07

484 87 13
                                    

Renjun kembali menjadi dirinya yang dulu. Yang tidak suka berinteraksi dengan siapapun, yang murung dan memilih untuk menghabiskan waktu seorang diri.

Memiliki seorang teman dan mulai membuka hatinya sama sekali tidak membantu. Itu menyiksa. Karena pada akhirnya ia tidak bisa memiliki apa yang ia cintai. Ya kan?

"Berhenti bertingkah seakan anak itu adalah segalanya untukmu, Renjun. Dewasalah." Ucap sang Ibu.

Kalau boleh jujur, aku juga tidak mau seperti ini. Hidupku yang bahagia direnggut begitu saja, menyisakanku dengan orang-orang yang membenci kehadiranku. Aku sudah sangat lama menderita.

Sampai dia datang.

Membuatku lebih kuat.

Dan juga rapuh disaat yang bersamaan.

Suatu hari, aku menemukan selembar kertas yang ada ditumpukan buku-buku lamaku. Itu adalah lukisan yang dia beri untuk-ku. Dan kekuatan itu muncul lagi.

Aku mulai membuka diri pada dunia luar. Dan bertemu Jaemin, Mark dan juga Haechan.

Ibu-ku adalah saksi. . .

. . .dari seberapa besar kehadiranmu berpengaruh pada hidupku. Maka sangat amat keterlaluan jika Ibu-ku masih mengutuk kehadiranmu.

"Sejak kapan kau kembali bertemu dengan anak itu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sejak kapan kau kembali bertemu dengan anak itu?"

Sejak kemarin, sang Ibu sama sekali tidak mengajaknya berbicara. Yang sebenarnya sedikit membuat Renjun merasa tenang. Karena setidaknya mereka tidak perlu bertengkar lagi dan lagi.

Namun sepertinya, perempuan paruh baya itu tidak bisa menahannya lebih lama lagi.

"Beberapa minggu yang lalu, saat aku pergi ke pameran seni. Semua terjadi begitu saja. . ."

"Haruskah kau Ibu pindahkan ke luar negeri?"

"Tidak." Renjun meremas jari-jari tangannya gelisah. "Jangan."

Ting! Tong!

Deg.

Jeno.

"Diam disini." Ucap sang Ibu sambil berjalan kearah pintu masuk.

Cklek!

"Selamat pagi."

Itu sungguh Jeno. Menyapa Ibu-ku dengan senyuman khas-nya. Aku mencoba mencari gurat ragu, namun nihil.

Jeno terlihat sangat yakin atas apa yang sedang dia lakukan.

"Apa yang membuatmu dengan lancang datang kesini?"

FATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang