All the sadness you feel must have a cure, God knows everything.
Good fate'll come to its owner.
BRAKK!!
Gebrakan meja yang begitu keras membuat seluruh penghuni ruangan terkejut. Siapa lagi jika bukan ulah Hell's Angels. Semua penghuni ruangan terdiam ketika mereka mengetahui ulah yang mengejutkan itu.
Bukan karena mereka tidak ada yang berani, hanya saja sangat malas jika berurusan dengan Hell's Angels. Prinsip Hell's Angels adalah "siapapun yang berani ikut campur, akan kita basmi hingga habis." Terkesan kejam memang, tapi itulah mereka.
"heh, anak pungut. Masih punya muka lo ternyata." Kiran menggebrak meja dengan tatapan mata yang tajam kearah Noveena.
"gaada kapok-kapoknya ya lo caper ke guru-guru. Ngapain lo caper-caper segala." Enzi yang menimpali perkataan Kiran sambil menarik kencang rambut Noveena hingga ia merintih kesakitan.
Merasa belum puas melihat wajah kesakitan Noveena, Enzi semakin menarik kencang rambut itu hingga sang empu merintih menangis kesakitan.
"gatau malu ya lo. Oh guys gue tau, atau jangan-jangan dia sama bundanya sama. Sama-sama penggoda. Kan sama tuh, sama-sama cari muka." Timpal Nanda dengan nada mengejek.
"HAHAHAHAA." Tawa Hell's Angels menggema di ruang kelas yang mendadak hening dan dingin tersebut. Kiran dan antek-anteknya tertawa bahagia melihat penderitaan Noveena.
Bagaimana tidak, melihat penderitaan Noveena yang bertubi-tubi merupakan kebahagiaan tersendiri bagi Hell's Angel. Bagi mereka, seorang Noveena Christy Betelgeussy Emanuella hanyalah hama yang perlu mereka singkirkan dengan mudah seperti debu.
Sakit, hanya sakit yang ia rasakan saat ini. tidak ada perlindungan. Tidak ada perlawanan. Tidak memiliki semangat. Noveena sebenarnya mampu, mampu segalanya. Termasuk melakukan perlawanan. Hanya saja, saat ini ia tak memiliki tenaga yang cukup banyak guna melawan mereka semua. Yang mampu ia lakukan saat ini hanyalah pasrah dan berharap akan keajaiban Tuhan.
"sakit sekali, Tuhan. Bunda, sakit. Gissy capek, bunda" batinnya.
Tak lama dari itu, tepat pukul 15.00 bel pulang yang menjadi penyelamatnya kini terdengar cukup keras. perasaan lega dan takut masih menyelimuti Noveena. Bagaimana tidak, meskipun bel telah terdengar tapi tatapan Hell's Angels kepadanya masih mengintimidasi. Kesalahan apa yang ia telah perbuat, iapun sebenarnya tidak tau. Bahkan Noveena tak habis pikir, kenapa mereka juga membawa bundanya pada pembullyan ini.
"cabut guys," suara Karin yang mendominasi dengan lantang.
Dengan perginya Hell's Angels, kelas yang awalnya sepi itu menjadi ramai kembali. Ketika murid-murid yang lain berhamburan keluar untuk menuju rumah masing-masing, terdapat 3 anak yang belum meninggalkan Noveena sendirian.
Vanessa Whitney Faith, gadis berperawakan tinggi dan rambut panjangnya yang indah itu sedang menatap nanar Noveena. Tidak hanya Vanessa, disampingnya ada Gwen Ailsie Eddith dan Xavierra Penelope Smith.
Bukan mereka tak berani, hanya saja ketika mereka berontak maka tidak Hell's Angels tidak segan-segan melakukan kekerasan fisik berlebih pada mereka semua yang berani ikut campur dengan urusannya. Kejam? Memang, itulah Hell's Angels yang sebenarnya.
"veena, lo gapapa?" Tanya vierra dengan tatapan sendu kepadanya. Iba, itulah perasaan mereka kepada Noveena saat ini.
"vierra?, aku gapapa."dengan suara yang begitu lembut masuk kedalam gendang telinga mereka. Dengan gerakan cepat xavierra memeluk hangat tubuh mungil Noveena ini. tidak hanya Xavierra, Vanessa dan Gwen pun ikut memeluk tubuh mungil yang rapuh ini.
"lo kalo kenapa-kenapa bilang ke kita ya, hari ini kita jadi sahabat. Jangan ada yang ditutupi lagi. jangan pernah sungkan ke kita." bisik Gwen kepada mereka.
"makasi banyak ya, kalian." Senyum haru kini menghiasi pemilik wajah manis nan baby face ini. setidaknya dia memiliki teman mulai hari ini. ya, mulai hari ini.
Ia kini membereskan barang-barangnya dengan cepat kemudian keluar dengan segera dan berharap Hell's Angels tidak mengejarnya. Keinginan mentari saat ini benar-benar terkabulkan. tidak, mereka tidak mengejar Noveena. Entahlah, hanya mereka dan tuhan yang tau rencana selanjutnya.
Entah keajaiban Tuhan apalagi yang diberikannya kepada Noveena. Tidak lama dari ia menunggu, ternyata taksi datang tepat waktu. Segera ia naik agar ia dapat merasakan kasur kesayangan yang telah menunggunya pulang.
Di dalam taksi, pikiran Noveena masih sama. Seakan beban kepala akan meledak. Semuanya dengan betah bersarang di kepala Noveena. Tanpa sadar, ia tersenyum ketika kembali teringat kejadian di wastafel tadi.
"dia siapa? Kenapa dia tadi natap aku kaya gitu, sih? Tapi dia lucu." Sadar akan lamunan tersebut membuat pipinya kini berubah menjadi merah merona.
Nyatanya, Noveena hanya gadis biasa yang dapat salah tingkah akan pandangan pertama. Entahlah, itu dapat disebut dengan cinta pandangan pertama atau hanya sekedar kekaguman sesaat akan ciptaan Tuhan yang indah itu.
"atuh neng, kenapa senyum-senyum malu gitu atuh. Pasti lagi mikirin cowonya ya." Goda supir taksi yang sedari tadi melihat gadis cantik ini tersenyum sendiri dengan logat khasnya. Noveena yang sadar akan alur pembicaraan supir taksi itupun segera merubah ekspresi wajahnya dan merubah duduk dengan lebih tegap.
"eh engga pak, Cuma keinget kejadian lucu aja. Bukan pekara cowo." Jawab Noveena yang sedang berusaha menutupi salah tingkahnya agar tidak semakin malu.
Siapa yang tidak malu ketika salah tingkah ternyata diketahui orang lain?. Huft, ternyata Tuhan tidak berpihak dengan Noveena saat ini.
"eleuh-eleuh si eneng bisa aja kalo bohong, ya. Remaja sekarang mah pasti kalo senyum-senyum sendiri teh pasti keinget momen-momen lucu, bisa dibilang teh lagi kasmaran atuh neng. Kaya bapak dulu waktu muda. Aduh si eneng ngingetin bapak waktu masih muda." Dengan disertai kekehan kecil dan logat khasnya menggoda Noveena, membuat pemilik wajah manis ini tersenyum geli.
"hahaha, engga kok pak. Saya ga bohong." Elaknya agar tidak semakin malu nantinya. Nyatanya, ucapan supir taksi tersebut membuat Noveena semakin berpikir, apakah ia saat ini memang merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama atau hanya rasa penasaran pada cowo laki-laki yang sedang memenuhi pikirannya saat ini.
Candaan-candaan yang dilontarkan supir taksi tersebut membuat luka di hati Noveena sedikit terlupakan. Tak terasa Noveena telah sampai di tujuan utamanya kini. Rumah, tempat pulang terasing bagi Noveena. Sepi, dingin, tidak ada keharmonisan di dalamnya. Miris, benar-benar miris.
Hidup dengan kesepian, melawan semuanya sendiri, dan bertahan hidup demi wishlist-nya yang belum terwujud. Memasuki pekarangan rumah yang tampak terawat dan penuh dengan tanaman hias, terlihat menyejukkan memang. Tapi, tidak ada kehangatan sama sekali di dalamnya.
"bunda, Gissy pulang." Gumamnya sambil tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOTOGRAPH
Teen Fiction"dia murid baru?" "Tali sepatu lo" "kalo ga bisa tuh ngomong, jangan diem aja." pertemuan yang tidak pernah disengaja itu menjadikan beban pikiran masing-masing. Bagaimana tidak, takdir selalu menemukan jalan untuk mereka bertemu. Entah bagaimana a...