Chapter 3

2 1 0
                                    

Setelah mengantarkan Alifa sampai ke rumahnya, Ariz tidak langsung pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mengantarkan Alifa sampai ke rumahnya, Ariz tidak langsung pulang. Melainkan pergi ke danau tempat biasa dia singgahi untuk menenangkan diri.

Setelah sampai dan duduk di pinggir danau, dia mengeluarkan rokok dan mulai menyalakannya. Asap dari hisapan rokok itu dia hembuskan keatas sambil memandang bulan.

Hanya hal itu yang Ariz lakukan setiap di danau ini. Tapi meski begitu, Ariz sangat menyukai ketenangan seperti ini. Tidak ada suara-suara yang selalu mengganggu nya setiap hari.

Merasa dia sudah cukup lama berada disana, Ariz memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanan Ariz sudah menghela nafas lelah memikirkan apa yang akan terjadi berikutnya. Kemudian Ariz menambah kecepatan motor nya ditengah malam itu.

Sesampainya Ariz dirumah, dia segera turun dan menenteng helm milik nya kedalam rumah. Baru saja akan menaiki tangga suara serong pria menghentikan langkahnya.

"Dari mana?" Tanya pria itu tanpa melepaskan pandangan dari laptop didepan nya.

Ariz berbalik dan menjawab, "dari luar, ketemu temen pah."

Masih dengan tatapan fokus pada laptopnya, pria itu kembali berkata, "kamu jangan banyakin main doang, nilai kamu harus stabil seperti sebelum sebelumnya. Papah nggak mau denger kalau tiba-tiba nilai kamu turun. Jangan buat malu papah."

Ariz menggenggam erat pegangannya pada pegangan tangga lalu menjawab, "Iya pah, bakal Ariz inget."

Pria itu mengangguk, "bagus, karena memang harus seperti itu." Balas nya tanpa menatap anak tunggalnya.

Kemudian Ariz melanjutkan perjalanan menuju kamarnya. Di pertengahan tangga, dia berpapasan dengan wanita yang walau sudah malam make up dirinya belum di bersihkan.

Wanita itu berhenti dan tersenyum pada Ariz, "Ariz dah pulang? Mau makan dulu nggak?"

"Nggak gua dah kenyang." Balas Ariz cuek.

Papah Ariz yang mendengar dari bawah segera menegur, "Ariz, jawablah dengan sopan. Dia sekarang ibu mu."

Ariz tidak berniat menjawab atau meladeni kedua orang tua itu. Dia lebih memilih pergi menuju kamarnya.

"ARIZ JANGAN PERGI DULU. KEMBALI KEMARI!"

"Sudahlah sayang aku tidak apa-apa. Tapi kan sayang besok aku mau ketemuan sama temen-temen aku. Jadi--"

Ariz yang masih mendengar sedikit percakapan antara dua orang itu hanya berdecak dan menutup pintu kamarnya sedikit kencang. Sungguh saat ini dia kembali emosi.

Jika ayah nya membahas tentang nilai atau sesuatu yang seperti itu dia sudah biasa. Tapi jika sudah menyangkut dengan wanita tadi, dia sungguh tidak ingin berurusan dengan nya karena memikirkannya saja sudah membuatnya jijik.

"The stupid whore." Ariz berucap lirih kemudian membersihkan diri nya dan setelah itu pergi tidur.

Keesokan harinya saat matahari masih belum memancarkan sinarnya, Ariz sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Dia adalah anggota OSIS dan sedang menjadi panitia MOS kali ini jadi dia harus berangkat pagi karena ada rapat OSIS.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALIFA'S STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang