Selain si kembar Maven dan Kavin, ada Bima dan Tara yang juga kembar. Mereka kembar beda 2 bulan.
Tapi, dibanding Maven dan Kavin. Bima dan Tara punya ikatan batin yang lebih kuat.
Bima dan Tara juga punya imun yang lebih rendah dibandingkan saudaranya yang lain. Jika terkena hujan sedikit saja pasti langsung demam. Dan jika satu sakit maka satunya juga ikut sakit.
Sekarang Bima lagi tiduran dengan kompres yang menempel di kepala dan ada Zio yang tengah menyuapinya makan. Iya, Bima demam.
"Udah, bang. Udah kenyang,"
"Sedikit lagi aja, ya? Satu sendok lagi, habis itu baru udah, oke?"
Bima mengangguk. Sumpah demi apa pun saat ini lidahnya sangat lah pahit dan perutnya yang mual.
Setelah selesai makan, Zio memberi obat pada Bima.
Nggak bereselang lama, Zio dapet telepon dari Kara yang bilang bahwa Tara juga dalam kondisi demam dan sempat pingsang di kampus.
Zio menghela nafas, sudah tidak heran melihat Bima dan Tara.
"Tara ikut sakit juga ya, bang?" Bima dengar perkataan Kara yang bilang Tara sakit.
Bima sedikit merasa bersalah, pasalnya karena ia lah Tara juga ikut sakit. Andai saja ia tak kehujanan kemarin.
"Udah nggak usah ngerasa bersalah gini. Kan emang biasanya kalian begitu, yang satu sakit satunya juga ikut sakit, iya kan?"
Bima menghela nafas, iya juga pikirnya. Mereka memang terbiasa begini.
Nggak bereselang lama, Kara datang dengan memapah Tara. Tara dengan muka pucatnya itu bikin Zio sedikit khawatir.
Tara dibawa ke kamar yang sama oleh Bima. Mereka memang satu kamar.
"Pusing juga kepalanya, Tar?" Tara mengangguk.
"Udah makan?" Gelengan yang didapat zio.
"Yaudah bentar, abang ambilkan makan dulu, ya. Nanti siap makan baru minum obat!" Ujar Zio lalu pergi ke dapur.
Di kamar kini tinggal Kara, Tara dan Bima.
"Istirahat, ya. Abang mau jemput bocil-bocil dulu!" Pamit Kara. Bima dan Tara cuman ngangguk, nggak sanggup bicara soalnya lemes.
Zio datang dengan nampan ditangannya. "Nih makan dulu, Tar! Abang suapin ayo!"
Setelah selesai makan dan minum obat, Tara dan Bima tertidur karna pengaruh obat.
~~~~~~~
"ASSALAMUALAIKUM"
"Waalaikumsalam!"
Si kembar Kavin dan Maven pulang dari sekolah, dan langsung mencium lengan Zio.
Kavin dan Maven ini berada di tingkat akhir sekolah, cuman beda kelas saja. Mereka juga satu sekolah dengan Gentala. Tapi Gentala baru kelas 10.
Nggak berapa lama, datang Kara dengan Tala dan Dika. Tala memang sudah SMA tapi masih belum dibolehin buat naik motor. Jadinya ia selalu diantar jemput seperti Dika.
"Assalamualaikum abang Zio!!"
"Waalaikumsalam adik gantengnya abang, belajar apa aja tadi disekolah?" Tanya Zio sambil mengambil alih tas Tala dan Dika. Zio tau mereka pasti lelah.
Tala dan Dika terus menceritakan tentang hari mereka disekolah. Zio dan Kara hanya mendengarkan, sedangkan si kembar sudah pergi ke kamar mereka.
"Abang, adek laper!" Ucap tiba-tiba Tala.
"Laper? Bentar ya, abang ambilin makannya dulu. Dedek mau makan juga, sayang?"
"Enggak, abang. Dedek mau minum susu aja, boleh?"
"Boleh, dongg sayang. Adek mau susu juga, nggak? Biar sekalian abang buatin"
"Maaauuuuu, abanggg!" Semangat Tala.
"Ganti baju dulu sana, sambil nunggu bang Zio ambilin makan!" Suruh Kara yang sedari tadi hanya menyimak.
"Ay ay kapten!" Kompak Tala dan Dika sambil hormat dan pergi ke kamar masing-masing.
Kara tersenyum gemas dibuatnya. Dua adik bungsunya itu sampai kapanpun akan selalu menjadi bayi di rumah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home - Zerobaseone
Short Storytentang sembilan saudara yang saling menyayangi dengan cara mereka sendiri.