Baru hari pertama berkerja tapi Jingga sudah berulah sampai-sampai Rei memarahi dan menghukumnya. Kalau mau ditulis dalam daftar kesalahan Jingga dihari pertama kerja, sepertinya daftar itu akan cukup panjang. Karena pagi ini saja Jingga sudah terlambat, lalu selanjutnya dia salah mengantarkan pesanan dan itu tidak hanya sekali, yang terakhir dia merusak latte art buatan Rei yang sudah siap disajikan ke pengunjung kafe.
Kesalahan terakhir itu lah yang membuat Rei dan Jingga berakhir ribut. Tapi untuk kali ini, Jingga tidak terima dengan hukuman yang diberikan Rei padanya. Karena apa yang terjadi baru saja, itu tidak sengaja. Lagi pula, Rei juga salah disini karena dia tidak melihat-lihat ketika berbalik untuk menyerahkan minumanya pada waiter lain.
Teguran dan hukuman yang diberikan Rei menambah daftar ketidaksukaan Jingga pada atasannya itu. Bukan apa-apa, hanya saja menurut Jingga hukuman yang diberikan Rei tidak adil. Karena kesalahan kali ini bukan sepenuhnya karena Jingga tapi karena Rei juga. Kalau saja Rei tidak buru-buru, lelaki itu pasti tidak akan menyenggol Jingga dan berakhir menumpahkan latte art yang dia buat tadi.
"Buruan bersihin, terus kamu bikin ulang," perintah Rei dengan nada bicara yang mulai naik satu oktaf. Karena sejak tadi Jingga hanya diam dan balas menatap Rei tanpa rasa takut.
"Saya mohon maaf sebelumnya, bukan mau nggak sopan sama atasan. Tapi disini anda juga salah. Anda meleng dan anda sendiri yang nabrak saya. Seharuanya anda juga tahu kalau job saya itu hanya sebagai pelayan, mana bisa saya buat late art," ucap Jingga sudah berusaha menekan kemarahannya yang siap meledak saat itu juga.
Jingga sudah tidak lagi memperdulikan kalau Rei adalah seniornya, atasannya. Yang ada dipikirannya sekarang kalau dirinya tidak salah dan Rei tidak berhak menghukumnya. Lagi pula, karena tertabrak Rei tadi, punggung Jingga nyaris terkena ujung meja. Jadi dengan keberanian yang dia punya, Jingga berusaha untuk tetap pada pendiriannya.
"Baru hari pertama tapi kelakuan kamu kayak gini. Salah saya milih kamu kemarin. Ternyata kamu tuh cuma cewek bar-bar yang nggak tahu aturan," sindir Rei dengan penuh penekanan disetiap kata yang dia ucapkan.
"Apa kamu bilang? Aku cewek bar-bar. Lah kamu owner dan senior diktator, ada kesalahan dikit aja langsung kena hukum, padahal kamu juga salah disini," bantah Jingga tidak mau kalah, dia sudah tidak peduli dengan posisinya sekarang dan lebih memilih menanggalkan sopan santun yang dia punya.
Sepanjang perdebatan Rei dan Jingga, pegawai lain hanya bisa menonton. Mereka sama sekali tidak berani melerai, salah-salah malah mereka nantinya yang menjadi sasaran kemarahan Rei. Karena Rei akan menjadi sangat galak bila ada yang berani membantah omongannya.
Keduanya baru berhenti berdebat setelah Riffa turun tangan melerai. Riffa menjewer telingga Rei layaknya guru yang menghukum muridnya dan menjauhkan kembarannya itu dari Jingga.
"Lepas!" protes Rei tidak terima.
"Kalian berdua ke ruangan saya sekarang," tukas Riffa setelah melepaskan jewerannya dan langsung naik ke lantai dua, menuju ruangannya.
Dengan enggan Rei berjalan pelan menaiki tangga, menyusul Jingga yang sudah lebih dulu ke ruangan Riffa setelah atasannya itu datang memarahi mereka berdua tadi.
"Maaf, pak. Tadi saya sedikit kelepasan. Tapi sebenarnya kalau Mas Rei mau minta maaf sama saya dan ngaku kalau dia juga salah, saya nggak akan marah dan akan terima hukumannya," Jingga lebih dulu menjelaskan untuk sekadar membela diri.
"Apa-apaan, saya nggak salah. Kamu yang jalannya meleng. Lagi pula kamu pantes dapet hukuman setelah semua kesalahan yang kamu buat hari ini, dihari pertama masuk kerja," sambar Rei tidak terima, karena secara tidak langsung Jingga menyalahkannya.
"Cukup!"
Sebelum Jingga membalas ucapan Rei dan berakhir menjadi perdebatan lanjutan, Riffa lebih dulu membuat mereka berdua diam, "Kalian berdua nggak malu jadi tontonan pegawai lain dan kamu Rei, dimana wibawa kamu jadi pemimpin mereka. Karena hal sepele kayak gini kamu bikin keributan di dapur."
Jingga dan Rei hanya menunduk diam, mereka menyadari kalau perbuatan mereka itu salah. Apalagi sampai membuat Riffa yang terkenal kalem sampai marah seperti ini.
"Saya minta maaf, karena kelepasan marah dan bikin kekacauan seperti ini. Saya akan tanggung jawab," ucap Rei menatap Jingga dengan tatapan sarat rasa bersalah setelah bisa meredakan emosinya. Karena bagaimanapun, Rei juga ikut andil dalam keributan yang terjadi tadi.
"Saya juga minta maaf, karena menimbulkan keributan dihari pertama saya bekerja," imbuh Jingga yang juga masih merasa bersalah.
"Saya terima maaf kalian. Sebagai hukuman, selama seminggu kalian harus bekerja sama membereskan kafe ketika kafe tutup," tegas Riffa menyebutkan hukuman yang dia siapkan untuk kembarannya dan juga pengawai barunya itu.
"Yang bener aja, mau gimana pun Jingga cuma part time. Dia nggak mungkin disini sampai malem. Kalau kayak gitu kamu menyalahi kontrak kerja dia," tegur Rei yang merasa hukuman yang diberikan Riffa kurang tepat. Walaupun kesal dengan Jingga tapi Rei tetap bisa sedikit profesional soal jam kerja pegawainya.
"Itu bentuk hukuman dari saya untuk Jingga. Jadi seminggu ini dia full di kafe sebagai hukuman karena kesalahan dia hari ini, tetapi setelah jam kerja selesai dia tidak perlu bekerja lagi dan hanya tetap berada di kafe untuk melakukan hukumannya setelah kafe tutup nanti. Jingga keberatan atau tidak?" tanya Riffa tetap minta pendapat Jingga.
Jingga hanya mengangguk, dia menerima apa pun hukuman yang diberikan Riffa karena memang dia bersalah dan dia mengakui itu. Setidaknya dengan hukuman itu, Jingga bisa sedikit mengurangi rasa bersalahnya karena membuat ulah di hari pertama kerja.
"Baik, itu hukuman untuk kamu, Jingga. Sekarang kamu boleh keluar dan lanjut bekerja. Saya ingin berbicara berdua dengan Rei."
Jingga langsung bergegas keluar ruangan begitu dipersilahkan oleh Riffa. Meninggalkan dua saudara kembar itu dalam satu ruangan.
"Gimana? Di hukum ya sama Pak Riffa?" Arion langsung melontarkan pertanyaan begitu melihat Jingga menuruni tangga.
Jingga hanya mengangguk kecil, dia masih merasa bersalah karena keributan tadi. Tapi disisi lain, dia juga masih merasa kesal dengan Rei.
"Dihukum apa kamu?" tanya Arun penasaran, karena baru kali ini Riffa sampai menghukum pegawainya yang melakukan kesalahan.
"Disuruh beresin kafe sama Mas Rei. Jadi aku bakalan di kafe sampai malem."
"Kok kamu nggak protes? Kan kamu cuma part time," ucap Arun kaget mendengar soal hukuman Jingga.
"Aman Mbak, aku kerjanya sesuai jam kerjaku kok. Cuma nanti aku tetap di sini sampai kafe tutup," ujar Jingga menjelaskan.
Setelah mendapatkan jawaban yang mereka inginkan. Arun dan Arion kembali fokus pada pekerjaannya. Karena pelanggan kafe mulai kembali berdatangan. Begitu juga dengan Jingga, dia kembali bekerja dan melupakan kejadian tadi. Walaupun sebenarnya dia masih sedikit merasa kesal pada Rei, karena atasannya itu masih belum minta maaf padanya.
=====
Hari pertama tapi udah bikin ulah dasar Jingga.
Mana bikin keributan pula sama ReiRhain
22-11-2023
![](https://img.wattpad.com/cover/351256214-288-k264612.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Just for You [TERBIT]
RomanceReivandra menyukai Jingga, juniornya di kafe, ah bukan tapi mencintainya. Rei akan melakukan apapun asalkan Jingga bahagia. Katakan Rei bodoh, karena mengharapkan seseorang yang sama sekali tidak melihatnya. Tapi apakah benar seperti itu? Credit cov...