2

571 55 0
                                        

Sesampainya di Kerajaan mahendra tentu dapat sambutan yang meriah dari warga Kerajaan dan ayah handanya.

Hazel yang mengintip dari tempat yang berisi air agar ia tidak kepanasan tersebut melihat kebingungan dan banyak sekali pertanyaan pertanyaan yang berputar di otaknya. Ia merasa takut karena manusia di luar sana berteriak dengan kencang dengan menyebut nama mahendra.

Ingin  rasanya ia pergi dari sini. apa mahendra akan menjualnya?, pertanyaan itu yang terus menerus hazel pikiran. Sekarang hazel berada di dalam ruangan yg sangat asing sekali baginya, ia terus menangis karena ia ingin pulang.

"Wah selamat datang anakku" ucap ayah handa jaehyun.

"terimakasih ayah, aku kangen ayah" ucap mahendra sambil memeluk ayahnya

"ayah juga kangen dengan mu nak, bagaimana ujian mu lancar lancar saja?"

"tidak ayah, banyak sekali halangannya, yaa kunci ku hanya sabar saja ayah"

"Benarkah? Lalu bagaimana ujian terakhirmu itu, kau berhasil?"

"e-eee belum yah, aku masih menjalaninya. Do'ain aku berhasil yah"

"ayah akan selalu berdoa kepada dewa agar kau selalu berhasil menjalani semua ujian sampai ujian hidupmu nak"

"terimakasih ayah"

"Sama-sama nak, oh iyaa buna mu ingin bertemu denganmu dia sangat tidak sabar. Cepat sana nanti bunamu ngambek klo ga ketemu anak kesayangannya ini" kekeh jaehyun.

"baik ayah aku ke kamar buna dulu"

" BUNAAA MAHENN DATANG!!!"

Mahendra berlari dengan cepat ke kamar bunanya, ia sangat merindukan bunanya dan ia sangat menyayangi bunanya sampai akhirnya bunanya jatuh sakit ia terus mengurus bunanya, ia tidak peduli tentang kerajan ataupun itu. Ia pergi menjalani ujian itu di suruh bunanya, bunanya yg memaksa mahendra untuk menjalani ujiannya itu. Dengan berat hati mahendra menurutinya, ia tidak mau meningalkan bunanya seorang diri walaupun ada ayahnya tapi pasti ayahnya sangat sibuk mengurus kerajaannya. Tapi sekarang ia tidak berjanji tidak akan meninggalkan bunanya itu.

Pintu terbuka dan langsung memperlihatkan seseorang sedang berbaring tidak berdaya di atas ranjang yang sangat indah tersebut. Mahendra berjalan pelan ia takut membangunkan bunanya, sampai disamping ranjang sang buna. Ia langsung memeluk dengan lembut sang buna dan menangis disana.

"hiks.... hikss... buna... " isak mahendra

buna yang merasa tidak nya terganggu dan ada sesuatu yang berat menimpah badannya ia membuka matanya perlahan. Ia sangat terkejut anak kesayangannya sudah kembali, oh ya dewa ia aku sangat senang.

"M-mahendra... kau sudah kembali sayang.... "

"hiks... sudah... m-mafin mahen meninggalkan buna... "

"tidak sayang jangn meminta maaf, buna yang menyuruhmu pergi. Jadi jangan menangis lagi ya sayang" Ucap buna taeyong sambil menghapus air mata anaknya.

"A-aku sayang buna... "

"Buna juga sayang sana mahen, putra buna yang tampan ini sudah sangat besar. Buna merasa semakin tua dan sekan umur buna sudah tidak lama lagi"

"Tidak buna, jangan berbicara seperti itu, mahen masih kecil buna. Buna juga masih muda, masih sangat sangat cantik sekali. Buna tidak boleh berbicara seperti itu yaa kalau buna berbicara seperti itu mahen akan sedih mahen gamau buna pergi" ucapnya dengan lesu.

"aigoo baiklah sayang buna janji buna akan terus bersamamu, jangan sedih lagi yaa"

"kau sudah makan nak?"

"belum bun, nanti aja aku masih kangen dengan buna" ucapnya sambil memeluk bunanya lagi.

"Apakah anak buna udh mempunyai seseorang untuk menjadi pendamping hidupnya? "

"buna kenapa menanyakan hal itu "

"Buna hanya ingin kau mempunyai kekasih sayang dan buna mau melihat cucu buna sebelum buna pergi.. "

"Tidak buna tidak akan kemana kemna, buna akan di sini bersama mahen dan ayah, buna tidak boleh kemana mana" Tegas Mahendra.

"baiklah baiklah maafin buna yaa"

"buna ga boleh minta maaf, yang seharusnya minta maaf itu mahen. Mahen selalu tidak menurut apa yang di katakan buna, maafin mahen bunaa"

"Buna sudah memaafkan mu sejak lama nak, buna sayang denganmu nak"

"Mahen juga sayang buna" Ucapnya sambil menciumi bunanya.

Dunia kita berbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang