Part 6

162 53 82
                                    

Kata orang "Harta yang paling berharga adalah keluarga." tetapi bagiku Ibu adalah satu-satunya paling berharga yang aku miliki.

****

Dua minggu berlalu..

Setelah kepulangan Amira dari Korea Selatan. Amira melakukan rutinitas seperti biasanya yaitu membantu ibunya di sebuah butik yang dibangunnya.

Perpisahan antar Aisya alias Bae Bo Yeong (Ibu Amira) dengan Umar Al Ghifari (Ayah Amira) membuat sang ibu harus berputar otak untuk membiayai dirinya dan anak semata wayangnya.

Untung saja Ibu Aisya memiliki kemampuan merancang pakaian dan uang yang cukup untuk membangun bisnis.

Namun, bisnis tetaplah bisnis. Pasti ada waktunya terpuruk dan maju. Namun, Itu tidak membuat sang ibu menyerah begitu saja. Berbagai cara ia lakukan agar bisnisnya bertahan meskipun diterpa keterpurukan.

Seperti yang dialami sepanjang empat tahun yang lalu, ketika Amira masih duduk dibangku kuliah. Bisnis sang ibu diambang kebangkuratan karena tertipu oleh seseorang yang tak bertanggung jawab ditambah lagi dengan biaya kuliah Amira ya tergolong cukup mahal.

Sempat terbesit dalam hati Amira untuk berhenti kuliah tetapi sang ibu menolak dan meyakinkan Amira kalau ia masih sanggup membiayai perkuliahan Amira.

Amira tetaplah Amira yang tak ingin melihat orang yang dicintainya susah sendirian.

Diam-diam Amira bekerja paruh waktu di sebuah restaurant, tetapi sayang itu tidak bertahan lama karena ketahuan oleh sang ibu dan melarangnya untuk bekerja lagi. Bu Aisya meminta anak semata wayangnya fokus untuk kuliah.

Usaha tidak menghianati hasil 2 tahun menjalani masa sulit itu, perlahan-lahan bisnis butik Ibu Amira mulai stabil bahkan beberapa bulan terakhir mengalami peningkatan yang pesat.

"Ibu, Ibu, ayo makan siang dulu! Amira tau Ibu banyak pelanggan tapi Ibu juga harus jaga kesehatan. Kan ada staff yang bisa bantu Ibu," bujuk Amira.

Bu Aisya yang tengah asik membuat pola pakaian, "Tunggu sebentar, Ibu selesaikan ini dulu," ucapnya begitu lancar berbahasa Indonesia.

Bagaimana tidak, sudah hampir 24 tahun berada di Indonesia membuat ia semakin mahir dalam bahasa indonesia meskipun aksen Koreanya masih melekat.

"Ibu selalu mengatakan itu nanti ujung-ujungnya gak jadi makan. Ayo Ibu makan atau Amira suapi!" pintanya.

Seketika Bu Aisya menghentikan aktivitasnya lalu menatap Amira dengan senyum gemas. "Nah boleh, kalo Amira mau,"

Amira pergi begitu saja ke dapur yang ada di butik untuk mengambil makanan.

Bu Aisya menatap kepergian sang anak. "Loh mau kemana ra?"

Diam

Tak mendapatkan jawaban dari sang anak, Bu Aisya menyusulnya ke dapur.

Amira yang sedang menyiapkan makanan di atas piring sementara Bu Aisya baru saja masuk. "Amira mau ngapain nak?" tanyanya sembari berjalan menghampiri Amira.

"Ibu selalu lupa makan makanya Amira mau suapi ibu," tutur Amira.

Begitu terharunya Bu Aisya dengan penuturan Amira, meskipun ini bukan kali pertama Amira mencurahkan kasih sayang kepadanya tetapi ia tetap saja merasa bahagia.

Betapa berentungnya ia memiliki buah hati sebaik dan sepengertian Amira.

"Sini biar ibu makan sendiri aja," kali ini Bu Aisya telah berdiri di samping Amira.

Fairy of Love [Hiatus Sementara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang