00 - Talking About Us

696 39 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gun, katanya rica-rica di stan IPS 1 kemarin buatan lo, ya? Nyokap bilang enak banget, gue disuruh nanyain resepnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gun, katanya rica-rica di stan IPS 1 kemarin buatan lo, ya? Nyokap bilang enak banget, gue disuruh nanyain resepnya."

Guntur Wira Siregar, pemuda yang sedari tadi membantuku menyicil proposal untuk acara class meeting Minggu yang akan datang itu melirik dari ekor matanya dengan wajah datar. Aku meneguk salivaku, gugup.

Jujur, sebenarnya hubungan kami tidak sedekat itu sampai aku bisa bertanya tentang resep masakan yang notabene-nya privasi. Bahkan sebelumnya, kami sempat saling sikut-menyikut untuk memperebutkan kursi ketua OSIS.

Namun, karena ini permintaan Ndoro Kanjeng, mau tidak mau aku menurunkan sedikit ego dan coba menanyakannya. Yah, aku sendiri pun penasaran. Bisa-bisanya Guntur memasak makanan yang dapat menarik hampir seluruh pengunjung Dies Natalis sekolah ke stan kelasnya.

"Oh, jadi lo pengen tau resepnya?" tanya Guntur dengan nada tengil. "Oke, gue kasih tau."

Keningku berkerut dalam menanggapi responnya.

Ah, segampang ini? Kukira kami akan terlibat cekcok satu sama lain dan berakhir didepak keluar oleh penjaga perpus, seperti di hari-hari biasa.

"Tumben lo langsung mau. Mesti ada apa-apanya ini," curigaku.

"Astaga, lo ngomong kayak selama ini gue jadi penghambat rejeki lo aja, Bin."

"Lah? Emang."

"... Sialan."

OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang