DILARANG KERAS MENJIPLAK SEBAGIAN ATAU SELURUH DARI CERITA
"Hinataaa!"
"Sebentar!"
"Percepat!"
"Iya, iya, tunggu sebentar!"
Sasuke berdecak sembari bergerak tak sabaran di atas sepedanya, "Aku akan benar-benar meninggalkanmu, Hyuuga! bagaimana jika kita terlambat berangkat sekolah, hah?!"
Hinata mendesis di kamarnya dan keluar dari dalam kamar menuju balkon, "Aku akan turun sekarang! Berhentilah berteriak! Kau mengganggu tetangga lain!" balasnya menatap kesal ke arah Sasuke sembari mengacungkan jari tengah.
"Waa, berani kau, Hyuuga?!"
Hinata mengabaikan ucapan Sasuke dan bersiap turun ke bawah menyambut sahabatnya itu. Ia mengambil bento yang sudah ia siapkan sedari pagi buta dan mendapati kakaknya sedang menyeduh kopi.
"A-aku berangkat," ujar gadis itu.
"Hm."
Hinata berlalu pergi meninggalkan dapur berjalan ke arah pintu rumahnya.
"Hmmm, tampannya tuan muda Uchiha pagi ini, ya," sapa gadis itu setelah memakai sepatu. Segera ia mengambil posisi di belakang Sasuke menduduki kursi penumpang.
"Tak perlu kau beritahu pun aku sudah tahu jika aku ini tampan," Sasuke tersenyum sombong membuat raut wajah Hinata berubah datar.
"Yah, tentu saja, terserahlah. Sekarang cepat gayuh sepedamu!"
Sasuke tak lantas menjawab membuat Hinata mengernyit heran, "Kenapa diam saja? Ayo, berangkat!"
"Pakai helmnya dulu! Kau mau mati?"
Hinata seketika menganga menanggapi ucapan Sasuke yang terlewat enteng, ia mengambil paksa helm yang laki-laki itu sodorkan, "Ya sudah cepat jalankan sepedamu, kenapa masih menatapku begitu? Mau kutusuk matamu, ya?!" ujar gadis itu sebal karena si bungsu Uchiha malah tersenyum.
"Galak sekali, senyumnya mana?"
Hinata seketika tersenyum kesal ke arah Sasuke. Rasanya ingin menangis saja dari pada menyambut umpan yang terus laki-laki Uchiha itu lempar.
"Sudah, 'kan?! Sekarang, cepat! Jika terlambat aku juga yang kau salahkan!"
"Memang!" Sasuke tersenyum santai dan mulai menjalankan sepedanya mengabaikan Hinata yang bergumam kesal.
"Sudah sarapan?"
"Belum, tapi aku membawa bento."
"Untukku?"
"Tentu saja untukku."
"Lalu untukku mana?"
"Kau, 'kan tak bilang ingin di buatkan."