aahh..ahh..
"Ah sial!" aku melepaskan headphone yang sedari tadi bertengger di kepalaku. 'Pasangan gila' batinku.
Aku melangkah keluar, menuju kamar di samping kamarku yang sedari tadi mengeluarkan suara laknat.
tuk! tuk! tuk!
Di ketukan ke empat, penghuni kamar keluar. Seorang lelaki keluar hanya dengan mengenakan celana dalam. 'benar-benar tak tau malu' batinku.
Aroma sisa peegumulan panas itu menguar begitu saja dari dalam kamar. Aku mencoba mengalihkan pandanganku. Meski ini bukan pertama kalinya lelaki itu berpenampilan seperti ini di depanku. Rasanya tetap canggung, apalagi saat tak sengaja mataku menatap seorang wanita tanpa busana di kasurnya.
"Bisakah kalian mengecilkan suara sialan itu?" ujarku ketus menatap nyalang lelaki yang lebih tua satu tahun dariku.
Dia masih enggan menjawab permintaanku. "Jika bisa sewa saja kamar hotel. Aku harus belajar." lalu meninggalkannya begitu saja.
Aku kembali masuk ke dalam kamar. Melanjutkan kembali sesi belajar yang tertunda. Tak lama setelah itu sebuah pesan masuk.
Jay sialan
|jangan lupa bersihkan kamarku!
Aku hanya membaca pesan singkat dari saudara tiriku. Pria yang satu tahun lebih tua dariku itu memang kurang ajar. Ia bersenang-senang lalu aku membersihkan kekacauannya.
Semenjak ibuku menikah dengan ayahnya saat kami masih di bangku sekolah dasar, Jay memang selalu usil dan semena-mena padaku. Sampai dewasa sikapnya tak berubah, malah semakin parah.
Seperti saat ini, di saat kedua orang tua kami pergi karena urusan bisnis. Ia pasti dengan sigap membawa para jalangnya ke rumah, melakukan kegiatan bercinta selama berjam-jam lalu aku akan membereskan semuanya.
Tak ada pembantu yang menetap di rumah, mereka hanya datang di pagi hari saja, ibuku bilang itung-itung agar kami lebih mandiri. Tapi malah aku yang selalu menjadi kacung si brengsek itu.
Aku menutup buku ujian masuk perguruan tinggi milikku. Berjalan ke kamar Jay dengan sebuah masker wajah.
"Ah sial!" gerutuku saat mencium aroma sex yang belum hilang. Aku memunguti baju yang berserakan di lantai, memindahkannya ke keranjang baju kotor di kamar mandinya.
Kembali ke kamar untuk mengganti alas kasur yang terkena cairan sisa pergumulan panas mereka. "Berapa ronde yang mereka lalukan?" ujarku menatap beberapa bungkus kondom yang berceceran.
"Wah! si Jongseong sialan itu benar-benar maniak sex" ujarku tak kalah mendapati empat bungkus kondom di tanganku.
****
Pukul satu malam Jay baru saja pulang dari acara bersenang-senangnya. Ia tertegun ketika mendapati Nara tertidur di sofa sambil memeluk buku kalkulusnya.
Awalnya ia mencoba mengabaikan gadis itu, namun baru saja menapaki tangga ketiga ia malah berbalik.
"Menyusahkan saja" ujarnya dengan kesal menyingkirkan kalkulus di pelukan Nara. Walau tampak tak ikhlas namun ia tetap mengangkat Nara menuju kamarnya.
Jay manatap tubuh ringkih dalam gendongannya. Tampak sangat manis saat gadis itu mendusel mencari posisi nyaman di gendongannya.
Ia merebahkan tubuh Nara dengan hati-hati. "Gadis ini tidur seperti orang mati" ujarnya menarik selimut dan mengatur suhu pendingin ruangan.
Matanya memperhatikan pipi Nara yang semakin tirus. 'Apa gadis ini tak makan-makan? tubuhnya tampak semakin kurus' batinnya.
Jay menatap sekelilingnya, mengitari kamar yang selama ini selalu tertutup rapat. Ini pertama kalinya ia memperhatikan kamar milik Nara. Tampak sangat feminim dengan barang-barang warna pink yang manis.
Langkahnya terhenti di meja belajar. Menatap deretan stiky note yang tertempel di papan memo. "Gadis yang penuh ambisi." ujarnya mengembalikan stiky note bertuliskan tempatnya berkuliah, Seoul National University.
Di sudut meja belajar terdapat foto manis masa kecil Nara yang sedang berdiri di depan komedi putar.
"Tunggu dulu, bukannya aku berfoto dengannya? kenapa hanya ada dia sendiri?" Jay meraih bingkai foto tersebut.
Ia mengeluarkan foto tersebut dari tempatnya. Benar saja, fotonya dilipat olah Nara. Yang lebih miris, muka Jay tampak dicoret dan didandani dengan spidol hitam, dengan tulisan 'si mesum'.
"Yak!" Ia berbalik menatap Nara yang terlelap. "Kalau saja kau tak tidur, pasti sudah ku habisi" ujarnya lalu kembali menata foto tersebut seperti semula.
****
Sinar matahari yang menembus ke dalam mengusik tidurku. Sedikit merenggangkan tubuh lalu berjalan ke arah balkon. Menghirup udara pagi di hari yang cerah ini salah satu nikmat yang patut disyukuri.
"Tak mungkin dia," ujarku saat mendapati sosok Jay yang sedang berenang di bawah sana.
"Berandalan itu tak mungkin berlaku baik padaku." kembali meyakinkan diri melihat sosok Jay yang saat ini sedang merokok di bangku pinggir kolam.
Mataku terus memperhatikan pergerakannya di sana. Hingga tanpa sadar manik mata kami bertemu. Di bawah sana Jay tersenyum miring, tatkala memergokiku.
Entah kenapa dia tampak berkali lipat lebih tampan dengan senyuman seperti itu.
"Ah sadarlah Nara" tanganku menepuk-nepuk kedua pipiku yang kini bersemuh merah. "Lebih baik menyiapkan sarapan" ujarku berjalan ke arah dapur.
Setelah melihat persediaan di kulkas, ku putuskan membuat nasi goreng kimchi. Sebenarnya aku tak terlalu pandai memasak, Jay jauh lebih pandai. Beberapa kali aku sempat mencicipi masakannya saat jatuh sakit.
"Akhh astaga!" pekikku saat sebuah tangan tiba-tiba terjulur di sela pinggangku.
"Kenapa? kau membayangkanku?" aku berbalik dan mengacungkan pisau di depan wajahnya. Jay mundur selangkah karena terkejut.
"Bermimpilah Park jongseong" ujarku lalu kembali memotong kimchi. Mencoba menghiraukan kebaradaanya.
Ia tergelak melihat reaksiku. Tangannya mengusap pucuk kepalaku sebelum berjalan ke lantai dua.
Aku terheran melihat sikapnya dua bulan ini. Ia tak sekejam biasanya, bisa dibilang lebih penurut dan sedikit manis. Itu memang keuntungan besar bagiku, namun sedikit menakutkan, jangan-jangan si mesum itu kerasukan roh.
Jangan lupa vote dan komen.
Selamat membaca....
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In The Dark
Fanfiction"ku mohon jangan seperti ini, kau semakin membuatku terluka" dengan lirih si gadis melepaskan genggaman tangan lelaki yang ia cintai. "aku bersumpah, sampai kapanpun aku tak akan pernah melepasmu" teriaknya di antara kerumunan orang saat melihat gad...