Hari ini, Ada kiriman buku kerumah baca. Katanya dari Lombok. Mbak Ani yang mengabarkanku dan Noah melalui grup chat. Aku sangat suka ketika harus unboxing buku baru dan ikut menempatkan buku-buku itu kedalam rak buku. Namun sayangnya, hari ini ada rapat organisasi di kampus sehingga hanya Noah yang bisa menemani Mbak Ani dan Uci di rumah baca.
Diantar Noah sampai depan kampus, aku berlari masuk kedalam ruangan digedung pertama dari pintu masuk kampus.
Rapatnya sudah dimulai. Semua orang sudah duduk diatas kursinya masing-masing. Dengan sedikit malu karena terlambat, kutarik kursi kosong paling belakang dan duduk disebelah Dini. Teman satu jurusanku.
"Kenapa lo telat?" bisiknya menginterogasiku.
"Semalem begadang." Bohongku. Sebenarnya, aku tidur tepat waktu semalam. Semua terjadi karena Noah. Aku menunggunya hampir satu jam. Semalam sebelum tidur, aku sudah meminta Noah untuk mengantarku di jam 7 pagi, lalu dia membalas 'OK'. Tapi, ketika pagi hari aku spam chat, Noah sama sekali tidak membalas pesanku. Benar saja yang kupikirkan. Dia ketiduran karena semalam begadang membuat lagu.
"Jadi, setelah acara formal ada stand tiap jurusan di luar gedung agar bisa memperkenalkan tiap jurusannya secara lebih dekat." Kak Robby, ketua acara goes to campus itu menjelaskan dengan detailnya didepan para volunteer acara terpilih dari tiap fakultas. Kebetulan, dari fakultasku, dipilih 5 orang dari tiap jurusan termasuk aku dan Dini.
"Interupsi, Kak!" Seseorang mengangkat tangannya.
"Silahkan." Kata Kak Robby
"Sepertinya hal itu membuang-buang waktu mengingat acara perkenalan kampus sampai game sudah dilakukan dalam acara inti, kak. Lebih baik dibagikan saja brosur tiap jurusannya. Karena mengingat tujuan acara ini untuk memperkenalkan kampus secara keseluruhan."
Seorang lainnya mengangkat tangan. "Tambahan, kak!"
"Silahkan."
"Lebih baik setelah acara inti diakhiri dengan konser aja kak. Di mana Band yang diundang kampus bisa menarik perhatian siswa."
Kak Robby tampak berpikir. Sedetik kemudian dia berujar, "Gimana yang lain?"
"Setuju, Kak." Ujar satu orang diikuti dengan yang lainnya.
"Ada yang punya rekomendasi band?"
Aku mengangkat tanganku. Aku tidak tahu aku akan seberani ini. Astaga.. ini diluar kendaliku.
"Silahkan." Ujar kak Robby. Semua mata memandangku. Menunggu jawabanku.
"A-aku mau rekomendasiin Starhigh Band."
Semua menatap heran. Meminta aku untuk mengulangi lagi nama band yang baru saja sedetik lalu kusebutkan.
Beberapa detik kemudian, seseorang menyeletuk. "Oh, gua tahu band ini bang." Ia memberikan selembar tiket berwarna biru persis seperti tiket yang pernah noah berikan padaku. "Ini tiket konser mereka dari cewe gua."
"Jam terbangnya gimana nih?"
"Udah banyak, Kak. Mereka mau tour keluar kota bulan depan." Celetuk seseorang.
Kak Robby menganggukkan kepalanya tanda ia mendapatkan sesuatu dari dalam pikirannya. "Perhatian!"
Suasana menjadi hening. Semua menatap kearah kak Robby. "Kalau begitu, tugas humas hubungi band terkait, ya. Sesuaikan dengan tanggal event kita."
"Oke, Bang!"
Tidak terbayangkan bagaimana reaksi Noah saat tahu aku yang merekomendasikan band-nya untuk tampil dikampusku. Aku benar-benar senang akan hal ini. Noah akan tampil dikampusku untuk yang pertama kali.
Setelah rapat dihentikan sementara untuk istirahat, Aku dan Dini menuju kantin dibelakang gedung utama untuk makan siang. Dini merupakan teman satu kelasku dijurusan yang sama. Jurnalistik, fakultas ilmu komunikasi. Kami nggak terlalu dekat karena Dini punya tongkrongannya sendiri. Tapi karena kami terpilih sebagai panitia di event kampus tahun ini. Dini dan aku jadi lebih sering ketemu dan banyak ngobrolnya.
"Alika, Sini!"
Aku menoleh kebelakang. Mengikuti arah pandangan Dini yang menuju seseorang dibelakangku.
"Temen SMA gue," Ujarnya.
Alika mendekatiku dan Dini sambil membawa semangkuk soto ayam dan duduk di sebelah Dini. Dibelakangnya, disusul seorang cowok yang juga membawa semangkuk bakso yang kemudian duduk di sampingku.
"Halo, kak Damai." Goda Dini pada lelaki disebelahku.
Lelaki itu tersenyum. "Halo, Din. Apa kabar?"
"Baik pake banget." Jawab Dini penuh semangat. Ia kemudian menoleh padaku dan memperkenalkanku dengan Alika dan siapa tadi? Kak Damai?
"Gimana progress, Din?" kak Damai memulai pembicaraan.
Dini mengerutkan keningnya. "progress apaan?"
"Buku. Katanya nulis buku?"
Dini menoleh pada Alika dan menyenggol lengannya. Seolah hanya dari tatapan saja Dini sudah tahu dari siapa rahasia itu bocor. "Percaya aja lo, kak. Alika kan tukang bohong." Mereka tertawa kecil. Dini yang malu-malu meneguk es jeruknya yang sudah setengah.
"Kalau Amna, Gimana?" Kali ini pandangan kak Damai tertuju padaku. "Katanya kamu bikin rumah baca, ya?"
Kali ini gantian aku yang menatap Dini. Yang ditatap menunduk sambil menahan malu. Kak Damai mengikuti arah pandanganku pada Dini sampai akhirnya dia berujar, "Keren, loh kamu. Udah berani bikin rumah baca. Suka baca buku ya?"
Aku mengangguk pelan. Malu. "Lumayan, kak."
"Di daerah mana rumah bacanya? Boleh nggak kapan-kapan gue main kesana?"
Aku tersentak agak kaget namun juga senang. "Boleh. Nanti Kalau mau main kesana, hubungi aku aja."
"Boleh." Dia setuju.
Baksonya belum dimakan. Sedari-tadi kak Damai hanya mengaduknya setelah beberapa menit lalu ia tambahkan saus kedalam baksonya. "Lo nggak napsu, kak? Kok nggak dimakan?" Alika bertanya.
"Nggak laper."
"lho terus kenapa lo beli?"
"Biar bisa nemenin Alika makan." Godanya.
Alika memutar bola matanya. "bullshit banget lo kak."
Kak Damai tertawa puas. Setelahnya, Alika dan Dini membicarakan semua hal tentang masa SMA-nya dulu. Sementara aku kembali menghabiskan soto ayamku dan mendengarkan cerita klise dari Dini dan Alika.
Kak Damai menoleh padaku. "Gimana kuliahnya? Di jurnalistik seru nggak?" Dia memulai pembicaraan lagi.
"Seru." Jawabku singkat.
"seru aja? Nggak pake banget?"
Mendengar itu, aku tertawa kecil. "Memang harus pake 'banget' ya?"
"Harus. Biar keliatan Excitednya."
Saat itu, pertama kalinya aku menatap mata di balik kacamatanya. Mungkin terdengar hiperbola, tapi... bagaimana bisa seseorang memiliki nama se-Damai itu. Se-Damai suaranya ketika berbicara dan se-Damai matanya ketika menatap.
Dan inilah, pertemuan pertamaku dengannya. Lelaki berkacamata yang kutemukan secara tidak sengaja di kantin gedung utama.
......................................
Bersambung.....
Selamat datang Damai.