Lebih Jauh

895 10 0
                                    

"Muka lu kenapa ?" tanya seorang pemuda setelah melihat wajah Satria penuh dengan luka.

Satria mengaduk pelan teh, menghela nafas panjang menatap ke arah Rendi. "Jatuh dari motor aku kemarin."

"Yakin lu Sat baik-baik aja ?"

"Aman kok." Mengusap luka di wajah diiringi rintihan pelan. "Aw..."

"Hadeh. Sesekali lu harus terbuka walaupun lawan bicara kemungkinan hanya mengangguk saja, tapi setidaknya beban lu hilang satu. Banyak orang diluar sana tidak punya media untuk mengungkapkan perasaan, sampai akhirnya jiwanya meronta dan memaksanya untuk 'pulang' lebih awal."

"Nasehatinya nanti aja kalau aku udah baikan. Percuma lu nasehati kayak gimana, masuk telinga kanan keluar beli rokok." Wajah Satria tersenyum tipis.

"Rokoknya yang batangan atau satu pack tuh yang kebeli ?" canda Rendi disusul tawa Satria.

Kondisi cafe saat itu tidak terlalu ramai hanya beberapa orang yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Rendi dan Satria sudah sedari tadi disana menikmati suasana cafe yang terbilang baru dibuka. Sebelumnya Satria berada di rumah ia sangat jarang sekali keluar atau nongkrong, karena di ajak oleh Rendi dengan alasan ingin mencoba cafe baru akhirnya Satria mau.

"Lu kok mau temenan sama Mira ?" tanya Rendi penasaran.

Satria menyeruput teh. "Emangnya kenapa ?"

"Oh gua baru inget, lu kan terbilang baru juga ya jadi gak tau seluk beluk tentang dirinya. Jadi gini Sat, gua denger dari kakak kelas kalau dia pernah diskors oleh pihak sekolah gara-gara membuat seorang siswa sampai kritis."

Mendengar hal itu membuat Satria penasaran, maksudnya kok bisa seseorang diskors lama, emang sejahat itu ya perbuatannya. Rendi menjelaskan bahwa Mira pernah dengan sengaja menabrak seorang siswa sampai terluka parah.

"Motifnya apa ?" tanya Satria.

"Yang gua denger sampai detik ini gak ada yang tahu, baik si korban maupun Mira gak ada yang membeberkannya. Tapi gua yakin kalau pihak sekolah juga tahu tapi tidak mereka publish, sebab itu juga bisa menjadi nama sekolah kita jelek. Mereka bener-bener menutup rapat kasus ini yang berdampak pada Mira yang diskors lama." jelas Rendi sambil menghisap rokok.

"Lu gak ada niatan buat tanya ke Mira kan ? Jangan sampai rasa penasaran lu tuh malah membunuh lu. Gua sebagai teman yang baik cuma mengingatkan ae Sat." imbuh Rendi memastikan.

"Gak tau." Membuang muka melihat ke arah luar cafe sambil memasang wajah penasaran.

"Ya aku berteman dengan Mira karena emang nyaman aja sih, gak merasa terancam atau lain sebagainya." tambah Satria.

"Banyak siswa menjauhi Mira dikarenakan takut hal yang menimpa siswa tadi terjadi juga dengan mereka."

"Oh. Sampai segitunya ya." jawab Satria enteng.

"Dah lah jangan bahas itu, mendingan kita bicarakan tentang gimana konser akustik lu yang akan dilaksanakan di cafe sebelah."

"Sejauh ini aman Ren." jelas Satria.

Mereka berdua terlarut dalam percakapan yang membahas banyak hal, dari pembicaraan kenapa tidak menciptakan motor dengan bahan bakar air kencing sampai pertanyaan pernah gak makan telur kecoa dan lain-lain sampai akhirnya waktu sudah menunjukkan bahwa mereka harus menyudahi hangout mereka malam ini.

Di tengah perjalanan Satria berkecamuk dengan pikiran serta rasa penasaran dengan apa yang menimpa Mira, ia juga heran kenapa harus memikirkan sesuatu yang menurutnya tidak terlalu penting dan bisa saja membahayakan dirinya, sebab Rendi sudah memperingatkan juga untuk tidak mengulik lebih dalam tentang kehidupan Mira. Entahlah.

Terserah KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang