05

620 100 27
                                    

Jeno membuka pintu rumahnya dengan nafas terengah. Ia hanya terdiam diambang pintu tanpa berusaha untuk melangkah masuk.

Ia menatap Ibu-nya.

Yang sekarang sedang menyiapkan masakan seadanya untuk mereka makan malam.

"Jeno?"

Ibu. . .

"Ibu kira kau akan merayakan ulang tahun Renjun. . ." Sang Ibu mendekat menghampirinya. Mengusap surainya yang sudah dibasahi peluh.

Jeno tetap memilih diam.

"Bagaimana? Renjun suka strawberry cheesecake-nya? Anak Ibu hebat! Kau membelinya dengan kerja-keras-mu sendiri--" perkataan sang Ibu terhenti tatkala wanita itu menyadari raut wajah dari anak semata-wayangnya.

Apa yang ku dapat dari kerja keras itu?

"Ah. . ." Dia mengusap wajah tampan sang anak. "Sini, Ibu peluk."

Apa aku baru saja kehilangan dirinya?

"Jeno. . .Anak-ku. . ." Sang Ibu memeluknya erat, sambil tak henti mengusap surainya. "Entah seberapa menyakitkan perkataan orang lain terhadapmu, tetaplah menjadi anak Ibu yang baik, ya?"

Hinaan adalah makanan keseharianku. Aku sudah tak lagi peduli dengan hal seperti itu.

Keduanya berpelukan dalam diam, cukup lama, namun Jeno masih tidak mengeluarkan satu katapun. Sampai sang Ibu bertanya,

"Kau mencintanya?"

Dan detik itu juga Jeno perlahan terjatuh ke lantai, bersimpuh dan terisak. Ia mengangguk pelan. . .

"Lebih dari yang Ibu kira."

○°○°🤍°○°○

"Ibu!!!" Dengan heboh, Jeno menghampiri sang Ibu yang sedang menonton televisi. "Lihat, aku sudah bisa melukis air dengan baik. Ini terlihat nyata kan? Ya kan?"

"Woah! Anak Ibu keren sekali!"

"Renjun pasti suka."

Sang Ibu tersenyum mendengarnya. Sudah setahun lebih, namun nama itu tidak pernah absen keluar dari mulut sang anak.

"Teruslah melukis, Jeno."

"Hm?"

"Kerja kerasmu untuk lukisan itu akan mempertemukanmu dengan Renjun. Ibu yakin."

Renjun bersenandung sambil berlari kecil menuruni anak tangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun bersenandung sambil berlari kecil menuruni anak tangga.

Aku terkekeh geli karena tingkahku sendiri. Jeno, kau harus lihat seberapa bahagianya aku sekarang karena kau telah kembali. Apa rahasianya? Tolong beritahu aku, kenapa kehadiranmu benar-benar mewarnai hidupku.

FATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang