Nara dan Dunianya

10 1 0
                                    

  Nafas gadis itu beritme cepat, kendaraan masih berlalu lalang di pagi hari Senin ini. Ia terus menoleh kiri kanan tanpa menghiraukan lampu lalu lintas di hadapannya.

"Cepat Nara, 5 menit lagi..! "
Pak Seno di seberang sudah berdiri tidak tenang.

"Ahh, kenapa sekolahnya harus di seberang jalan sih"
Ia menggerutu.

  Setelah di rasa sepi, Nara mulai berlari menyeberangi jalan dengan tergesa-gesa, Pak Seno tersenyum karena gadis ini berhasil untuk tidak terlambat hari ini.

"Pak Seno senyum tapi kenapa saya tersinggung ya"
Nara melirik satpam sekolah tersebut dengan memicingkan bibirnya, ia sudah sangat dekat dengan satpam itu, karna sering telat sih.

"Pagi pagi udah sensi Nara"
Pak Seno tertawa geli melihat wajah nara kemerahan karena berlari.
Nara menuju kelas dengan sedikit berlari karna sebentar lagi pasti bel masuk.

"Selamat Nara,awal pekan ini kamu tidak terlambat ! " Teriak Pak Seno.
Nara menoleh sebentar lalu tersenyum dengan menggelengkan kepalanya.

  Sesampainya di kelas, ia melempar acak tas sekolahnya yang berisi berbagai buku tebal yang sesak untuk di pandang, maklum, Nara adalah murid yang terbilang teladan, rangking nya tidak jauh dari 2 atau 3, apalagi dia kelas 12,banyak tugas menghantuinya setiap hari.

"Wah, gua kok jadi ngerasa aneh lihat lo pagi pagi udah ada dikelas".Surya asal duduk di bangku depan Nara mengusik nya.

" Iya nih, jadi serasa ngelihat genre berbeda dari Nara si tukang telat" Sahar datang memeluk lengannya.

" Diem deh, bukannya seneng ya, lihat temennya nggak telat sehari."

"iya juga ya, biasanya lo telat trus lari-lari tuh di lapangan" Surya menunjuk lapangan yang letaknya pas di depan kelas mereka. Sahar menimpali dengan tawa.

Nara tak menghiraukan mereka,bak mereka mengoceh dengan angin, ia mengeluarkan buku tebal dari tas nya dan bersiap mengerjakan latihan soal. Surya dan Sahar yang melihat itu tak kaget,Surya pergi meninggalkan temannya larut dalam fokusnya, sedangkan Sahar mengikuti aktivitas Nara.

••••

  Bel istirahat pertama mereka berbunyi, namun Sahar dan Nara masih tak berkutik dari posisinya, bergelut dengan buku-buku tebal itu, Surya mendatangi mereka dengan wajah masam kelaparan.

"Lo berdua telinganya di sumpel apasih, ayo ke kantin buruan, bakso mang Alan nya keburu antri nih ahhh, laper gua"

Sahar dan Nara yang mendengar ocehan Surya tersadar dan saling pandang.
"Buset dah, kita rajin amat sih Nar"
Nara tertawa dan segera merapikan bukunya.

  Nara berjalan berdampingan dengan Sahar yang sedikit lebih pendek darinya,sedangkan Surya sudah keburu antri agar antriannya tidak terlalu panjang.

"Lo gak bisa gituya, gak nempel-nempel trus gelendotan di lengan gua gini,? " Nara meringis menahan berat Sahar yang meskipun Kecil-kecil tapi banyak makan, jadi berat deh.

"Hehe, maap, kebiasaan sih, abisnya lo tinggi banget, enak buat ayunan" Ucap Sahar tanpa merasa bersalah.

Sesampai di kantin mereka mencari tempat duduk yang kosong, namun Surya sudah duduk seraya melambaikan tangan pada mereka, dan sudah ada 3 mangkok bakso di depannya.

"Gilak tuh orang kalok masalah makan baksonya mang Alan rangking 1"
Nara yang mendengar ucapan Sahar setuju dan tak percaya melihat Surya yang begitu antusias, mungkin karena dia sudah lapar banget, pikirnya.

  Nara dan Sahar segera duduk di depan Surya yang sudah melahap baksonya kelaparan.

"Makasih loh sur, pas banget lagi pesenan baksonya, nggak ada yang salah sedikitpun" Nara memandangi baksonya yang sangat sesuai dengan seleranya, tidak ada apapun, hanya kuah dan bulatan bakso, Nara memang tidak suka mie, seledri atau hal-hal lain di dalam mangkuk baksonya.

FIND YOUR CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang