7. Flashback

876 229 76
                                    


Happy baca 💜
Sorry for typo
.
.
.
.







"Jonathan Prawira Lazuardi. Crazy Rich Suroboyo yang benar-benar gendheng."

Tsabita tidak bisa berhenti mengumpat semenjak mendengar penuturan Surya dan Rembulan dalam rapat keluarga dadakan menyoal masalah yang menerpa Elbayu.

"Udah tau temen gendheng gitu, masih aja diakrabin. Ih, gemes sama Abang ini! Dari dulu loh, Bita tuh enggak suka lihat Abang El terlalu akrab sama Kak Jo." Meletup-letup penuh emosi Tsabita mengeluarkan unek-unek. "Dulu Mas Rashad yang dibikin sakit hati, sekarang lihat coba?! Gara-gara ulah dia yang nyuruh gantiin Abang jadi kena masalah."

Wajar Tsabita - adik bungsu Elbayu mencak-mencak tidak terima. Dari zaman Tsabita masih lajang sampai sekarang akan memiliki dua anak, dia yang paling eksplisit menyuarakan ketidaksukaan pada kedekatan Elbayu dan Jonathan.

"Sabar Sayang, sabar." Di sebelahnya, Rashad, suami Tsabita sigap mengusap-usap lengan perempuan itu agar lebih tenang.

"Ta, lagi hamil, jangan emosian." Peringat Rembulan, mamanya.

"Qadarullah, Ta, jangan begitu. Semua sudah terjadi, mau protes atau marah, tidak akan membalik keadaan seperti sebelumnya." Mas selalu menjadi yang paling tenang dan bijak salam menanggapi setiap masalah.

Ruang tengah keluarga Surya berubah menjadi sarana rapat dadakan sore ini. Elbayu lebih banyak diam dan menunduk. Dia telan semua kekesalan,  rasa kecewa atau bahkan umpatan sang adik dengan hati lapang.

"Maaf Tante, bukannya Rara mau ikut campur, tapi apa enggak dipastikan dulu, siapa tahu Mas El dijebak, itu bukan anaknya Mas El, tapi Hawa cuma ngaku-ngaku." Rara menginterupsi. Gadis itu terpaksa diikutsertakan dalam rapat keluarga dadakan. Sebenarnya agak rikuh bagi Rembulan dengan adanya orang luar yang bukan inti keluarganya, tapi meminta Rara untuk pergi juga pilihan yang tidak bisa dia lakukan untuk saat ini. Rara sudah terlanjur  tahu tentang permasalahan Elbayu. Rembulan juga  merasa bersalah pada Rara. Gagal menepati janji untuk menjadikan Rara menantu di keluarga Surya Atmadja membuatnya jadi tidak enak hati jika meminta Rara untuk menjauh sementara waktu. Gadis itu belum hapal jalan di kota ini, kalau Rara nyasar atau kenapa-napa, Rembulan juga yang akan repot nantinya.

Sagara merespons ucapan Rara dengan gelengan tegas. "Tidak baik suuzan seperti itu, Ra. Kita tetap harus berprasangka baik." Tegurnya memperingatkan.

Rembulan mengangguk setuju dengan pendapat putra sulungnya. Dari cerita Elbayu saat ditanya-jawab empat mata dengan mamanya, putranya sangat yakin kalau Hawa tidak menyimpan dusta atas semua yang telah terjadi. Gadis itu bicara jujur, bagaimana dia bisa bertemu dengan Elbayu di night club waktu itu, lalu tentang identitas palsu saat menyebutkan nama. Semuanya runut dan jelas. Apalagi, Elbayu juga sempat bertutur jika dia menemukan bercak merah yang berubah kecoklatan karena mengering pada permukaan bed cover tempatnya dan Hawa pernah bermalam. Muskil rasanya Hawa berdusta untuk hal sebesar ini.

"Aku, kan, cuma berpendapat Mas," sahut Rara sedikit sewot. Lantas dia kembali membuka mulut. "Berarti Rara enggak akan pernah jadi menantunya Tante Bulan ya?" Rara menggulir pandang pada Rembulan. "Mas Saga sudah sama Mbak Lea, terus, Mas El sama Hawa," ucapnya dengan nada dibuat dramatis. Semua orang saling bersitatap mendengar protesnya Rara. Lea, yang terlibat dalam pertemuan keluarga sore ini, lantas menjawabi protesnya Elmira.

"Ra, tenang aja, nanti Mbak kenalin sama Pak Dokter ganteng, mau enggak?" Lea mengubah topik, yang tadinya semua bingung merespons ucapan Rara, merasa terselamatkan dengan candaan Lea.

"Siapa Mbak?"

"Oh, benar itu, Ra. Nanti Mas Saga kenalin sama Dokter Arka, kembarannya Lea." Sagara menambahi. "Tidak jadi sama anaknya Mama, jadinya sama adiknya Lea, kan, sama saja, Ra." Kelakarnya sengaja menggoda Rara agar atmosfer ruang tengah sedikit releks.

Rara mengangguk, tersenyum malu-malu. Rembulan ikut memulas senyum tipis. Setidaknya sementara waktu ini bisa terselamatkan dari rasa tidak enak pada Rara.

"Pokoknya Abang El jangan main lagi sama Kak Jo, jangan ketemuan lagi. Cukup ya, Abang, enough!" Tsabita kembali luncurkan ultimatum pada Elbayu. "Teman pengikis akhlak kek gitu lebih baik dijauhi deh, Bang!"

"Abang masih ada beberapa hal yang harus diselesaikan sama Jo, Ta." Sekian puluh menit memilih diam, akhirnya Elbayu buka suara. "Lagian itu bukan sepenuhnya salah Jo, Abang yang enggak bisa kontrol diri."

Tsabita menganga. Hampir saja clutch di sampingnya melayang pada lengan Elbayu kalau tidak ditahan Rashad.

"Kalau Abang enggak nurut waktu digeret ke club malam pasti ini enggak bakal terjadi! Temen baik apa sih, yang malah suka ngajakin maksiat terus-terusan?"

"Ta, sabar Nak!" Surya menengahi. Paruh baya itu lebih baik diam menjadi pendengar perbincangan serius putra-putrinya.

"Terserah Abang El! Enggak bisa dibilangin, Bita sebel sama Abang." Bita beranjak, memilih kabur dari ruang tengah. Langkahnya menjejak anak tangga menuju lantai dua, disusul Rashad yang setengah berlari khawatir kalau-kalau Tsabita hilang keseimbangan gara-gara dikuasi emosi.

"Jangan diambil hati El, Bita begitu karena sayang. Fokus sama penyelesaian masalahmu, Mas dan Lea sudah sepakat, kami tidak keberatan kalau kamu duluan yang akan melangsungkan pernikahan." Sagara bereaksi dengan sikap tenangnya. "Jangan lupa perbaiki diri juga, taubat, El, minta ampun sama Allah." Tandasnya mengakhiri wejangan.

Elbayu mengangguk takdzim dalam bisu. Semua nasihat Mas Saga ditadahi dengan sepenuh hati. Kali ini dia janji, tidak akan mengabaikan nasihat secuil apa pun karena itu untuk kebaikan dirinya sendiri. 

Kali terakhir ribut dengan Bita sudah sangat lama, sebelum adik bungsunya menikah. Ada setitik senyum terukir di bibirnya, senang sekaligus sedih mendapati hantaman kenyataan saat ini. Senang, karena semua keluarganya masih peduli dan sayang meski dia telah membuat banyak masalah. Sedih, karena harus menyaksikan wajah-wajah kecewa mereka atas tindakan bodohnya. Ini baru menghadapi keluarganya sendiri yang notabene masih kalem dan mau mendengarkan dari banyak sisi. Lantas bagaimana nanti saat berhadapan dengan keluarga Hawa? Elbayu belum memiliki bayangan apa pun. Namun, yang tercetak lekat di dalam kepalanya pasti orangtua Hawa juga akan merespons dengan kemurkaan dan kecewa ketika pertama kali tahu putrinya datang membawa aib bagi keluarganya.

Saat larut dalam kubangan pikirannya sendiri, Elbayu terus mencoba mengingat peristiwa yang terjadi malam itu. Matanya menyipit  saat slide-demi-slide kejadian malam itu coba ditayangkan ulang dalam layar otaknya. Berulangkali memutar memori yang tertinggal, tapi tidak ada yang janggal. Dia bertemu Hawa yang mengaku sebagai Clara. Mereka berkenalan, duduk, berbincang sebentar, lantas Elbayu beranjak memesan minum untuk Hawa yang ingin air mineral. Saat Elbayu kembali ke meja, matanya sempat menangkap bayangan sepasang laki-laki dan perempuan berbicara singkat pada Hawa, lalu melenggang pergi. Tidak ada yang aneh atau mencurigakan. Setidaknya itu yang masuk dalam nalar Elbayu. Setelahnya dia sama sekali tidak ingat apa pun kecuali sorot terang lampu kamar yang membuatnya tersadar dengan keadaan super kacau.

________

















Rara jangan risau, biar Mas Saga udah sama Lea, Abang El sama Hawa, kan, masih ada Pak Dokter Arkana. (Kedip-kedip mata) 😉😜


Lanjut ini dulu ya, nanti baru lanjut Mas Saga lagi.

Eh, btw. Kachan sempat bikin ceritanya Jonathan loh, ada di Karyakarsa, tapi baru 2 bab. 🤐
Judulnya; From A.M to P.M




27-08-23
1113

Calangeyo 💜

EPIPHANY [ Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang