4 ÷ Sowan Rumah Pak RT

272 60 9
                                    

Sampai di gedung pernikahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sampai di gedung pernikahan. Mahen lupa hadiahnya sempat ia taruh di kursi yang ada di meja cafe Senjaturi. Akibat jantungnya dar-der-dor ketemu mantan dan buru-buru menitipkan Rafasya, ia sampai lupa dengan kado pernikahan temannya. Alhasil Bapak anak satu itu kembali lagi ke cafe Senjaturi yang jaraknya tak terlalu jauh dari gedung pernikahan. Hanya memakan waktu kurang dari lima menit saja.

Sampai di cafe, suara keributan ia saksikan. Arin tengah mengeluarkan suara dengan leher penuh otot. Dan pramusaji mencoba melerai keduanya.

“Gila ya kamu, Jef! Udah berapa lama kalian?!” tentangnya sembari menggebrak meja cafe.

“Ini nggak kayak apa yang kamu duga, yang. Dengerin aku dulu plis.” Jefran mencoba menenangkan Arin. Namun, kekalutan Arin tak bisa ditoleransi.

Amora maju dan berdiri di antara Jefran serta Arin. “Harusnya kamu yang sadar diri, Rin. Terlalu sibuk sama kerjamu sampai kamu nggak tau kan kalau ayahnya Jefran baru aja meninggal?” perkataan Amora menampar Arin begitu saja.

Ia menatap mata Jefran sangat tajam dan terus menelisik penjelasan. “Kamu nggak kasih tau aku.”

Jefran mengacak rambutnya. “Gimana aku mau kasih tau kamu kalau kamu terus bilang sibuk sibuk sibuk! Sebenernya aku itu prioritasmu atau enggak sih?! Selama ini aku kesepian. Aku cuma hidup sama ayahku. Aku terus hubungi kamu, tapi jawabanmu sibuk kerja. Abangmu kan udah kaya, Mamamu punya restoran juga! Kamu nggak perlu kerja keras buat dapet uang!” sentakkan Jefran menarik kedua sudut bibir Amora menukik ke atas.

“Selama ini cuma ada Amora yang hilangin kesepian aku. Selalu ada buat aku disaat kamu lebih pentingkan kerjaan kamu yang gajinya nggak seberapa itu. Aku selalu sempetin waktu buat ketemu, mohon buat kita bisa keluar jalan-jalan. Nggak salah kan kalau aku cari kebahagiaan lain kalau kebahagiaan itu nggak aku dapetin dari kamu?”

“Tapi nggak sama Amora juga!” selak Arin dengan teriakan. Matanya memerah penuh api membara. Siap menyengat siapapun yang maju menahannya.

“Terus sama siapa?!” balas Jefran.

Mahen berjalan mendekat ke meja yang ia tinggali bingkisan. Lalu menyaksikan keributan tersebut dari kejauhan. Tak ada niatan memberi sebuah preventiv jika mengingat Mahen bukanlah siapa-siapa. Walau rasanya ingin sekali Mahen ikut meleraikan perhelatan sengit di hadapannya.

“Kamu udah tau kan, Ra? Kamu tau kalau Jefran itu pacar aku. Aku nggak nyangka kamu kayak gini, Ra.”

“Aku udah bilang dari awal. Aku nggak sebaik yang kamu kira. Kamu pikir aku kerja samaan sama tempat kerjamu itu buat apa? Ya buat jadi saingan kamu! Sampai sini masa nggak sadar-sadar sih?”

Arin menggeleng tidak percaya. Amora adalah sahabat Arin dari SMA. Ia benar-benar menyayangi Amora. Kuliah pun mereka tinggal satu kos dan tak pernah bertengkar selama kurang lebih empat tahun. Bekerja di tempat yang sama dan Arin tak pernah iri dengan pencapaian Amora yang jauh lebih membanggakan darinya. Amora padahal tidak setekun itu bekerja. Arin selalu bangga dan merayakan kebahagiaan Amora, walau selama ini Amora sering lupa merayakan kebahagiaan Arin.

Love Hate With Pak RT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang