Keynara berdiri di depan pintu apartemen Kaivan dengan wajah cemas. Beberapa menit yang lalu Kaivan mengirimkan alamat apartmentnya lewat sms dan menyuruh Keynara datang ke tempatnya. Keynara tidak tau apalagi yang Kaivan inginkan darinya,
Dan Keynara langsung datang ke apartemen Kaivan karena tidak mau membuat laki-laki itu murka dan semakin mempersulitnya.
Setelah Keynara memencet bel beberapa kali, sang pemilik memunculkan wajahnya.
Keynara otomatis menutup kedua matanya dengan tangan ketika melihat Kaivan tidak memakai baju saat membuka pintu,
"Kenapa lo?" Kaivan menaikkan sebelah alisnya ketika melihat Keynara menutup matanya sendiri.
"K-kamu kenapa telanjang?"
Kaivan mendengus. "Telanjang dengkul lo? Gue masih pakai celana, mata lo dimana sih?"
"Tapi---"
"Ckk. Lo mau berdiri disana terus atau masuk?" Potong Kaivan sebelum Keynara sempat memprotes.
"I-iya aku masuk!" Keynara berjalan melewati Kaivan namun masih keukeh menutup kedua matanya.
Duakh!
"Aduh!"
Kaivan yang barusaja menutup pintu terkejut saat melihat Keynara sudah tersungkur di lantai. Perempuan itu menabrak dispenser milik Kaivan,
"Goblok banget sih lo? Kalau jalan matanya jangan ditutup!" Omel Kaivan. Namun laki-laki itu tetap berjongkok dan memandangi wajah Keynara yang barusaja terbentur dispensernya.
"Jidat lo merah. Sakit?" Tanya Kaivan.Keynara gugup karena jarak di antara mereka sangat dekat.
"Engh aku gakpapa Kaivan..."
"Ada obat merah di dapur. Obatin jidat lo," balas Kaivan dengan datar.
"Iya..."
"Lagian kenapa sih lo pakai tutup tutup mata segala? Emang lo pikir dengkul bisa buat lihat jalan?"
"Aku malu lihat kamu," jawab Keynara dengan jujur. "A-aku gak pernah lihat cowok t-telanjang sebelumnya." Lanjut perempuan itu.
Mendengar pengakuan Keynara membuat ide jahil melintas di otak Kaivan.
"Oh ya? Kalau gitu lo belum pernah mantap mantap sama cowok dong?" Kaivan mendekatkan wajahnya, membuat Keynara dengan reflek mundur.
"Mantap mantap itu apa?"
Kaivan tersenyum miring. "Mantap mantap itu have seks. Kenapa? Lo penasaran, mau gue ajarin?"
Mulanya hanya pipi Keynara yang memanas, namun sekarang Keynara rasa seluruh wajahnya juga ikut memanas mendengar ucapan vulgar Kaivan.
"K-kaivan..."
"Hmm,"
"Bisa kamu---"
"Bisa! Lo mau gue ajarin?" Sela Kaivan dengan cepat.
Keynara segera menggeleng. "Bukan! Bisa kamu pakai baju dulu?"
Kaivan berdecak. Laki-laki memutar mata malas dan pergi meninggalkan Keynara.
Keynara bernafas lega, setidaknya Kaivan mau menuruti ucapannya walau hanya sekali saja.
*****
"Lo tau kenapa lo gue panggil kesini?"
Keynara menggeleng. Kali ini perempuan itu berani menatap Kaivan karena laki-laki itu sudah memakai bajunya,
Kaivan melipat tangan di dada dengan gaya angkuh. "Pembantu yang biasa bersihin apartment gue gakbisa datang hari ini. Jadi, gue mau elo yang gantiin tugasnya."
Keynara menatap Kaivan dengan mata membulat lucu, "jadi cuma itu?"
Kaivan mengangguk.
Keynara bernafas lega. Ia pikir Kaivan memanggilnya kemari karena laki-laki itu ingin berbuat macam-macam dengannya, tapi nyatanya tidak.
"Yaudah buruan bersihin apartment gue!"
"Eh i-iya."
Setelah menghabiskan waktu tiga puluh menit untuk membersihkan seluruh apartment Kaivan, Keynara menghela nafas lega. Keynara sudah terbiasa hidup mandiri, jadi dia mengerjakan tugas yang diberikan Kaivan dengan cekatan dan lincah.
Keynara menghampiri Kaivan yang duduk di sofa ruang TV.
"Kaivan... Semuanya sudah selesai,"
"Oke."
Keynara berdeham, "jadi aku udah boleh pulang?"
Kaivan menolehkan kepalanya. "Gak, lo belum boleh pulang." Kaivan menepuk sofa di sebelahnya, "duduk sini. Temenin gue nonton."
Keynara menurut, perempuan itu sedikit menjaga jarak dengan Kaivan.
"Ngapain lo mojok disitu duduknya?" Tanya Kaivan.
"Engh..." Keynara kehabisan alasan. Sebenarnya alasannya menjaga jarak dengan Kaivan adalah karena dia masih berkeringat sehabis beres-beres tadi. Dan Keynara tidak mau Kaivan mencium bau tubuhnya yang mungkin kurang sedap.
"Lo takut gue apa apain?"
Keynara menggeleng. "B-bukan itu,"
"Terus?" Kaivan tetap menuntut jawaban.
Keynara yang tersudutkan akhirnya berbicara jujur. "A-aku keringetan, nanti bau."
Kaivan tergelak. Laki-laki itu terkekeh kecil membuat Keynara tertegun melihatnya,
"Wangi lo itu kaya bayi, gue suka." Kaivan merapatkan tubuhnya pada Keynara, bahkan laki-laki itu mengurung tubuh mungil Keynara dengan kedua tangannya dan menyudutkan Keynara di pinggiran sofa.
Keynara gugup. "Kamu mau apa Kai..."
Kaivan mengamati wajah cantik Keynara yang memerah. Kali ini Keynara tidak menggunakan kacamatanya, entah lupa atau mungkin sengaja, -Kaivan tidak perduli-. Namun perempuan itu tetap menguncir rambutnya menjadi dua bagian sehingga terlihat imut di mata Kaivan.
"Coba lo tebak, keringetan apa keringetan apa yang enak?"
"A-apa..." Tanya Keynara dengan lirih.
"Orang keringetan habis mantap mantap. Jadi, keringetnya dapet, enaknya juga dapet. Lo mau nyobain gak?"
Keynara menelan ludahnya dengan susah payah. Sungguh, ia lebih baik berhadapan dengan Kaivan yang tengil, datar, dan angkuh daripada Kaivan yang di depannya ini.
Kaivan gemas melihat wajah Keynara semakin memerah. Tanpa aba-aba Kaivan menyatukan bibir mereka dan melumat bibir tipis milik Keynara dengan tergesa,
Sedangkan Keynara yang tidak siap mendapat ciuman dari Kaivan hanya terdiam kaku dan tidak bisa melawan.
Saat dirasa ciuman Kaivan turun ke lehernya dan menjelajah disana, Keynara segera mendorong tubuh laki-laki itu sebelum semua bergerak terlalu jauh.
Kaivan menatap Keynara dengan frustasi. "Kapan lo mau tidur sama gue?" Laki-laki itu bergerak menjauh,
Keynara tak percaya Kaivan melepaskannya. Keynara pikir Kaivan akan kembali memaksakan kehendaknya tapi ternyata tidak.
"Gue gak akan maksa cewek yang gakmau gue tidurin! Walau se brengsek apapun kelakuan gue, gue gak akan ngelakuin itu!" Ucap Kaivan.
"Jadi, jawab Keynara. Kapan lo mau tidur sama gue?"
"Aku... Bukan perempuan serendah itu Kaivan," balas Keynara dengan suara bergetar.
"Gue bisa kasih apapun yang lo mau!"
Keynara menggeleng, "aku memang orang susah. Tapi aku pantang menjual diri demi uang." Keynara menatap Kaivan, memberanikan diri untuk bicara kembali. "Aku pernah dengar dari seseorang, katanya; laki-laki itu di ciptakan untuk menjaga perempuan, bukan merusak."
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL OBSESSION
Teen FictionKaivan Aeron Aldrich. Laki-laki berhati iblis yang bersembunyi di balik wajah malaikat. Mabuk-mabukan, berkelahi, balap liar, bahkan bermain wanita, itulah kesenangannya. Hingga suatu malam ia dipertemukan dengan perempuan berpenampilan kacau bernam...