"Hey girl" panggil Jay dari tangga saat diriku baru datang. Ia menghampiriku yang masih berdiri di ambang pintu.
"Bagaimana ujianmu? lancar?" ia mendekatkan wajahnya padaku. Membuatku otomatis mundur beberapa langkah.
Ia menarik kacamataku, lalu merapikan beberapa helai rambut yang menutupi wajahku.
"Aahh!!" pekikku saat Jay menarik keras hidungku. Aku mengusap hidungku yang sedikit memerah.
"Kau tak akan masuk universitas impianmu" ejeknya sambil tertawa puas.
"Yak! Park Jongseong! Mati saja kau!" ujarku melepaskan ranselku, kemudian berlari mengejar Jay yang lebih dulu melarikan diri.
Kami terus berlari mengelilingi rumah. Aku yang enggan menyerah sebelum memukul kapalanya dengan ransel dan Jay yang terus usil mengejekku tak akan lulus, berhasil membuat amarahku tak kunjung padam.
Hingga saat pintu utama kembali terbuka membuat Jay berhenti mendadak. Tak membuang kesempatan aku langsung memukulkan ranselku pada wajahnya.
Jay tersungkur di lantai dengan memegangi hidungnya. Sedangkan aku terawa bak penyihir yang berhasil merapalkan mantra.
"Astaga Nara, apa yang kau lakukan pada oppamu?!" ujar ibu di ambang pintu.
Aku kembali melirik Jay yang tengah sibuk menahan darah di hidungnya. ahh! aku lupa di dalam ranselku ada tiga buku tebal.
****
Kini kami berdua duduk di sofa, seperti orang yang hendak disidang. Jay dengan hidung yang tersumpal tisu sambil terus mendongak dan aku dengan ransel di pangkuanku sebagai barang bukti kejahatan.
"Sekarang minta maaf pada oppamu" pinta ibu padaku.
"Aku tidak mau" tolakku karena tak merasa bersalah. "eomma, dia dulu yang membuat masalah padaku" aku terus berusaha membela diri. Tak sudi harus meminta maaf pada si brengsek di sampingku.
"Aku hanya bercanda eomma" ujar Jay membuka suara, dengan pandangan senduh. cih! penipu ulung.
Aku meremat jari jemariku menahan rasa kesal. Tapi aku sudah tak tahan lagi saat melihat wajah senduhnya "Yak! bercanda katamu? aish! yang kau jadikan candaanku itu perjuanganku siala-" ucapanku terhenti karena tarikan ibu pada telingaku. "Akkh!"
"sekarang minta maaf saja Nara, tak perlu bersumpah serapah, kau ini seorang wanita, tak baik berkata kasar" kata ibu setelah melepas tarikan telingaku. Aku melihat Jay yang tengah mengulum senyum.
"Aku tak mau, tak akan mau" ucapku final lalu meninggalkan ruang tamu.
"Tak apa eomma, mungkin Nara masih kesal" ujarnya mencoba bersikap bijaksana di depan ibuku.
"Sekarang obati hidungmu Jay, kau bisa kan? eomma sedang terburu-buru. Ayah menitip file, satu jam lagi kami akan kembali terbang ke Jepang" ujarnya sembari melihat jam di pergelangan tangannya.
"Hhmm aku bisa sendiri eomma" ujar Jay berjalan ke ruang makan.
Ibu mengentuk pintu kamarku. "Masuklah" kataku dari dalam. Ia berjalan ke arahku yang masih menggulung diri dalam selimut.
Ia duduk di pinggiran kasurku
"Maafkan eomma hmm? eomma melakukannya karna eomma ingin kau menjadi gadis yang bertanggung jawab, jika salah minta maaf, semenyebalkan apapun Jay, dia tetap jadi oppamu. Tenangkan emosimu, lalu minta maaf." ujarnya mengelus kepalaku."Eomma akan kembali terbang ke Jepang selama tiga minggu, jaga diri baik-baik dan akurlah dengan oppamu. Eomma mencintaimu sayang." ujarnya mengecup keningku. Lalu terdengar suara pintu tertutup, dan aku kembali terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In The Dark
Fanfiction"ku mohon jangan seperti ini, kau semakin membuatku terluka" dengan lirih si gadis melepaskan genggaman tangan lelaki yang ia cintai. "aku bersumpah, sampai kapanpun aku tak akan pernah melepasmu" teriaknya di antara kerumunan orang saat melihat gad...