Canny sudah sadar sejak subuh tadi, namun gadis itu sama sekali tak bersuara sejak pertama kali membuka matanya.
Asa dan Ruka sudah melakukan berbagai cara untuk menarik perhatian sang adik, namun gadis berponi itu terus saja mengabaikan keberadaan mereka.
Ruka yang sangat lelah setelah menunggui Canny semalaman, ditambah harus menghadapi sikap menjengkelkan dari adiknya ketika sadar sempat sedikit terpancing emosinya, jadilah sebelum semua bertambah runyam Asa meminta kakaknya itu untuk pulang.
Dan sekarang tersisalah Asa seorang diri yang menemani Canny di rumah sakit.
Asa yang baru kembali dari kamar mandi bergegas menghampiri sang adik, gadis kecil itu terlihat melamun sambil menatap kosong ke arah luar dari jendela ruang rawatnya.
"Dek, makan dulu ya. Udah waktunya minum obat."
Asa mengambil mangkuk berisi bubur yang baru saja dibawakan oleh perawat, ia menyendok sedikit bubur tersebut dan menyodorkannya ke mulut Canny.
"Ayo buka mulutnya."
Canny tiba-tiba memalingkan wajahnya, lagi-lagi menghindari kontak mata dengan Asa.
Si gadis berwajah datar terdengar menghela nafas. Ia merasa sudah cukup sabar sejak tadi pagi, namun Asa tak bisa terus-terusan menolerir sikap sang adik.
"Dek." Sekali lagi ia mencoba memanggil si bungsu dengan nada yang lebih tegas, namun sangat disayangkan Canny memilih bertahan dengan kebisuannya.
Dengan kesabaran yang mulai terkikis oleh rasa kesal dan lelah, Asa meletakan mangkuk bubur yang dipegangnya dengan sedikit kasar.
Asa menatap Canny dengan wajah seriusnya.
"Kamu beneran mau kayak gini terus?"
Nada suara Asa merendah, sepertinya kesabaran gadis itu benar-benar terkikis habis.
Sebut saja dia bersumbu pendek, tapi siapa yang tidak kesal jika terus-terusan diabaikan.
"Kak Asa gak suka ya didiemin kayak gini."
Tanpa memperdulikan kebisuan Canny, Asa terus saja berbicara berharap adiknya masih mendengarkan.
"Adek kenapa sih? Adek kayak gini karena masalah kemarin?" cercanya.
Canny tetap bergeming, tapi Asa menangkap penampakan kedua mata adiknya yang mulai berkaca-kaca.
Seolah tersadar, Asa mencoba menekan emosinya. Ia mengingat kembali pesan Lucas agar Asa bisa lebih sabar dalam menghadapi Canny.
Ditambah sekarang adiknya tengah sakit, perasaan si bungsu juga pasti jadi lebih sensitif.
"Adek, kamu masih kepikiran omongan Ayon ya?"
Walaupun Canny tak menjawab, Asa bisa langsung tau kalau kebisuan Canny berartikan 'iya'.
Dari tatapan matanya saja, Asa bisa dengan mudah membaca isi pikiran si gadis bungsu.
Baiklah, sepertinya ini saat yang tepat untuk Asa turun tangan demi meluruskan semua permasalahan ini.
Bagaimanapun juga, Asa tidak suka bila saudara-saudaranya saling bersinggungan untuk waktu yang lama.
"Dek, kakak ngerti kalau adek sakit hati sama omongan Ayona kemarin. Tapi please, omongan Ayona jangan dimasukin hati ya? Dia cuma lagi capek makanya ngelantur."
"Asal adek tau, Ayon sebenernya lagi khawatirin adek makanya dia marah-marah. Lagian Ayon juga udah ngakuin kalau dia salah, dia juga nyesel udah kasar dan bentak-bentak kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Girl ; BabyMonster
Fanfiction(HIATUS) FOLLOW SEBELUM BACA! [Update sesuai mood] Menceritakan 7 bersaudara yang tumbuh dalam asuhan seorang single parent. Lucas Bailey, orang tua tunggal yang harus membesarkan ketujuh putrinya seorang diri saat sang istri meninggal setelah melah...