3.

521 33 3
                                    

Mavendra sama Kavindra itu mood booster di rumah ini. Ada Kavin yang jahil dan ada Maven yang emosian.

Tapi mereka bakal klop banget kalau soal gangguin adek dan dedek. Apalagi kalau soal mancing emosi Zio dan Tara.

Pernah suatu hari, dirumah cuman ada Kavin, Maven, Tara dan dua bungsu. Mereka berlima duduk di ruang tengah sambil nonton TV, tapi karna Kavin yang emang dasarnya nggak bisa liat adik-adiknya tenang punya ide buat jahilian mereka.

Di coleknya lengan Maven yang berada disampingnya.

"Liat adek-adek lo, anteng banget kan?" Bisiknya ke Maven.

Maven ngelihat kearah dua bungsu yang lagi cekikikan lihat kartun.

Kavin menaik-turunkan alisnya, Maven yang ngerti akan kode itupun mengangguk.

"Lo punya ide?" Tanya Maven yang diangguki oleh Kavin.

"Abang, mau ke kamar ya. Abang ada tugas" Pamit Tara. Kavin dan Maven saling pandang dan tersenyum licik. Kesempatan emas pikir mereka.

Seperginya Tara ke kamar, Kavin langsung beraksi.

Kavin berlari menuju kamarnya untuk ngambil ular mainan yang dia beli di keranjang oren. Dan ada Maven yang menutupi dirinya dengan kain putih diam-diam berjalan menuju belakang adek dan dedek.

Tala dan Dika masih belum sadar kalau mereka bakal jadi korban kejahilan si kembar.

Kavin melempar ular mainan itu.

"Aaaa...ular...ularrr!!!" Teriak Kavin.

"Mana ular bang, manaaa?"

"Aaaa ada ularrr"

Masih belum selesai, tiba-tiba Maven berdiri dan berteriak didepan adek dan dedek.

"BUAAAAAAAA!!!"

"AAAAAAAAAA ABANGGG HANTUUU!!!"

"LARII DEDEKK AYOO LARII AAAAA!!"

Tala dan Dika berlari histeris. Sedangkan biang kerok tertawa terbahak bahak.

Sampai nggak sadar kalau Tala jatuh nyungsruk dan kepalanya kebentur lantai.

"HUAAA SAKITTTT ABANGGGGGG!!" Nangis, iya Tala nangis.

Dika kaget dong, tadi masih gandengan tangan buat lari bersama eh tiba-tiba si abang nyungsruk dan nangis.

"Ehh abang jangan nangis, ayo cepet lari lagi, nanti hantu nya ngejer kita. Ayo, Abang cepett!!"

"Sakit kepala aku dedek hiikss"

Maven dan Kavin yang denger suara nangis langsung panik dong.

Mereka berdua terus menghampiri adek dan dedek. Dilihatnya si dedek yang lagi elus-elus kepala abangnya.

"Kenapa, adek?" Tanya Maven lembut. Ini kalau Tala tau dia sama Kavin biangnya bakal ngambek sih.

"Abang nggak liat ada ular sama hantu bang?" Tanya Dika, masih agak parno dia tuh.

"Kalau ular iya ada, dedek. Tapi kalau hantu nggak ada ahh,"

"Ih ada bang Apin. Orang tadi kita lihat kok. Makanya kita lari, terus bang Tala jatoh. Nih lihat, kepalanya benjol tauu" Kata Dika yang masih kekeuh bilang kalau dia emang habis lihat hantu.

"Nggak ada ah, dek. Ngehalu kamu!"

"Bang Apen sama bang Apin kan hantunya?!" Todong Tala. Baru bisa mikir dia. Soalnya tadi dia sempet lihat kalau ular tadi itu ular mainan yang di lempar Kavin.

"Mau ngerjain kita kan?"

"Selamat deh, abang-abang berhasil ngerjain aku sama dedek. Nih lihat buktinya, kepala aku sampe benjol. Awas aja aku bilangin sama bang Tama kalian biar di marahin!!" Ancem Tala.

"BANG TARAAAA!" Tiba-tiba dua bungsu manggil Tara, yang buat si kembar kelabakan.

"BANGG TARAAA!!"

"Apasihhh? Kan abang udah bilang lagi ada tugas, kenapa?" Tara datang dengan muka sedikit kesal, tapi nggak jadi kesal pas lihat muka merahnya Tala.

"Kenapa, Tala?" Tanyanya.

"Jatohhhh(⁠。⁠•́⁠︿⁠•̀⁠。⁠)"

"Makanya kalau jalan tuh pake mata loh, dek!"

"Ih bang Tara kok malah marah-marah sama bang Tala sih?! Yang salah tuh bang Apen sama bang Apin tauu!! Kalau mereka nggak ngejahilin kami nggak bakal bang Tala jatuh gitu!!" Dika nggak terima, kan yang salah si kembar, masa yang diomelin Tala.

Tara lihatin si kembar yang salah tingkah karna ketauan.

"Apalagi kali ini?" Tanya Tara serius.

Si kembar cuma cengengesan.

Dika mulai ceritain tentang kejahilan mereka kali ini, mulai dari Apin yang lempar ular mainan sampe Apen yang jadi hantu pake kain putih.

"Si Apen nih, bang. Dia yang cosplay jadi hantu!" Tuduh Kavin.

"Ehh enak aja! Kan ini semua ide nya lo!!"

"Lah, kenapa lo mau nurutin?"

"Ya karna lo ajak lah"

"Ya kenapa lo mau, peeennnn!!"

"Stop! Kalian pilih abang atau bang Tama?"

"YA BANG TAMA, LAHH!!" Seru mereka.

Tara mengangguk. "Yaudah, abang bakal bilang bang Tama kelakuan kalian hari ini, biar dia yang urus kalian. Adek, ayo abang kompres kepalanya. Dedek juga ayo ikut Abang,"

"Bang Tama bentar lagi pulang, jadi siap-siap aja kalian!" Ucap Tara sekali lagi sebelum pergi ke dapur buat ambil es batu dan kompres kepalanya Tala.

Kavin dan Maven menelan ludah dengan susah payah. Waduhh, bang Tama yaa? Seremm kalau marahh. Bisa abis mereka mah.

Home - ZerobaseoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang