Bab 1

583 95 12
                                    

"Bu, Sasa tidak mau menikah dengan Mas Emran."

Sasa menangis sesenggukan. Ia tidak mencintai Emran yang notabene kakak iparnya sendiri.

"Emran anak baik, ibu tidak mau kehilangan menantu sepertinya."

"Tapi Sasa sudah punya pacar, Bu. Bagaimana nasib pacarku. Aku sangat mencintainya."

"Putuskan pacarmu dan menikahlah dengan Emran. Dia adalah pria yang sangat baik. Ibu yakin kamu akan bahagia dan memiliki masa depan yang cerah bersamanya."

🥀🥀🥀

Disinilah Sasa sekarang, berada di depan penghulu dan duduk berdampingan dengan Emran yang sedang mengucapkan ijab qobul.

Sasa tidak mau tapi ia terpaksa karena orangtuanya terus mendesaknya menikah dengan Emran.

Tak ada kebahagiaan yang terpancar pada wajah Sasa, ia tidak mencintai Emran. Ia sudah memiliki kekasih yang bernama Reza. Mereka sudah berpacaran hampir tiga tahun dan sekarang Reza sedang bekerja di luar kota. Ia tidak bisa bayangkan bagaimana respon Reza saat tahu dirinya telah menikah.

Sah...?

Sah.

Sasa tersadar dari lamunannya ketika semua mengucapkan sah secara serentak. Kini ia benar-benar telah resmi menjadi istri Emran suami dari almarhum Silvy, kakaknya.

"Ayo Nak, salaman sama suami kamu." Marni, ibunda Sasa menyenggol lengan Sasa.

Sasa tidak bergeming, ia memilih tetap diam hingga akhirnya Emran mengulurkan tangannya. Membuat Sasa mau tidak mau menerima uluran tangannya dan mencium punggung tangannya.

"Di cium dong kening istrinya," goda Faruk sahabat Emran.

"Ehmm." Emran berdehem dengan wajah datar dan dinginnya membuat Faruk diam.

"Sudah-sudah, ayo kita bergabung dengan para tamu," ajak Amar, ayah Emran untuk mencairkan suasana yang terasa kaku dan canggung.

Amar tahu, Emran terpaksa menikahi Sasa karena permintaan mendiang istrinya sebelum meninggal. Silvy ingin, Emran menjaga adik dan ibunya. Amar tak mempermasalahkan itu selama Emran tak keberatan.

Semua juga tahu, Sasa menjadi tulang punggung keluarga. Ayahnya, telah meninggal lama dan kakaknya pun sudah tiada. Hal itu membuat Emran bersedia menikahi Sasa.

Satu hal yang mengganggu Emran dalam pernikahan ini. Ia tahu Sasa sudah memiliki kekasih. Ia pernah bertemu beberapa kali dengan Reza. Ia berharap Sasa dan Reza mengerti untuk posisi mereka saat ini.

🥀🥀🥀

Tak terasa waktu berjalan cepat, resepsi pernikahan sederhana Sasa dan Emran telah selesai. Para tamu undangan pun sudah pulang.

Awalnya Emran tidak ingin ada acara resepsi. Namun, orangtuanya meminta untuk diadakan resepsi supaya orang-orang sekitar tahu dan tidak menimbulkan gosip.

"Mau pulang ikut Mas atau sama ibu?" tanya Emran pada Sasa yang sedari tadi diam.

"Ikut Ibu." Sasa langsung pergi begitu saja menghampiri ibunya.

Emran tak masalah Sasa memilih tinggal bersama ibunya, ia juga butuh waktu untuk menerima Sasa sebagai istrinya. Sasa dan Silvy sungguh berbeda jauh, Silvy penurut dan lemah lembut sedangkan Sasa keras kepala, semaunya sendiri. Namun, ia memakluminya karena Sasa masih sangat muda, usianya baru sembilan belas tahun selisih jauh darinya yang kini telah menginjak usia tiga puluh tahun.

"Loh Nak, kenapa tidak sama Emran?" tanya Marni pada Sasa yang menghampirinya.

"Sasa pulang sama Ibu saja, kasihan kalau Ibu sendirian di rumah."

Garis Takdir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang