Kini lantunan lagu NCT menghiasi sunyinya malam yang dingin. Kebiasaan Noveena satu ini tak kunjung hilang. Tampaknya, semakin membuatnya ketagihan.
"huftt, capek ya. Tapi, kalo ga kek gini gabakal bisa tenang kan?"
Helaan napas panjangnya begitu terdengar melelahkan. Diletakkannya kuas yang telah menjadi temannya sejak 3 tahun terakhir.
"kalau aja bunda masih ada disini sama Gissy, pasti Gissy seneng banget bisa cerita banyak ke bunda. Gissy kangen bunda."
Air mata yang seharusnya bisa ia tahan kini tak lagi dapat ia bendung. Yah, dia menangis. Sepertinya telah menjadi bagian dari rutinitasnya.
Semakin malam yang gadis itu rasakan adalah kesepian dan kesendirian.
"keliatan bohong banget kalo aku bilang bisa lakuin semuanya sendiri, bohong kalo aku bilang aku ga butuh orang lain, hahaha." Mentertawakan diri sendiri, jalan yang ia ambil untuk memperkokoh benteng pertahanannya.
Tepat pukul 23.00, lantunan musik NCT kini berubah menjadi panggilan masuk berkali-kali.
"Ishh, berisik banget sih. Siapa juga telfon malem-malem kek gini, gabut banget sih ni orang."
Segera diangkatnya telfon tersebut tanpa melihat kontak nama yang tertera. Suara itu, Suara yang membuat Noveena semakin merasakan sakit yang tiada tara.
"halo, Gissy." Noveena hanya bisa terdiam dan menahan isak tangisnya.
"halo, Gissy. kamu masih disana kan?" dengan ragu ia menjawabnya dengan suara yang begitu serak.
"iya bunda, Gissy disini. Bunda apakabar? Giss –" belum selesai ia berbicara bundanya langsung memutus pembicaraan sepihak.
"bunda tidak mau basa-basi, Gissy. Kabar bunda jauh lebih baik, yang kangen adek kamu bukan bunda."
Benar-benar sakit itu yang Noveena rasakan. orang yang begitu spesial benar-benar mematahkan hatinya saat ini. tapi tidak masalah jika itu bisa membuat bundanya bahagia. Ia akan lakukan apapun.
"haloo, kakak. Kakak adek kangen banget sama kakak. Kakak kapan kesini main sama adek, kan kakak udah janji sama adek bakal main bareng lagi."
suara yang begitu Noveena rindukan, asik kecilnya kini tumbuh besar tanpa dia di sampingnya. Noveena yang mendengar suara adik kecilnya itu hanya bisa tersenyum dengan menahan tangisnya.
"haloo, adeknya kakak yang ganteng. Iya, tunggu ya sayang. Kakak janji ntar bisa main lagi sama adek. Tunggu kakak ya, ganteng."
Janji dan janji, entahlah sampai kapan Noveena bisa membohongi adik kecil kesayangannya ini. Entah sampai kapan semuanya berakhir. Noveena hanya berharap masa itu akan datang nanti.
"janji ya kak."
"iya kakak janji."
"kak, udah dulu yaa. Bunda udah teriak-teriak katanya udah cukup telfonnya. Ntar kalo lama, adek dimarahin sama bunda. See u yaa kakak cantik."
Mendengar maksud dari perkataan adik kecilnya itu Noveena hanya mampu menghela nafas panjang.
Sakitnya tetap terasa namun sedikit terobati dengan suara yang ia rindukan saat ini. ia hanya mampu tersenyum dan menahan isak tangisnya agar tidak terdengar oleh manusia yang ia sayangi.
"iya boss. Gih keburu dimarahin bunda."
Panggilan suara itupun berakhir. Percakapan yang benar-benar singkat. Bagi Noveena itu benar-benar sangat melegakan tapi sekaligus menyakitkan.
Bagaimana tidak, bantahan bundanya yang tidak merindukannya benar-benar menyayat hati. Entahlah sampai kapan ini harus berakhir, atau mungkin selamanya akan seperti ini.
Pergi ke alam mimpi, mungkin itu jauh lebih baik untuknya saat ini.
Selamat tidur, little monster yang kesepian.
Tidur yang nyenyak, jangan mimpi indah little monster.
---
jam terus berdetak, waktupun semakin cepat berlalu. Suara alarm yang berkali-kali terdengar dan sinar matahari yang telah masuk melalui celah-celah kecil benar-benar mengusik tidur gadis ini.
"HAHH, GILAA!! Kenapa bisa aku mimpi dia si, dia siapa berani banget masuk mimpi aku. Aduh kayanya ini efek abis di jambak Enzi deh." dapat dipastikan mukanya sekarang pasti merah.
Noveena menepuk-nepuk pipinya berharap semua hanya mimpi. Nyatanya yang diharapkan Noveena sia-sia. Dengan langkah cepat, ia buru-buru melangkah ke kamar mandi.
Setelah melakukan ritual mandinya, Noveena dengan cepat memakai seragamnya dan bersiap untuk segera ke sekolah hari ini.
Dengan gaya shoulder length hair; blown-out lob yang disertai poni dan mini kepang di kanan kiri membuatnya terkesan manis. setiap melihat tampilannya di cermin, noveena selalu tersenyum miris.
"kenapa harus aku yang merasakan ini semua, Tuhan? Padahal aku hanya ingin merasakan pelukan hangat bunda."
Dengan senyuman miris yang selalu menghiasi wajah cantiknya ketika kembali teringat akan respon bunda kepadanya sejak masih kecil.
Lamunannya buyar ketika mendengar suara bel rumahnya yang terus berbunyi. Dengan perasaan terkejut, ia segera menuruni tangga dan menuju pintu utama untuk melihat siapa yang datang pagi-pagi buta seperti ini.
melihat kesunyian rumahnya, Noveena hanya bisa tersenyum. Ia sudah terbiasa, bahkan ketika ia belum pernah mengetahui arti kesepian yang sebenarnya.
Jika kalian berpikir rumah Noveena memiliki pembantu, kalian salah. Dirumah yang cukup besar itu, Noveena hanya hidup seorang diri.
Mereka semua ada, tetapi itu dulu. Noveena mulai paham semuanya, semua asisten rumah tangganya di angkut ke kediaman bundanya, Ivana Gwyneth Alexandria.
Entah siapa yang berperan antagonis di kehidupan Noveena saat ini, hanya Tuhan yang tahu keajaiban apa yang akan terjadi selanjutnya.
Noveena tidak melihat siapapun yang datang. Ketika ia akan kembali masuk untuk sarapan, langkahnya kembali terhenti ketika melihat kotak yang tersimpan rapi di depan pintunya.
"siapa yang memberikan paket sepagi ini? aneh sekali" pikirnya.
Ia celingukan berharap ada orang yang mengetahui siapa pengirim paket aneh ini, nyatanya tidak ada orang yang lewat sepagi ini ke kompleknya.
Noveena kembali ke meja makan dengan membawa kotak misterius di tangannya. Noveena mengambil beberapa slice roti dengan selai blueberry kesukaannya.
Ia belum berani membuka kotak misterius ini sebenarnya. Hanya saja, rasa penasarannya cukup tinggi sekali.
Helaan nafas panjang sangat terdengar diruangan yang cukup luas dan dia seorang diri dengan jantung berdegup kencang, ia tetap membukanya. Terlalu banyak membaca cerita wattpad ataupun alternative universe membuat pikirannya selalu out of the box.
Nyatanya, semua itu hanya pikiran buruk Noveena. Tidak ada yang salah pada paket misterius ini. Isinya membuat Noveena begitu tercengang. Kebutuhan bulanan, yaps isi dari kotak tersebut adalah kebutuhan bulanan.
Tidak lengkap, hanya saja cukup untuk Noveena dalam satu bulan ini. Sudah bulan ke-4 dia mendapat kotak seperti ini. tidak ada tanda-tanda pengirimnya, membuat Noveena ragu memakai semua produk dari kotak misterius ini.
Bodoamat, pikirnya. Ia kembali melanjutkan makannya dan menaruh barang-barang dari kotak misterius ini kedalam kamarnya.
Ia lupa jika jam terus berlalu dengan cepat, dengan langkah tergesa ia segera memesan taksi online dan menuju ke sekolah. Cukup pagi, karena jarak rumahnya ke sekolah bisa memakan waktu yang lumayan banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOTOGRAPH
Teen Fiction"dia murid baru?" "Tali sepatu lo" "kalo ga bisa tuh ngomong, jangan diem aja." pertemuan yang tidak pernah disengaja itu menjadikan beban pikiran masing-masing. Bagaimana tidak, takdir selalu menemukan jalan untuk mereka bertemu. Entah bagaimana a...