08

513 81 21
                                    

Matahari sudah mulai terbenam namun Haechan, Jaemin, Mark dan juga Jaehyun masih betah untuk mengerjakan tugas di cafe yang berada tidak jauh dari kampus.

"Aku kangen Renjuuun~" Haechan merengut.

Jaemin mengangguk setuju. Renjun sudah absen selama hampir seminggu sejak hari dimana Ayah-nya memukul Jeno. Lelaki mungil itu hanya sesekali membalas pesannya dan bersikukuh menyuruhnya dan Haechan agar tidak mendatangi kediamannya.

"Memang dia kemana?" Tanya Jaehyun.

"Dirumahnya." Jawab Haechan seadanya.

"Sakit?" Tanya Jaehyun lagi.

Haechan mengangguk.

"Sakit apa?"

"Kenapa mau tau?" Haechan menatap Jaehyun sinis. "Kau menyukainya?!"

"A-apa sih, tidak tuh."

"Oh, bagus. Lagipula dia sudah punya pacar."

"APA?!" Reaksi dari lelaki berlesung pipi tersebut berbanding terbalik dari apa yang baru saja dia katakan.

Jaemin tergelak melihat Jaehyun yang tertangkap basah. "Wah, wah, wah. Sejak kapan?"

Jaehyun membuang nafasnya kasar. "Sudah lama sekali dan si bodoh ini tidak berniat memberitahuku bahwa Renjun sudah punya pacar???"

Yang ditunjuk masih bergeming menenggelamkan wajahnya diantara tangannya diatas meja.

"Mark?" Panggil Jaemin.

"Hm?" Mark terlihat sangat amat lelah. "Maaf, aku. . .mengantuk."

"Sebaiknya kau pulang sekarang. Aku akan menginap di rumah Haechan, jadi kau tidak harus mengantarku." Ucap Jaemin sambil mengelus lengan kekasihnya yang sekarang sangat kurus.

Mark mengangguk pelan. "Kau jangan pulang terlalu larut, ya. Bye, love you."

Jaemin menatap tubuh Mark yang pergi menjauh. Dengan keras ia melawan rasa tidak enak yang menghantui pikirannya.

Jeno mengemudi dengan pikiran kalut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno mengemudi dengan pikiran kalut. Satu tangannya masih berusaha untuk menghubungi Renjun yang masih tidak menggubris pangilannya.

"Renjun, aku mohon. . ."

Walau tidak bertemu selama seminggu, Renjun terus menghubunginya. Mereka bertukar pesan dan berbincang hingga larut malam. Renjun terdengar baik-baik saja, membuatnya merasa tenang.

Namun tidak sampai hari ini. Renjun tidak membalas pesannya.

Dan mengirim satu rekaman suara.

'Jeno, seperti yang kau bilang. . .kita melewatkan banyak hal tentang satu sama lain. Sekarang aku mau memberitahu-mu tentang hal-hal yang mungkin kau tidak tahu tentang-ku.'

Matahari sudah hampir sepenuhnya terbenam. Bintang yang menghiasi langit beberapa hari kemarin tidak muncul hari ini.

'Aku ingin menjadi penulis. Keinginan itu muncul saat kita mulai berteman. Aku pikir, cerita kita terlalu indah untuk hanya kita simpan sendiri. . .'

FATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang