"BUNDA KAKAK UDAH TELAT, KAKAK LANGSUNG BERANGKAT YA!" seorang gadis dengan seragam putih abu-abu itu berteriak di depan pintu rumahnya sambil memakai sepatu.
Seorang wanita paruh baya keluar dengan masih menggunakan apron miliknya.
"Jangan teriak kak, malu didenger tetangga. Terus kok kakak bisa sampe kesiangan sih di hari pertama sekolah?" Tanya wanita itu lembut.
Sang anak yang mendengar hanya bisa tersenyum malu lalu berucap, "kakak lupa pasang alarm bun, jadi kesiangan deh."
Wanita itu hanya bisa menggeleng, tidak suami nya tidak anak nya pasti ada aja kelakuannya.
"Terus kamu nggak sarapan dulu?"
"Maaf ya bun tapi kakak udah telat ini nggak sempet sarapan." Gadis itu menatap bersalah pada bunda nya.
"Yaudah gak papa, tapi jangan lupa sarapan di sekolah. Kalau nggak kuat kamu izin aja buat beli sarapan."
"Ok bunda. Kakak pergi dulu ya." Gadis itu pergi setelah mencium pipi bunda nya.
"Hati-hati kak!" Balas wanita itu sedikit keras.
Setelah tidak melihat siluet anak nya yang sudah menjauh, wanita itu kemudian kembali masuk kedalam rumah nya dan melanjutkan pekerjaan nya yang tertunda.
Kembali ke gadis tadi yang saat ini sedang berlari menuju ke sekolah nya. Merasa nafasnya tidak kuat dia memilih berhenti sebentar sambil memperhatikan jam tangan di pergelangan tangan nya. Waktu sudah menunjukan pukul 07:26 yang artinya dia sudah telat.
Masih asik mengatur nafas nya, tiba-tiba datang seorang preman mendekati gadis yang bernama Alifa itu.
Alifa yang menyadari itu memilih lanjut berjalan walau masih sedikit terengah engah. Tapi tiba-tiba saja tangan nya dicekal oleh preman itu.
"Buru-buru amat neng, mau kemana? Sini biar abang anter." Ucap nya sambil tersenyum.
Alifa mencoba melepaskan cekalan tangan preman itu sambil berujar, "nggak usah bang, saya bisa sendiri."
Si preman semakin mendekat kearah Alifa. "Nggak usah malu-malu neng. Ayo abang anter."
'Gua bukan nya malu-malu, tapi gua takut njir.' Batin Alifa yang sudah menangis.
Lalu tiba-tiba saja ada motor yang berhenti tepat disamping keduanya. Dilihat dari perawakannya orang yang mengendarai motor itu adalah laki-laki. Tanpa melepaskan helm dia turun dan memisahkan cekalan tangan Alifa dan preman itu.
"Apa-apaan lo!?" Tanya preman itu marah.
Dengan tenang pemuda itu menjawab. "Harusnya gua yang nanya lo apa-apaan? Lo mau apain ni cewek?"
Preman itu mengeram marah, "bukan urusan lo, sialan."
"Oh tidak bisa, itu urusan gua karena lo mau nyakitin temen gua. Lo nggak liat seragam gua sama kayak dia?" Tunjuk pemuda itu pada Alifa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIFA'S STORY
Teen FictionAku terpesona dengan kebaikan mu, membuat ku jatuh hati meski semua orang menganggap jika diriku naif karena menyukai mu hanya dengan alasan itu saja. Tapi aku tidak peduli, karena sebesar itu rasa suka yang aku miliki. Tak peduli berapa lama pun a...