Photograph - 1

12 1 0
                                    

If the sky if the limit, why are there footprints on the moon?


Surabaya, 2018

Suara riuh kelas menjadi musik paling tidak menyenangkan bagi gadis ini. pusing, itu yang sekarang dirasakannya. gadis introvert yang paling suka duduk di pojok bangku paling belakang.

Jika sudah merasakan jam kosong seperti sekarang ini, pasti ia akan pergi keluar. Perpustakaan, menjadi salah satu tujuan utama bahkan telah menjadi spot favorit untuk gadis sipit berkacamata seperti sekarang ini.

Meninggalkan kelas dan mendengarkan alunan lagu the 1975, sudah menjadi kebiasaannya saat jam kosong tiba. Tanpa sadar, perjalanan singkat telah membawanya tiba sampai di depan perpustakaan, gadis sipit itu mulai tersenyum.

Aroma perpustakaan yang menenangkan mulai menyeruak di indra penciumannya. Ajaibnya, pusing di kepala gadis itu perlahan mulai menghilang.

"noveena, pasti kelasnya kebagian jam kosong lagi ya?." Sapa kak Ghina dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya, penjaga perpustakaan baru yang telah akrab dengannya akhir-akhir ini.

"iya kak, biasa. Di kelas juga berisik, hehe. Oiya, duluan ya kak." Jawabnya sambil tersenyum kearah Ghina. Ghina hanya merekahkan senyum dengan menggelengkan kepalanya.

"dasar anak ini, cueknya tetep sama aja." Belum sampai melihat balasan dari Ghina, noveena langsung mencari buku yang telah lama di incarnya.

Dengan cepat ia mengambil buku itu, lebih tepatnya buku tentang astronomi. Rasa penasarannya tentang dunia astronomi sangatlah tinggi. Noveena tersenyum senang ketika telah menemukan apa yang ia cari dan membawanya ke bangku sudut ruangan yang telah menjadi spot favoritnya dalam tahun ke-2 ini.

Nyaman dan tenang, itu yang ia rasakan sekarang. Saking berlarutnya ia pada buku, tanpa sadar jam kian cepat berganti. Jam kosongnya akan habis dalam 10 menit. Dengan cepat dan perasaan panik ia segera menemui kak Ghina guna meminjamnya untuk dibawa pulang nanti.

"kak aku pinjam bukunya ya." Sambil menyerahkan kartu perpustakaannya. Perasaannya semakin panik, ketika melihat waktu yang semakin cepat berlalu.

"loh tumben cepet banget, Nov. Biasanya betah banget disini."

"iya kak, jam kosongnya bentar lagi abis. Pinjem ya. Bye kak," dengan cepat ia mengambil kartu perpustakaan.

"oh pantesan. Hati-hati, Ta-." Belum selesai Ghina berbicara, Noveena telah berlari kelar dan hanya beberapa detik terdengar suara dentuman kencang didepan perpustakaan.

DUG!!

BRAKK!!

TANGG!!

Siapa lagi jika bukan tingkah Noveena. Terpleset dan terbentur kaca depan perpustakaan. Sial memang. Untung saja perpustakaan sepi. Hanya Ghina yang dapat melihat tingkah konyol dibalik sifat introvert seorang Noveena.

Ia hanya mengacungkan jempolnya pada Ghina. Tak lupa ia juga memakai earphonenya sambil menenteng buku yang ia pinjam tadi. Ghina yang melihat kejadian tersebut, hanya bisa menggelengkan kepalanya lagi dan tersenyum akan tingkah Noveena yang terkesan lucu.

Garis senyum bibirnya yang terlihat sangat tipis, setidaknya mood Noveena hari ini balik seperti semula. Sampai ia tiba di depan kelas yang ternyata suara kebisingannya menembus alunan lagu yang ia dengar saat ini.

Seperti ada rasa penyesalan kenapa ia harus berlari dan panik untuk mengejar waktu padahal teman-temannya terlihat masih bermain bahkan ada pula yang masih tertidur nyenyak.

"huftt, ternyata masih rame. Sepertinya jam kosong di tambah. Aku juga belum makan." gumamnya,

Hembusan nafasnya terlihat berat sekali. Ia segera melangkahkan kakinya pada bangku kosong dekat westafel guna meletakkan buku yang telah ia pinjam sebentar dan menuju wastafel depan kelas, ia selalu teringat apapun perkataan bundanya. Noveena hanya tersenyum, "kangen bunda."

Setelah mencuci tangan, segera ia berbalik ke kelas untuk mengambil buku yang ia letakkan di bangku tadi. Tapi, pandangannya kini terhenti pada satu makhluk yang duduk di bangku sebrang kelasnya.

"siapa dia? Anak baru? Kenapa dia melihatku seperti itu?." sadar akan lamunannya, Noveena akhirnya memutus sepihak kontak mata tersebut. Buru-buru ia mengambil buku yang ia letakkan tadi, dan dengan langkah tergesa noveena masuk ke dalam kelasnya.

Duduk sambil melamun, dan memikirkan semua hal menjadi kebiasaannya saat ini. sendirian, kesepian, semuanya ia rasakan. Nafsu makannya sekarangpun berkurang. Entahlah, hanya Noveena yang paham akan keadaannya saat ini.

"makan atau ntar kamu sakit, kalo sakit siapa yang bakal peduli." Batinnya, setiap hari yang ia lakukan ketika nafsu makannya berkurang.

Perang batin sendiri, dan menyemangati diri sendiri. Hanya itu yang bisa Noveena lakukan sampai sekarang. Roti isi lagi, ya lagi-lagi yang ia bawa hanya itu. bangun kesiangan dan menyiapkannya semua sendiri.

"kangen bunda, bunda apakabar. Gissy kangen masakan bunda." Sakit, itu yang kini ia rasakan. Ternyata memang benar, ia bukan robot yang apa-apa bisa ia lakukan sendiri. Tapi, realita kenapa sangat mendukungnya.

Sibuk akan pikiran dan rotinya, kini noveena tersentak akan orang yang menggebrak mejanya. Hell's Angels. bukan, jika kalian berfikir mereka benar-benar angel, lebih tepatnya angel berjiwa devil. Wajah cantiknya hanya topeng untuk kelakuannya itu.

Siapa yang tidak kenal dengan Hell's Angel, bahkan hampir seantero sekolahpun mengenalnya. Diketuai oleh Kiran Chochava sebagai anak kepala sekolah dengan antek-anteknya kini telah berdiri di depan Noveena. Perlu kalian garis bawahi, hanya anak kepala sekolah.

Roti yang masih tersisa kini berserakan di lantai. Tersenyum miris, itu gambaran Noveena sekarang. Kondisi kelas yang awalnya bising mendadak hening karena gebrakan dan suara lantang mereka. Tidak ada yang berani melawan mereka. Jika adapun, mungkin mereka telah di debak dari sekolah ini.

PHOTOGRAPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang