika sampai Michelle dan Hani melakukan sesuatu padanya disini, Canny tak yakin akan bisa mengatasi mereka berdua.

Daddy's Girl ; BabyMonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang