"Mami?" tanya Jio.
Jia dan Jio berlari mendekat, memeluk Jina dengan erat. "Mamii... Jia seneng banget ketemu Mami. Kirain Papa sama Mami bakal susah ketemunya," ujar Jia.
Jina hanya terpaku, membiarkan kedua anak itu memeluknya, Jendra yang sedari tadi melihat adegan ini, juga hanya bisa terdiam. "Jadi, Jina itu Ibu Jio sama Jia?" Batinnya.
"Hmm, kayaknya kalian salah orang deh. Aku masih 17 tahun belum punya anak, pacar aja gak punya," Jina mensejajarkan dirinya dan mencoba menjelaskan kepada Jia dan Jio.
Jio dan Jia menggeleng sambil tetap memeluk Jina. "Enggak, Mami Jina itu mami kita," jawab keduanya bersamaan.
Jina terkejut dan melepaskan pelukan mereka. Dia melihat kearah dadanya, tidak ada nametag yang tertera diseragamnya, lalu bagaimana mereka bisa tahu?
Jina menjauh dari Jia dan Jio, berusaha mencerna semuanya.
"Papa!" teriak Jio, ketika melihat Jendra yang berdiri disudut pintu.
Jio dan Jia pun mendekat ke Jendra, kemudian menuntunnya mendekat ke Jina.
"Papa, ini Mami Jio sama Jia," tunjuk Jia pada Jina.
Jina yang mendengar itu membelalak, "Jendra lo gila ya sampe ngerjain gue kayak gini?"
"Hah?" Jendra benar-benar dibuat bingung, tampaknya dia sendiri juga masih kebingungan.
"Lo apa-apaan nyuruh mereka manggil gue Mami? Gue bilangin Kaia, ya!" ancam Jina, dia merasa bahwa Jendra sedang mengerjainya sekarang.
"Mami, ini Jia sama Jio. Anak Papa Jendra sama Mami Jina," jelas Jia berusaha menenangkan kedua orang tuanya.
"Hah? Kamu diajarin ya pasti sama Jendra buat ngomong gitu?" tanya Jina balik.
Keduanya menggeleng, "Kita dari masa depan, Mi," ucap Jio. Emosi Jina semakin memuncak karena merasa ucapan Jio sangat ngawur, terlebih Jendra hanya terdiam dan tidak memberikan penjelasan apapun.
"Wah, ada gilanya nih orang, lo kalo mau berimajinasi sama anak kecil jangan gini banget Jen. Sakit lo?"
"Gue juga bingung," akhirnya Jendra bersuara.
"Gue juga bingung, mereka tiba-tiba muncul di kamar gue. Manggil gue Papa, ngeklaim kalo mereka dari masa depan. Dan tau nama anak Bibi Nini," tambahJendra, mendudukkan dirinya di salah satu sofa sambil memijat pelipisnya. Kepalanya benar-benar pusing sekarang.
"Mami boleh nanya apa aja sama kita, kita bakalan jawab," tantang Jia pada Jina dengan percaya diri.
"Hah? Gak usah aneh-aneh, gue gak percaya, pasti kalian disuruh Jendra kan?" Jina masih kukuh, tidak percaya dengan apa yang dikatakan Jia maupun Jio. Orang waras mana yang percaya?
Jia cemberut mendengar penuturan Jina yang enggan percaya dengan ucapannya. Dirinya juga bingung harus melakukan apa agar ibunya versi remaja ini percaya bahwa dia dan Jio berasal dari masa depan.
"Coba lo kasih kesempatan mereka buat buktiin," usul Jendra.
Jina mencebik mendengar usulan Jendra. Kepalanya tiba-tiba pusing, tugas prakaryanya belum selesai, ditambah lelucon yang Jendra yang sama sekali tidak lucu menurutnya.
"Mami! Aku bisa jelasin latar belakang Mami," ucap Jio seraya mengangkat tangannya agar perhatian Jina sepenuhnya pada dirinya.
Jina hanya terdiam, penasaran juga apa yang akan keluar dari mulut anak laki-laki dihadapannya ini.
"Jina Eleanora Jibran, nama belakang Mami berganti jadi Samudera saat nikah sama Papa. Jina itu singkatan dari nama Kakek Jibran sama Nenek Nasya, dan keluarga Mami punya perusahaan manufaktur. Tapi, Mami sendiri ngurus yayasan Jibran Foundation, salah satunya sekolah yang Mami tempatin sekarang. Mami Jina suka banget sama stroberi, bahkan waktu hamil adek Jyro---"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Mom Dad!
Fiksi PenggemarJio dan Jia tiba-tiba saja muncul dihadapan Jendra dan mengaku anak dari Jendra. Jendra yang berumur 18 tahun hanya bisa melongo tidak percaya. Memang beneran ada time travel di dunia ini?