Di hari berikutnya, Keynara dibuat terkejut ketika melihat Dirga datang ke kelasnya waktu jam istirahat.
"Key lo dicari Dirga tuh, dia ada di depan kelas." Ucap Bima, teman sekelasnya.
Beberapa orang yang masih tinggal di kelas menatap Keynara dengan penasaran.
Keynara buru-buru keluar untuk memastikan.
Dan ternyata ucapan Bima benar, Dirga ada di depan kelasnya.
"Hai Key." Sapa Dirga.
"Dirga? Ngapain kamu disini?"
"Gue mau balas budi,"
"Maksud kamu?"
"Gue mau ngajak lo makan di kantin. Sebagai ganti yang kemaren,"
"Eh, nggak usah Dirga. Kemarin aku ikhlas kok bagi nasiku sama kamu."
Dirga tersenyum hingga lesung pipinya terlihat. "Udah ayo ikut,"
Keynara bingung. Dia takut menjadi sorotan lagi, di bully lagi, tapi dia juga tidak enak mau menolak kebaikan dari Dirga.
"Emm yaudah deh."
Dirga berbinar. Laki-laki itu tak berusaha menyembunyikan rasa senangnya dari Keynara.
Dirga dan Keynara berjalan ke Kantin. Setelah sampai, Dirga menghampiri meja teman-temannya dan mengajak Keynara duduk disana.
"Tumben bro ngajak cewek." Celetuk salah satu teman Dirga.
"Dia Keynara kan? Anak dua belas IPA-1?" Timpal yang lain.
"Mulai sekarang dia temen gue," ucapan Dirga membuat Keynara terdiam.
Apa Keynara tidak salah dengar?
"Titip Keynara dulu ya, gue mau pesen makanan. Awas kalau sampe lecet," Dirga tertawa ringan.
Teman-teman Dirga mengacungkan jempolnya.
Setelah Dirga pergi, teman-teman Dirga menatap Keynara dengan senyum manis.
"Gue Robert."
"Gue Hans."
"Gue Haris."
Teman-teman Dirga mulai memperkenalkan diri satu persatu.
Keynara tidak menyangka kalau mereka semua bersikap sangat ramah padanya.
"Lo kok bisa sama Dirga sih?" Tanya Hans penasaran.
"Enghh itu..."
"Lo pacaran sama dia?" Sahut Haris.
Keynara buru-buru menggeleng. "Enggak kok. Kita cuma temenan."
"Gue kaget tau lihat Dirga bawa cewek, itu momen langka. Biasanya cewek-cewek yang nempelin dia, lah ini kebalikannya. Hufftt tapi gue lega sih lihatnya, berarti dia emang waras, masih suka cewek." Ucap Robert.
Keynara tergelak mendengar ucapan Robert.
Tak beberapa lama Dirga kembali dengan membawa nampan makanan,
Laki-laki itu menatap ketiga temannya bergantian. "Aman, kan?"
"Tenang bro, Keynara aman sama kita. No bully bully club. Gak ada yang berani ganggu dia." Ucapan Hans memang benar, semua orang khususnya perempuan banyak yang menatap iri pada Keynara, tapi tidak ada yang berani mendekati Keynara karena Keynara duduk bersama Hans, Haris, dan Robert.
Dirga bernafas lega. Dia hanya takut ketika dia pergi, Keynara mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan.
"Makan yang banyak ya Key, kalau mau nambah biar gue pesenin lagi." Dirga menatap Keynara hangat.
Keynara tersenyum tulus. Baru kali ini dia merasa aman berada di keramaian. Dan itu berkat Dirga.
Tak jauh dari meja mereka, seseorang menatap Keynara dengan dengki.
"Menurut lo, kenapa si cupu itu bisa duduk semeja sama Dirga cs?" Tanya Zolanda pada ketiga temannya.
"Mungkin dia ngelemparin tubuhnya ke Dirga kali." Timpal salah satu temannya.
Zolanda menyipit. "Gak mungkin, Dirga bukan tipe cowok yang gampang di iming imingi begituan." Ya, Zolanda tau karena dia sudah pernah menggoda Dirga. Dan sialnya respon Dirga padanya biasa saja.
"Gue tau. Mungkin dia pura-pura playing victim biar Dirga kasihan. Dirga itukan jiwa malaikatnya tinggi, Zo."
Zolanda menaikkan sebelah alisnya. "Playing victim gimana?"
"Dia kan sering kita bully, mungkin aja dia nyari perhatian ke Dirga dengan jelek-jelekin kita."
Zolanda menggeram, awas lo cupu!
"Gimana kalau nanti kita kerjain dia?"
Zolanda menatap temannya dengan tertarik. "Ide bagus."
*****
Hari ini Kaivan membolos sekolah. Kedua temannya juga mengikuti jejaknya. Mereka pergi ke basecamp, Alka dan Selatan bermain PS sedangkan Kaivan lebih memilih bermain gitar.
Kaivan melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah pukul empat, itu berarti anak-anak yang berada di sekolah sudah pulang sejak pukul tiga tadi.
"Udah jam berapa Kai?" Tanya Alka,
"Empat."
Alka melotot. "Gue pulang dulu deh, ntar balik lagi. Kalo gak pulang dulu ntar nyokap nyariin."
"Gue juga." Selatan ikut bicara.
Kaivan tau kalau kedua temannya memiliki Ibu yang menunggu mereka di rumah. Ibu Alka dan Selatan adalah sosok Ibu yang hangat dan perhatian, kalau Kaivan main ke tempat dua temannya itu, Kaivan juga mendapat perhatian yang sama, ia sudah di anggap anak sendiri oleh ibu kedua temannya.
"Hmm,"
Setelah Alka dan Selatan pergi, Kaivan termenung beberapa saat. Andai saja dia masih memiliki Ibu seperti kedua temannya. Mungkin hidupnya tidak akan terlalu buruk,
Dulu Kaivan juga sempat merasakan kebahagiaan itu walaupun hanya sementara. Meskipun hidupnya dulu sederhana, tapi Kaivan tetap bahagia karena menurutnya, mendapatkan kasih sayang seorang Ibu sudah lebih dari cukup daripada mendapatkan harta dan kemewahan.
Drttt Drttt Drttt
Ponsel Kaivan yang ada di atas meja bergetar.
Kaivan menaikkan sebelas alisnya ketika melihat nama Keynara ada disana,
"Hallo?"
"K-kaivan ini Keynara..."
"Lo kenapa?" Kaivan sedikit cemas ketika mendengar suara sesenggukan dari seberang sana.
"A-aku kekunci di gudang..."
"Shit! Kenapa bisa ke kunci? Goblok banget sih lo!" Meskipun mulutnya memaki-maki, tapi Kaivan tidak bisa menampik rasa khawatirnya.
"I-itu... Aku nggak tau... Batrai hp nya tinggal sepuluh persen, habis ini senternya mati, aku takut."
Kaivan semakin merutuki Keynara dalam hati. Laki-laki itu memakai jaketnya dengan cepat dan menyambar kunci mobilnya.
"Keynara lo denger gue?!"
"Aku takut, Kaivan."
"Gak ada yang perlu di takutin! Gue otw kesana sekarang!"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL OBSESSION
Teen FictionKaivan Aeron Aldrich. Laki-laki berhati iblis yang bersembunyi di balik wajah malaikat. Mabuk-mabukan, berkelahi, balap liar, bahkan bermain wanita, itulah kesenangannya. Hingga suatu malam ia dipertemukan dengan perempuan berpenampilan kacau bernam...