3. Crazy Thing

248 25 1
                                    

CHAP 3 Crazy thing

Lintang lagi tiduran di kamarnya sambil mengelus si Kuku, kucing kesayangannya yang juga ikut tiduran di sebelah Lintang ketika kepala Dirga muncul dari balik pintu kamarnya yang mulai terbuka. Dengan seenaknya Dirga masuk dan langsung duduk selonjoran di samping tempat tidur Lintang sambil gangguin si Kuku.

"Lin, jalan yuk. Kemana kek gitu, bosen nih."

Lintang diam gak menanggapi ajakan Dirga. Dirga yang sebal karena gak ditanggapin langsung bergerak dan menarik Lintang secara paksa. Lintang terduduk di atas tempat tidurnya karena tarikan Dirga. Lintang masih diam sambil melemparkan tatapan malasnya sedangkan yang ditatap malah memasang tampang memelas sambil kedap-kedip gak jelas.

"Kinar apa kabar, Ga?" Lintang sengaja bertanya tentang calon istrinya Dirga itu untuk mengalihkan perhatian Dirga. Biasanya sih Dirga bakal keterusan curhat dan lupa tujuan awalnya buat gangguin Lintang.

"Baik kok, baik. Oh iya, dia nitip salam buat lo katanya. Tadi sore gue udah cerita sama dia kalo lo udah balik, sekalian laporan kalo selama tiga hari ini gue bakal absen buat gangguin dia soalnya udah ada lo yang lebih deket buat digangguin."

"Kasian Kinar."

"Kenapa? Kok kasian? Biasanya sih dia malah seneng kalo gue bilang mau absen buat gangguin dia," keluh Dirga.

"Ya kasian aja, tiba-tiba dapet calon suami yang modelnya kayak elo gini. Berisik, doyan gangguin anak orang pula," jawab Lintang sadis.

"Ihh Alin mah gitu, sekali ngomong yang panjangan dikit pedesnya sampai ke ulu hati. Udah ah, buruan siap-siap. Gue tunggu di ruang tengah, SEKARANG."

Strategi pengalihan gagal sodara-sodara.

***

Malam itu Dirga berhasil menyeret Lintang untuk menemaninya nonton film dan sebagai ucapan terima kasih karena sudah ditemani, Dirga sengaja membelikan Lintang sebuah dress -yang menurut Lintang gak perlu- untuk dipakai ke acara reunian besok.

"Dress ini tu bagus Lin, cocok buat lo. Atau lo mau nyari lagi di tempat yang lain? Gapapa, gue temenin dengan senang hati kok," kata Dirga sambil menunjukkan sebuah dress yang menurutnya sangat cocok untuk Lintang. Karena gak mau berdebat dan memperpanjang urusannya dengan Dirga, Lintang akhirnya menerima dress yang disodorkan Dirga padanya dengan pasrah.

Begitu urusan dress selesai, sekarang disinilah Lintang dan Dirga terdampar. Sebuah kedai kopi yang sudah jadi langganan Lintang, Dirga, dan juga Tiara untuk menghabiskan waktu santai mereka.

"Pokoknya gue gak mau tau. Lo harus pake dress itu ke acara reunian besok malam. Gue udah kasih laporan juga sama Tiara, jadi besok dia yang bakal mastiin langsung kalo dress itu digunakan sebagaimana mestinya."

Lintang menghela napasnya pelan. Lagi-lagi Dirga ribut soal dress, mana bawa-bawa Tiara juga, ini sih bisa panjang urusannya kalau Lintang gak nurut apa kata dua makhluk yang berlabel sahabatnya itu. Padahal Lintang berencana cuma mau pakai blouse dan rok yang ada di lemarinya biar gak ribet, toh acaranya juga gak formal-formal amat.

"Ayolah, Lin. Sekali-kali lo dandan yang hebohan dikit gak ada salahnya kan?" Dirga menaik-naikkan alisnya, berusaha meluluhkan Lintang.

Salah. Salah baget malah. Gak cocok buat gue, batin Lintang.

"Pasti cocok kok Lin, percaya deh sama gue," sahut Dirga yang seolah paham dengan ekspresi Lintang. Sekali lagi Lintang menatap Dirga sampai akhirnya mengangguk dengan pasrah.

"Yes! Gitu dong Lin, siapa tau ntar bakal dapat jodoh di reunian. Kan seru tuh kalo yang ada tambahan orang buat ngerecokin lo, kami mesti nambah anggota biar bisa mancing ekspresi elo, Lin."

"Hmm," Lintang menanggapi ocehan Dirga seadanya.

"Jangan cuma hmm, ngomong Lin, ngomong... keluarkan ekspresinya."

"Maunya gimana? Gue tepuk tangan sambil loncat-loncat girang gitu? Bisa sih," Lintang berdehem pelan bersiap-siap untuk berdiri dan memulai aksinya.

"STOP. Gak usah, gak jadi, setidaknya jangan di sini," cegah Dirga sebelum Lintang nekat melakukan apa yang tadi disebutkannya.

Kalau menurut Dirga, Lintang ini termasuk cewek yang ajaib. Dirga yakin seratus persen kalau gak dihentikan seperti ini Lintang pasti melakukan aksi seperti yang disebutkannya tadi. Bukannya Dirga gak suka kalau Lintang mengeluarkan ekspresi seperti itu, tapi kalau ingat pengalamannya yang dulu-dulu soal aksi nekat Lintang, Dirga memilih untuk gak mempertontonkan kejadian itu di area publik.

Dulu, waktu jaman mereka masih SMA, hal seperti itu pernah kejadian beberapa kali. Dan semuanya cukup memalukan buat diingat-ingat. Jadi, salah satu kejadiannya gini...

Flashback

"Lin, gak mau ngasih selamat buat gue nih?" kata Dirga.

"Iya tuh, kan tim basketnya Dirga udah menang tanding lawan SMA sebelah. Ikutan seneng dong Lin, lumayan nih kita jadi dapat makan gratis gini," sahut Tiara.

"Trus kalian maunya gimana? Mau gue teriak-teriak girang sambil ngasih selamat gitu?" Lintang menatap Tiara dan Dirga bergantian, "Okeh, bentar..." senyum asimetris terukir di bibir Lintang.

Lintang tiba-tiba berdiri dari kursinya, memasang ekspresi yang kelewat ceria sambil tepuk tangan dan teriak-teriak heboh, "YEAY... HOREEE... DIRGA MENANGGGG... YEAAAAYY... SELAMAT YA DIRGA, MAKASIH JUGA BUAT TRAKTIRANNYA, YEAAAYYY..." Lintang bertepuk tangan sambil melompat-lompat memutari meja, kemudian memeluk Dirga sambil menepuk-nepuk punggungnya dengan semangat.

Kejadian itu jelas saja memancing orang-orang disekitar mereka untuk menoleh. Apalagi suara teriakan Lintang gak bisa dibilang pelan, belum lagi ditambah aksi lompat-lompatannya. Maka mereka bertiga sukses menjadi pusat perhatian pengunjung foodcourt yang ada di mall itu berkat tingkah laku Lintang yang ajaib.

Setelah melepas pelukannya dari Dirga, Lintang kembali ke tempat duduknya dengan ekspresi datarnya yang biasa. Sedangkan kedua sahabatnya hanya bisa melongo, takjub dengan tingkah ajaib Lintang barusan.

"Udah kan? Cukup? Atau perlu sekali lagi?" tawar Lintang.

Tiara dan Dirga langsung menggelengkan kepala mereka kuat-kuat, mereka kapok. Lintang kembali meneruskan makannya dengan santai seolah gak pernah terjadi apa-apa, sedangkan kedua sahabatnya sibuk untuk menyembunyikan wajah mereka dari tatapan geli orang-orang disekitar.

***

Makasih buat yang masih mau ngikutin cerita ini, semoga belum bosen yaa :)

-a.r.a

LINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang