The first meeting

57 0 0
                                    

Di suatu pagi yang cerah dan indah itu, Natasya atau biasa dipanggil Nata bangun daripada tidurnya lalu bergegas ke kamar mandi untuk bersih-bersih dan bersiap untuk ke sekolahnya. Nata sekarang sudah menginjak usia hampir dewasa yaitu 18 tahun dan sedang berada di tahun terakhirnya di sekolah menengah atas yang terletak tak jauh juga dari tempat ia tinggal. Nata merupakan anak tunggal daripada ibunya, Naura Gralind. Ayah Nata sudah lama tiada merana penyakit yang sudah lama dialaminya yaitu, kanker tulang. Nata hidup berdua dengan ibunya sedari ia berada dikelas 3 SMP kira-kira udah 3 tahun juga ayahnya pergi.

"Nata! Ayo sarapan!"
Seru ibunya dari lantai bawah. Nata pun turun untuk sarapan bersama dengan si ibu.

"Hari ini kamu pulang jam berapa?"
Tanya Naura pada anaknya.

"2 sore ma"
Jawab Nata yang sedang sibuk memakan sarapannya.

"Yaudah, nanti pulang hati-hati. Mama lembur sampai malam."
Pesan si ibu kepada anaknya. Nata cuma mengangguk dan kembali memakan sarapannya.

Sebenarnya bukan hal biasa bagi Nata jika Naura pulang telat maupun ia lembur karena sudah terbiasa sedari dulu lagi dengan Naura yang selalu sibuk dengan pekerjaannya tapi Naura nggak pernah lupa untuk mengurus Nata dirumah.

Sekarang Nata sudah sampai di sekolahnya. Ia sedang dalam perjalanan menuju ke kelasnya.
Nata itu anak pindahan dari Dansel School of Fine Arts dan pindah ke Crestwood  International School sekolahnya yang sekarang. Baru aja tahun kemarin Nata pindah ke CIS.
Disekolah, Nata kurang punya teman, palingan teman sebangku doang. Teman curhat juga nggak punya ya karena dia nggak percaya siapa siapa. Nata itu anaknya easy going tapi untuk mempercayai seseorang itu susah baginya. Hanya ada dua orang yang Nata Deket disekolah itu yaitu , Jeffrey dan Ghaffara.

"Pagi Tasya"
Sapa Ghaffara atau bisa kita panggil farra.

"Pagi ra."
Balas Nata singkat. Oh iya, disekolah, Nata lebih akrab dipanggil Tasya dan itu disebabkan oleh Jeffrey yang mula memanggilnya dengan sebutan nama "Tasya".

"Oh ya sya lu tau nggak kalo kelas kita bakal ada anak baru? Mana bertujuh lagi."
Ujar Farra pada Nata tentang anak baru yang akan berpindah ke kelas mereka.

"Nggak, nggak tau gua nya. Emang dari sekolah mana?"
Tanya Nata.

"Kalo itu mah gua nggak tau. Eh Li! Lu tau nggak anak baru yang bakal masuk ke kelas kita dari sekolah mana?"
Tanya Farra pada Liam yang kebetulan lagi lewat di depan mereka.

"Setau gua si dari sekolah lamanya Tasya, Dansel School of Fine Arts, ya nggak sih sya?"
Tanya Liam pada Nata takut salah.
Nata cuma mengangguk sambil mengiyakan pertanyaan Liam.

'Nggak mungkin mereka kan? Huh gua harap bukan elu no.'
Batin Nata. Entah kenapa ia merasakan jika seseorang yang ia kenal akan kembali lagi namu Nata hanya menganggap itu mungkin hanya perasaannya sahaja.

Mapel kedua, kelas seni.
Disini kelas mereka akan berpecah mengikut aliran seni yang diambil.  Terdapat dua aliran yaitu Seni dan aliran musik. Farra dan Jeffrey sama sama mengambil aliran musik sedangkan Nata mengambil aliran Seni. Jadi mereka akan berpencar mengikut aliran masing-masing.

"Anak anak, sebelum kalian bergerak, ibu mau bilang sesuatu kepada kalian"
Ujar wali kelas mereka, Bu Henny.

"Hari ini kelas kita kedatangan pelajar baru. Jadi ibu harap kalian berteman baik dengan mereka. Baiklah kenalkan Mahen, Rendy, Helga, Novan, Chandra, Jiran dan Jevano. "
Ujar Bu Henny memperkenalkan pelajar baru itu. Nata yang berada dikelas itu hanya enteng dan tidak terusik sedikitpun karena tengah sibuk menyiapkan lukisannya da jangan lupakan telinganya yang sudah disumbat dengan ipod miliknya membuatkannya tidak tau jika ada guru dihadapan bahkan anak anak baru itu.

"Sya gua sama Jeffrey pergi dulu ya. Jangan telat Mulu Lo masuk kelas pak Harto."
Pesan Farra pada Nata supaya tidak asyik masuk telat ke kelas Pak Harto aka guru Seni sekolah itu. Nata hanya menganggukkan kepalanya mengiyakan dan masih fokus ke arah lukisannya yang hampir siap.

tok tok tok
Ditengah sibuknya Nata melukis, ada seseorang datang ke arahnya dan mengetuk mejanya. Nata tak terusik sedikitpun membuatkan orang itu mengetuk meja Nata lagi.

"Ra lu ketinggalan apa apa ambil sendiri."
Ujar Nata masih fokus ke arah lukisannya dan mengingat orang yang mengetitu adalah Ghaffara.
Namun seketika kegiatan Nata terhenti saat melihat tangan yang mengetuk mejanya adalah bukan tangan perempuan melainkan itu tangan laki-laki. Nata mencabut ipod nya lalu mendongak menatap ke arah wajah laki-laki tersebut.
Saat matanya bertemu dengan mata laki-laki tersebut, Nata kaget. Sangat kaget bahkan ia terbungkam tidak bisa berkata apa-apa sekarang. Nata berdiri daripada duduknya dan menatap laki-laki dihadapannya saat ini.

"Hai, Nata."
Sapa laki-laki itu pada Nata yang masih terdiam itu.

Jevano Baskara Where stories live. Discover now