delapan-

568 55 5
                                    

Samudra benar-benar sakit karena kehujanan kemarin. Lelaki jangkung itu bahkan sampai tidak sanggup untuk bangun dari kasur.

Demamnya sangat tinggi.

"Apa abang bilang, hati-hati kalau ke luar. Hpnya aktif. Jadi kalau butuh sesuatu bisa langsung kasih kabar."

Bumi tidak bisa tidak marah melihat sang adik kembali sakit. Dia bukannya marah tapi khawatir.

Bagaimana tidak khawatir kalau tau jika Samudra memang sensitif terhadap air hujan malah sampai basah kuyup kemarin.

Bumi tidak pergi ke kantor karena semua adiknya yang lain memiliki kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan.

Sedari tadi si sulung terus menasehati sedangkan Samudra di pelukannya hanya bisa bergumam.

"Masih pusing gak? Panasnya gak turun-turun loh kamu." Bumi mengusap dahi sang adik yang berkeringat dingin.

"Pusing.." Samudra terus mengeluh dan bergerak tak nyaman.

"Kita ke rumah sakit." Putus Bumi.

Samudra tidak bisa menolak karena bahkan untuk membawa tubuhnya sendiri saja Ia tidak kuat.

"Sebentar ya, sayang. Abang siapin mobil dulu." Bumi tergesa berlari turun menuju garasi setelah memasukkan beberapa barang penting ke dalam tas.

Susah payah Bumi membopong Samudra yang memang lebih tinggi, ditambah lemas tubuhnya jadi lebih berat.

"Nyaman?" Si sulung mengatur kursi penumpang agar sang adik merasa nyaman dan bisa tertidur.

Selang 20 menit mereka sampai di rumah sakit dan Samudra dibawa dengan kursi roda menuju IGD.

Untungnya rumah sakit tidak terlalu penuh jadi mereka langsung dapat kamar tanpa perlu menunggu.

"Sam abang bawa ke rumah sakit, sekarang lagi diperiksa." Jelas Bumi pada Aksa melalui telfon.

"Kamu kalau udah selesai pulang dulu ya, bawain baju Sam sama abang kayanya dia bakal dirawat." Lanjutnya.

Setelah mengabari adik-adiknya Bumi dipanggil masuk ke dalam ruangan Dokter.

"Adik anda terkena gejala tifus dan demam berdarah. Kekurangan cairan yang menyebabkan dia lemas serta demam tinggi." Jelas Dokter.

"Lalu bagaimana sekarang, Dok?" Bumi sangat khawatir dan ternyata benar ada masalah yang cukup serius.

"Pasien harus dirawat beberapa hari atau bisa lebih dari satu minggu sesuai dengan pemulihannya. Akan saya buatkan resep obat untuk beberapa hari kedepan dan kita lihat perkembangannya."

Bumi sangat lemas ketika ke luar dari ruang Dokter. Tifus saja sudah bahaya apalagi ditambah Demam berdarah?

Samudra memang sedikit lemah dan sensitif dengan beberapa hal. Jadi dia lebih mudah sakit.

"Abang!" Itu Nana dan Bintang yang berlarian mendekati Bumi.

"Gimana, abang? Sam sakit apa?" Tanya Nana.

"Tifus sama demam berdarah."

Sama seperti reaksi Bumi keduanya terkejut. "Astaga.. terus belum bisa dijenguk?" Tanya Bintang.

"Bisa, sayang. Tadi abang baru ke luar dari ruangan Dokter pas kalian datang."

"Yaudah ayo ke sana!"

"Kalian duluan, abang mau nunggu Langit sama Laskar katanya udah di depan."

Nana dan Bintang masuk ke kamar VVIP yang akan menjadi rumah singgah Samudra sementara.

Seketika dibuka, terlihat Samudra yang berbaring tertidur di ranjang pesakitan.

Samudra Dirgantara | Jung SungchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang