Setelah kejadian di kantin itu, Noveena tidak berani untuk ke kantin lagi dan memutuskan untuk tetap di dalam kelas sampai jam pulang datang. Para sahabatnya itu paham yang di rasakan Noveena. Mereka berjanji, mulai hari ini mereka akan melindungi dan menyayangi Noveena semampu mereka.
Noveena merasa bersyukur memiliki mereka sekarang. Setidaknya, masih ada manusia yang percaya jika Noveena harus berjuang untuk terus bertahan hidup. Memikirkan hal tersebut, tanpa sadar senyuman Noveena tercetak indah di wajah manisnya membuat para sahabat yang melihatnya bergidik ngeri.
"veen, lo gapapa kan?"
"lo ga kesurupan kan veen?"
Melihat pertanyaan yang mereka lontarkan kepada Noveena tidak membuahkan hasil itu, Vanessa segera menggoyangkan kedua bahu sahabatnya itu agar cepat sadar. Noveena yang merasakan guncangan dahsyat dari Vanessa benar-benar terkejut.
"nes udah nes, ih lepas dulu. Kaget tau jantungku, kamu juga kenapa tiba-tiba goyangin aku?" Tanya Noveea dengan tatapan polosnya itu.
"shibal, pertanyaan lo ambigu sialan." tegur Gwen dengan suara pelan
"heh jaenab, lo duluan yang bikin kita semua syok tau ga. Gak ada angin, gak ada hujan tiba-tiba senyum sendiri. Stress ya lo?" sahut Vanessa
"atau jangan-jangan"
"jangan-jangan apa, Ra?" dengan tatapan Noveena yang penuh tanda tanya kepada Xavierra
"jangan-jangan lu lagi fallin love sekarang" ucap Xavierra cepat
Noveena yang mendengar perkataan Xavierra hanya dapat mengerjapkan matanya berkali-kali. Pasalnya, ia saja belum pernah merasakan bagaimana jatuh cinta kepada lawan jenis.
Sedangkan mereka saja masih menduduki bangku menengah pertama, sungguh mustahil jika dapat merasakan cinta pertama secepat itu.
"ish, mana ada aku fallin love si. Aku itu lagi kepikiran aja, kenapa kalian bisa semudah itu nerima aku buat temenan sama kalian. Padahal, kalo di liat-liat kalian itu beruntung banget milikin satu sama lain. Makasi ya, udah mau nerima aku jadi sahabat kalian."
Mereka terpaku yang mendengar ucapan Noveena. Mereka semua tau arti tatapan Noveena itu. Tatapan sendu dan terharu akan kenyataan yang datang kepadanya saat ini.
Gwen yang sadar akan kecanggungan yang menyelimuti mereka akhirnya memutuskan untuk segera memeluk Noveena, disusul dengan Vanessa dan Xavierra. Lucu sekali pertemanan mereka ini.
"udah udah kaya sama siapa aja si lo veen, lo tuh bocahnya mellow-mellow begini ternyata ya."
"ya abisnya, kalian suka banget bikin aku terharu akhir-akhir ini."
"udah, ntar pulang sekolah langsung ke Tunjungan Plaza aja gimana?"
"ihh gilak lo, jauh amat sialann. Lagi pula sekarang tuh panas, yakali lu mau macet begitu dibawah terik panas, ha? Kalo gua si ogah yaa."
"heh dongo, kan ada taksi online. Ngapain lu mikirin panas-panasan ditengah macet."
Perdebatan Vanessa dan Xavierra tidak lepas dari pandangan sahabat-sahabatnya. Begitu juga dengan Noveena, ia bersyukur. Setidaknya dengan kehadiran para sahabatnya ini, kehidupannnya sedikit lebih berwarna dari sebelumnya.
"hmm, temen-temen tapi kayanya aku gabisa ikut kalian deh."
Pernyataan Noveena mengalihkan perdebatan para sahabatnya itu, Gwen yang tengah berdiri untuk melerai perdebatan para sahabatnya itupun mengambil posisi awal duduknya dan diikuti oleh Vanessa dan Xavierra.
"lo kenapa tiba-tiba bilang begitu?" pertanyaan Xavierra membuat Noveena bingung untuk menjawabnya, sebenarnya Noveena ingin saja ikut mereka. Tapi, bagaimana keadaan rumah nanti jika ia pulang telat.
"engga-engga, maksud aku kalo aku ikut kalian yang jaga rumah siapa nanti. Soalnya aku dirumah sendirian, hehehe." Para sahabatnya yang peka akan kejanggalan senyum Noveena itupun peka akan situasi yang dihadapi oleh Noveena.
"yaudah, kalo gitu ntar kita pulang dulu trus main ke rumah lo deh, buat nemenin lo. Gimana? "
"emangnya kalian gapapa sama orang tua kalian? "
"ya gapapa lah gilakk, ntar kita nginep aja deh dirumah lo. Ya ga guys ?" Ucap Vanessa dengan di angguki oleh Gwen dan Xavierra sebagai tanda setuju.
"ihh seriusan? Kalan beneran kan? "
"astagaa Veen, kapan si kita boong sama lo. Iya ntar kita nginep di rumah lo, tenang aja ntar kita party kita seru-seruan di rumah lo. Oke?"
Pernyataan Gwen membuat hati dan seluruh badan Noveena mendesir hebat, ini merupakan pertama kalinya dia merasakan pertemanan yang begitu erat. Pertemanan yang tidak memandang apapun tentang diri dan keadaan Noveena.
***
"seluruh pelajaran hari ini telah selesai, sampai jumpa besok pagi dengan semangat belajar baru"
Suara riuh dari berbagai kelas terdengar, seolah menang dari peperangan banyak dari mereka yang dengan cepat meninggalkan kelas untuksegera pulang atau nongkrong di tempat biasa.
Begitu juga dengan Noveena dan teman-temannya yang lain. Mereka segera bergegas alih-alih kabur dari kejaran Heel's Angels yang akan siap membully Noveena lagi, entahlah itu akan kapan terjadi.
"gua duluan yaa, nanti gua chat kalo udah siap. Kalian siap-siap aja deh, sekalian gua sama supir gua yang jemput nanti." Teriak Gwen.
"gua sama Vanes juga ya Veen, tunggu kita dirumah lo aja."
"tenang aja Veen, lo kaga perlu masak deh. Ntar tunggu kita-kita aja masak bareng. Bye Veen." Ucap Vanessa dengan melambaikan tangan yang diikuti oleh Xaviera kearah Noveena.
Belum sempat membalas ucapan Vanessa, Noveena hanya tersenyum dan melanjutkan jalannya.
Tanpa ia sadari, langkahnya terhenti ketika ia tak sengaja menabrak punggung anak yang berada di depannya itu. pandangan Noveena terpaku pada anak itu, laki-laki yang sempat memenuhi pikiran Noveena akhir-akhir ini.
"dia lagi, anak baru bukan?" pikirannya selalu bertanya-tanya sendiri.
Entah nasib malang atau keberuntungan yang tengah menimpa Noveena. Sadar akan lamunannya sendiri dan bahkan belum sempat mengatakan apapun kepadanya, anak itu lebih dulu memilih masuki taksi yang telah ia pesan sebelumnya.
"sombong banget si tatapannya, heran."
Tak lama dari itu taksi online yang telah dipesannya telah datang dan dengan langkah cepat ia memasuki taksi tersebut. Tidak berhenti disitu, pikiran Noveena masih sama. "siapa si anak itu."
Lagi-lagi Noveena tersenyum sendiri mengingat kejadian memalukan yang telah dia lakukan sebelumnya. Entah setan apa yang merasukinya, tapi setiap dia mengingat kejadian yang ada kaitannya dengan laki-laki itu, dia selalu merasakan hal yang berbeda.
Apakah ini, "When I first met you, and I felt like I was falling in love for the first time? "
"hahh, gak mungkin lah veen. Ini bukan kaya cerita novel-novel yang sering lo baca. Lagipula lo masih kecil buat ngerasain itu semua. Gak, lo cuma penasaran doang. Ga lebih dari itu." batin dan pikirannya yang sedang berperang.
"neng, atuh si eneng teh. Ini udah sampe atuh neng, ini ngapain malah geleng-gelengin kepalanya. Neng teh kaga kesurupan kan ya?"
"eh pak, maaf pak. Kenapa ya?"
"eleuh-eleuh si eneng, ini udah sampe atuh neng. Tuh udah sampe di depan rumah eneng."
"hah? Ohh ini pak, makasi ya pak." Dengan menahan malu, Noveena segera memasuki rumahnya dengan langkah yang terburu-buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOTOGRAPH
Teen Fiction"dia murid baru?" "Tali sepatu lo" "kalo ga bisa tuh ngomong, jangan diem aja." pertemuan yang tidak pernah disengaja itu menjadikan beban pikiran masing-masing. Bagaimana tidak, takdir selalu menemukan jalan untuk mereka bertemu. Entah bagaimana a...