Bab 1

18 5 0
                                    

Hay aku kembali, kali ini aku akan menuliskan tentang perempuan yang memiliki ambisi tinggi terhadap lelaki idamannya.
Penasaran? Pantengin yah ....

Terima kasih

🌼🌼🌼

Linggar Antariksa Arshaka  aku yakin semua orang pasti mengenali sosok pemuda ini, Ketua Hima di jurusannya, atlet olahraga Anggar dan seseorang yang aktif dalam beberapa bidang literasi. Shaka panggilannya, dia mampu membuatku melihat tentang siapa dirinya, seorang anak yang cukup berprestasi, tetapi tidak suka dengan keramaian. Aku Kerap kali melihatnya  di perpustakaan sekolah dengan buku-buku yang tengah dibacanya, tidak lupa juga iringan musik menemaninya di perpus itu. 

Sebelumnya, perkenalkan namaku Alula Fabiola. Jika aku bercerita tentang sosok Shaka, mungkin kalian akan faham apa maksudku. Iya, pemuda yang tingginya lebih tinggi dari diriku itu cukup membuatku penasaran. Bukan karena ia seorang ketua Hima jurusan, tetapi sosoknya yang dingin dengan wanita membuatku tertantang untuk mendapatkan pemuda itu.

"Lo yakin mau deketin Kak Shaka?" tanya Iren temanku.

"Yakinlah. Lagian gak ada salahnya kan," jawabku penuh percaya diri.

"Tapi kalau Lo ditolak gimana?" Iren kembali menanyakan perihal kemungkinan yang akan terjadi padaku. Gadis berkaca mata ini sepertinya tidak percaya denganku.

"Lo kenal gue sejak kapan, Ren?" ucapku mencoba mematahkan ketidakyakinan Iren.

"Sejak SMP, dan gue tahu Lo buayanya wanita. Bilang gak kenal orang padahal semua cowok Lo kenal." Iren menatapku dengan tatapan yang tak biasa.

🌼🌼🌼

"Regu Mawar baris di sebelah kanan, ayo!"

Suara yang tak bisa kuhindari, suara yang tak asing lagi, iya sosok yang tak bisa kuhilangkan dari memori. Arshaka Kaka kelasku di SMA. Aku pernah satu organisasi dengannya, dan ia pun pernah menolongku saat aku ditinggal sendiri di sekolah dan tidak ada yang menjemput. Shaka orang yang menghantarkan aku pulang sampai ke rumah. Sejak saat itu aku mulai tertarik dengannya.

"Regu apa?"
Aku terkejut dengan suara itu, pasalnya Shaka kini tepat berada di depanku.

"Mawar," jawabku.

"Ikut gue." Shaka membawaku ke sebuah barisan paling ujung di lapangan universitas.

Terlihat banyak mahasiswa baru sepertiku. Namun, tetap saja tidak ada yang bisa mengalihkan  pandanganku dari sosok kakak ketua Hima tersebut.
"Kak Linggar ganteng banget yah."
Suara bisikan-bisikan kecil terdengar di telingaku.

"Cemburu?"

"Yaelah Lula, lo lihat mereka.

Cantik-cantik, sepertinya mereka pintar, Lo kalah jauh sama mereka," jelas Iren.
Lagi dan lagi aku melihat perempuan cantik di sebelahku, bagaimana bisa ia mengenali sosok Shaka.

🌼🌼🌼

Acara demi acara telah berjalan, kini waktunya untuk istirahat. Aku memilih mencari tempat sepi di sudut kampus. Entah mengapa, kini aku kepikiran dengan kalimat yang diucapkan Iren. Kupandangi sekelilingku, tidak ada mahluk satu pun yang melintas di gedung tersebut. Namun, betapa terkejutnya aku dikala kulihat sosok pemuda ada di ujung gedung lengkap dengan kotak bekal dan beberapa peralatan paniat PPKMB kali ini.

"Shaka" batinku.

Aku berusaha mendekati pemuda itu, langkah sepatuku ternyata dirasakan oleh pemuda itu.

"Ngapain?" tanya Shaka dingin padaku.

"Ngapain? Harusnya gue yang tanya. Lo ngapain di sini?" ucapku membalikan pertanyaan pada Shaka.

"Nunggu jodoh," jawab Shaka.
Entah ucapannya benar atau tidak. Namun, hatiku mungkin cukup senang mendengar kabar seperti ini darinya.

"Lo ngapain kuliah di sini?" tanya Shaka tiba-tiba.

"Ada incaran Lo?" lanjutnya kembali.

"Maksud Lo apaan incaran? dikira gue cewek apa," jawabku tak terima.

"Alula Fabiola, siapa yang gak tahu Lo di Cendrawasih dulu. Hampir saja gue ketipu sama wajah polos Lo, dan untungnya gue belum jatuh cinta sama Lo."

Aku menatap ke arah Shaka, jatuh cinta? Apa maksud kalimat pemuda itu. Apakah dia dulu mencintaiku?

"Coba ulang kalimat akhir Lo barusan,"
ucapku pada Shaka.

"Gak ada pengulangan. Rasa aja kalau sudah hilang gak bakal keulang," jawab Shaka.

"Bisa ko, asal tuan rumahnya mau sama-sama berkomitmen untuk membuka rasa," sahutku tak mau kalah.

"Beda saja," jawab Shaka lalu pergi meninggalkanku sendiri.

Bel kembali berbunyi, kali ini seluruh peserta PPKMB diarahkan untuk memasuki aula kampus. Aku tidak lagi menemui sosok Shaka, padah ia adalah kakak pembina di reguku.

"Nyari siapa?" tanya Iren.

"Calon imam," jawabku singkat.

"Tuh." Iren menunjukan momentum yang tidak ingin kulihat. Shaka tengah bersama wanita lain. Entah siapapun wanita itu, terlihat jelas jika Shaka memberikan senyuman manisnya padanya.

"Gue kan sudah bilang, saingan Lo di sini banyak, Lula. Mending Lo lupain Shaka, dan cari Mangasa baru lagi. Toh kalau dilihat-lihat, Lo gak jelek-jelek amat sih," tutur Iren padaku.

"Irena Aprilia Gustiawan dengerin baik-baik, buka telinga Lo yah. Gue ketemu Shaka lebih dulu dari pada mereka, jadi gue lebih tahu Shaka itu bagaimana dan kalau sama mereka belum tentu 4 sehat 5 sempurnanya terjamin," kelasku pada Iren.

"Emang sama Lo kejamin? Lo aja makan gak pernah tuh sehat-sehat. Makanan Lo aja seblak, mie instan. Inget, La. Kak Shaka itu atlet anggar harus sehat."

Aku dan Iren memang terbiasa berdebat mengenai Shaka. Pasalnya sahabatku ini tidak merestui hubunganku dengan Shaka. Padahal jika dapat kukatakan, aku sudah tahu semuanya tentang Shaka.

Bersambung....
Jumat, 01 September 2023

🌼🌼🌼

Hehe, mohon maaf hanya segini dulu yah. Boleh like komen dan jangan lupa follow.

See you part selanjutnya.

#Day1
#crushseriesbookoffice
#725kata

Kuingin Lari dari LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang