Jungwon pulang kerumahnya. Sebuah apartemen yang hanya bisa dihuni olehnya saja. Ia mendudukan dirinya disofa ruang tamu dan terdiam sejenak. Masih memikirkan keputusan. Apa ia memilih untuk berhenti dan benar benar menjadi seorang pembantu?
"Gue telfon Riki minta pendapat aja apa...? Oke lagipula yang tau banyak tentang gue cuman Riki doank."
Ia mengambil ponsel di sakunya kemudian mencari kontak sang teman dan menemukannya, "Riki!"
"Ganggu anjir, apaan?"
"Gue mau tanya, kalo gue kerja jadi pembantu gimana?"
"Kak."
"Ha?"
"Lo masih umur 20 tahun anjir, dan lo mau kerja jadi... gila sih elo."
"Tapi Rik, gue dapet gaji besar cuman sebulan."
"Berapa?" Dengan malas Niki bertanya.
"Tebak."
"Sejuta won?"
"Ck, lebih."
"Palingan pas cuman 5 juta won kan?"
"10 kali lipat!"
Riki yang tadinya baru saja bangun dari tidurnya kini sepenuhnya bangun, "Boong kan lo?"
"Kagak anjir, lo tau gue anti boong boong an."
"Bentar... maksudnya pembantu apaan yang gajinya 50 juta won perbulan, kak Jungwon?"
"Pembantu biasalah."
"Gue gak percaya babi!"
"Yaudah, gue bakal kerja jadi pembantu dan gue yakin lo juga mau ntar."
"Sialan. Jangan kak. Kalo ternyata kerja lo tuh berhubungan sama nyawa lo gimana?"
"Kan ada lo Rik. Kalo gue gak ada, ya keluarga gue cuman elo kan?"
Riki terdiam lama dan sepertinya Jungwon tau karena apa, "Its oke Nik. Gue gak sesakit itu buat ngenang masa ya.. sebelum gue sendirian."
"Tapi kak. Saran gue, lo jangan ambil pekerjaan yang bahkan lo gak tau pasti."
"Gue tau pasti Rik."
"Tempat lo kerja dimana?"
"Jalan Dandelion nomor empat, distrik Chen-gang."
"Siapa bos lo nanti?"
"Em.. gue belum tau sih kalo itu."
"Nah kan, kalo lo ternyata jadi bahan makan om om perut gendut gimana?"
"Amit amit anjir."
"Gimana kalo lo jadi bahan percobaan? Yang paling parah, lo diotopsi terus dijual."
"Jangan nakutin gue babi!"
"Yaudah kak, mending lo pastiin dulu apa pekerjaannya. Ntar kabarin gue lagi kalo udah pasti."
"Ck, iya iya."
"Demi kebaikan lo, kak. Gue gak mau lo kenapa napa."
"Iya anjir, diem lo"
"Hehe, byeee..."
"Hm. Thanks mau denger- lah?"
Ia melihat layar ponsel yang berlayar fotonya yaitu wallpaper, "Bisa bisanya Riki langsung nutup gitu ae."
Kemudian ia mengecas ponselnya dan berjalan ke arah dapur. Menyiapkan makanan sesuai apa yang ia bisa. Mungkin makan topokki saja? Atau japchae?
"Hah, gue bikin.. apaan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SCENE : The Job [end.]
Romance[FOLLOW DULU BARU BACA] Kehidupan yang monoton membuatnya penasaran bagaimana kehidupan orang lain. Ia melihat temannya sangat mudah mendapatkan uang, bahkan puluhan juta won ia dapat hanya dalam semalam. Bertanya dan ia penasaran bagaimana pekerjaa...